Episode 18 - Mba Jan and Mas Kayis

246 44 4
                                    

Jenina telah memulihkan mood nya selama 3 hari setelah kepergian Aveiro ke Canada. Mau tak mau ia harus kembali ke sekolah karena tuntutan Opa nya.

Mood nya belum sepenuhnya membaik, ia berharap di sekolah tidak ada yang membuat mood nya semakin buruk.

Jenina sedang dalam mode senggol bacok rasanya.

"Monyet! macet banget kon-astaghfirullah!," Umpat nya sendiri setelah melihat jalanan yang sudah mulai ramai dipadati kendaraan.

Padahal ia sudah bangun pagi dan bersiap sedemikian rupa untuk bersekolah hari ini.

Sebenarnya Jenina cukup percaya diri karena hari ini, untuk pertama kali nya ia mengendarai mobil nya sendiri. Mobil baru by the way.

"Kena debu dah mobil baru gue yaelah, baru keluar dari dealer nih bray,"

Untung saja gerbang sekolah nya belum ditutup, setidaknya ia tidak harus dimaki-maki Bu Henny karena terlambat.

"Woy minggir dong, setan! gue tabrak juga lo lama-lama," Omel Jenina begitu di depan nya ada adik kelas yang malah asyik mengobrol padahal sudah tau banyak mobil yang akan masuk melewati gerbang.

Selepas memakirkan mobil nya, Jenina turun dan langsung menjadi pusat perhatian. Dari seluruh penjuru siswa pun tau apa yang sudah terjadi diantara Aveiro dan Jenina.

Gosip mereka ikut balap liar dan taruhan mobil mewah pun tak bisa dihindari. Menyebar begitu saja dari mulut ke mulut.

Apalagi dengan tindakan Kakek nya yang langsung memulangkan Aveiro ke Canada lagi.

Bisik-bisik mulai terdengar begitu Jenina berjalan di koridor sekolah. Cewek itu menenteng tas nya sebelah bahu, dengan rambut yang ia warnai kembali dengan abu -abu dan ungu dengan style peek a boo.

Jenina adalah tipikal orang yang kalau stress pasti mengganti style nya. Jadi selama ia dalam mood buruk ia akan mengganti style nya sampai dirinya membaik.

"Gue denger-denger dia ikut balap liar sama Aveiro gila ya brandal banget"

"Pamer-pamer cucu konglomerat tapi kelakuan malu-maluin,"

"Belagu banget lagi gaya nya, alah kalo bukan cucu Pak Haris juga jadi anak cupu,"

"Dia dijadiin bahan taruhan paling sama Kris"

"Kenapa gak dia aja sih yang di buang ke luar negeri males banget gue liat muka dia,"

Jenina geram mendengar bisik-bisik dari siswa yang sedang memperhatikan nya di koridor.

Ia bersumpah mood nya semakin hancur, mau tidak mau Jenina harus turun tangan kalau seperti ini.

"Bacot banget ya lo pada, lo bisik-bisik begitu dipikir gue gak denger kali ya! maju lo sini ngomong depan gue," Tantang Jenina sambil melihat satu persatu wajah dihadapan nya.

"Kenapa diem? tadi lancar banget ngomongin gue. Kalo sirik bilang aja nyet, dasar miskin!," Ucap Jenina, padahal ia tau disekolah ini tidak ada yang miskin. Maafin aku ya teman-teman, batin Jenina.

"Dih apaan sih! siapa juga yang lo ngomongin lo, geer banget," Sahut salah satu diantara mereka. Jenina kenal wajah itu, wajah yang polos ketika berhadapan dengan Kaisar.

Jadi apa ini? sebuah pencitraan? Jenina berdecih sambil menatap dalam adik kelas nya itu.

Ia melanjutkan lagi langkah nya, ketika sampai di depan kelas ia sudah dihadapkan ribuan pertanyaan oleh teman-temannya.

"Jen? aaaaaaa nangis banget gue kangen," Ucap Sevanya sambil memeluk Jenina erat.

"Gila ya lo sepi banget sekolah gak ada lo tau  ga," Lanjut Lalisa diangguk oleh Rianda.

Ketua Rohis [Jenkai Local] (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang