Episode 25 - Menyandang Nama Adhinata

222 42 8
                                    

Masa scors Jenina telah usai, namun perasaan nya tidak bisa tenang. Baru kali ini dirinya merasa takut menghadapi orang lain, takut menjadi perhatian, dan takut akan cacian.

Berulang kali gadis itu mencoba menetralkan jantung nya ketika detik jam menunjukkan pukul 7, angka dimana ia harus sudah tiba di sekolah.

Sesuai janji yang Ayah nya berikan kepada Jenina, Andrian akan datang ke sekolah nya. Keturunan kedua Adhinata, anak laki-laki satu-satunya Haris Adhinata sebab Keturunan pertama adalah perempuan yaitu Sherina Adhinata yang tidak lain adalah Ibu Kris.

Haris memang tidak mewariskan kekayaan nya pada anak-anak nya melainkan pada cucunya. Namun, alasan Haris tidak menurunkan nya adalah karena mereka berdua memilih membangun bisnis sendiri dari nol, bukan dari hasil pemberian Ayah mereka.

Andrian Adhinata adalah jajaran pengusaha berpengaruh di Indonesia serta Asia Tenggara dengan bisnis otomotif nya sedangkan Haris adalah pebisnis properti.

Jadi, siapa yang masih meragukan keluarga Adhinata.

"Sayang, ayo buruan berangkat Ke Sekolah. Ini sudah jam 7," Ucap Andrian mencoba mengingatkan anak nya yang setia duduk di meja makan.

"Iya, ayo," Jawab Jenina kemudian bangkit dari kursi.

Mereka berdua berjalan beriringan dan memasuki mobil Andrian. Perlahan mobil itu pergi meninggalkan kediaman besar Adhinata.

"Kamu kenapa? kok kaya takut gitu," Tanya Andrian sambil mengusap rambut anak pertama nya itu dengan perlahan.

"Nggak, cuma gugup aja udah lama gak dateng ke sekolah," Bohong, Jenina takut dengan omongan orang-orang yang akan mengunjing nya lagi.

Terlebih kelakuan gadis itu tempo hari lalu, memang sih Jenina melakukan nya dengan sadar dan awalnya dia tidak peduli namun lama-kelamaan rasa takut nya kembali menghampiri membuat dirinya menyesali perbuatannya.

Anjing, bisa gak macet aja trus gue telat gitu. Males banget kalo orang-orang liat gue dateng bareng bokap, batin Jenina.

Sudah ada perkiraan pasti mereka semua berpikir kalau Jenina berlindung dibalik kekuasaan Ayah nya.

Demi Tuhan Jenina belum siap menerima tatapan orang-orang yang seakan merendahkannya.

Di depan nya sudah ada pintu gerbang sekolah nya, jantung Jenina semakin berpacu dengan keras.

"Pak, ini kita masuk ke dalam?," Tanya Si Sopir pada Ayah nya.

"Iya, parkir di dalem aja, jangan di luar," Jawab Andrian.

Si Sopir langsung melewati pintu gerbang lalu mengikuti perintah bos nya itu untuk parkir di dalam.

Andrian mengajak Jenina untuk turun dari mobil, Jenina mengangguk walaupun batin nya bergulat apakah ia harus turun bersamaan atau tidak.

Dari awal keluar nya Andrian dari mobil saja sudah membuat guru dan siswa yang ada disana langsung memusatkan pandangannya.

Ditambah lagi kemunculan Jenina yang semakin menjadikan mereka berdua sebagai pusat perhatian.

Mati gue, rutuk Jenina dalan hati nya.

Mereka berjalan beriringan, Andrian mengantar Jenina selayaknya anak TK yang baru saja memasuki taman kanak-kanak.

"Ayah harus ke ruang guru, sekalian mau ketemu Faisal. Abis itu Ayah pulang ya, jaga diri baik-baik, gausah takut. Kamu menyandang nama Adhinata di belakang kamu, tidak ada yang perlu ditakuti," Kata Andrian kemudian mengelus rambut Jenina sebelum pergi meninggalkan nya.

Jenina menghela nafasnya kasar, yaiya ada nama Adhinata tapi kan gue jadi beban keluarga ibarat nya, batin nya.

"JENINAAAAAAA!," Teriak ketiga teman nya heboh.

Ketua Rohis [Jenkai Local] (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang