2

499 100 12
                                    

Januar masih mencerna ucapan Kaia yang baru saja wanita itu ucapkan, tidak mungkin kan istrinya itu meminta berpisah darinya? Tidak, itu tentu tidak mungkin.

Januar pasti salah dengar.

"kamu bilang apa?" tanya Januar sekali lagi, kini tatapan Januar menatap Kaia yang keliatan tengah berpikir.

"aku mau cerai, Janu" ucap Kaia pelan, Januar menutup matanya berusaha untuk tidak menangis dihadapan Kaia saat ini, cengkraman di setir kemudi juga semakin mengerat terlebih laju mobil milik Kaia bertambah kecepatannya membuat Kaia berteriak meminta untuk Janu menghentikan mobil itu.

"apa yang salah dalam pernikahan kita, Kaia? Kenapa tiba-tiba kamu kayak gini? Kalau ini masalah surat yang kamu kasih beberapa bulan lalu aku gak masalah. Aku gapernah punya masalah kalau ditakdirkan cuman hidup berdua sama kamu!" teriak Januar mengabaikan suara ketakutan Kaia yang saat ini tengah menegur suaminya untuk memperlambat laju mobil mereka.

"apa yang salah, Kay? Ngomong sama aku! Kita bisa cari solusinya bareng-bareng tapi bukan dengan berpisah!"

"Janu, please stop...Aku gamau kita kenapa-napa" perkataan Kaia tentu diabaikan oleh Januar, pria itu saat ini hanya ingin mendengar jawaban dari perubahan sikap sang istri.

"JAWAB AKU KAIA, APA YANG SALAH SAMPE KAMU MINTA CERAI? APA KAIA?" Januar sudah tidak bisa lagi menahan semuanya, malam ini ia harus mendapat jawaban dari sikap istrinya itu.

"karna aku udah gak mencintai kamu lagi, Janu. Terlebih tekanan dari ibu kamu yang selalu mengharapkan seorang cucu disaat aku gabisa memberikannya, itu nyakitin aku, Janu! Aku gamau terikat dengan pernikahan ini lagi" ucapan Kaia semakin membuat Januar menggila, pria itu semakin menginjak pedal gas dengan kecepatan tinggi. Januar tau kalau istrinya itu tengah berbohong, pria itu tau Kaia juga sama tersakiti seperti dirinya tapi perpisahan bukanlah jalan keluarnya.

"Januar, please berhenti...kita bisa kenapa-napa Janu!" Kaia semakin kuat memegang gagang pegangan yang berada diatas pintu mobil, wanita itu semakin ketakutan saat ia melihat didepannya ada sebuah truck yang melaju dengan kecepatan tinggi.

"JANUAR AWAS!!!"


Januar tersadar dari tidurnya, ia merasa seperti baru saja mengalami hal aneh. Ia melihat sekelilingnya dimana saat ini ia berada diruangan yang ia yakin adalah rumah sakit. Ingatannya tiba-tiba melayang pada kejadian dimana Kaia yang meminta cerai lalu ia kehilangan fokus disaat itu juga ada sebuah truck, yang ia ingat dirinya berusaha menghindari truck itu dengan membanting setir kearah kanan. Selebihnya ia lupa.

Januar merasa sakit dibagian kepalanya saat ia mencoba untuk bangun.

"bapak udah sadar? Sebentar saya panggil dokter untuk memeriksa keadaan anda" ucap salah satu perawat yang melihat Januar kini tengah duduk diranjang miliknya.

"sus, istri saya dimana? Kenapa saya bisa berada disini?" tanya Januar pada perawat itu.

"istri bapak baik-baik aja, dia ada diruangan lain. Bapak tunggu dokter dulu ya, baru bapak bisa melihat keadaan istri bapak" jelas sang perawat yang kini pergi meninggalkan Janu.

Selang beberapa menit, perawat yang tadi kini datang bersama dengan seorang dokter yang menangani dirinya.

"bapak tidak apa-apa, bapak hampir tertidur selama 1 hari karna kejadian itu. Saya takutnya bapak mengalami gegar otak akibat terjadi benturan saat kecelakaan itu. Syukurlah saat ini anda sudah sadar" Januar hanya bisa mengucap terima kasih, lalu ia tersadar jika ia tidak sendiri dalam kecelakaan itu.

"lalu bagaimana keadaan istri saya dok?" mendengar penuturan Januar, dokter itu hanya tersenyum.

"istri anda baik-baik saja, mungkin gejalanya bisa lebih parah karna benturan keras yang ia rasakan. Kami juga sedang menunggu istri anda siuman untuk observasi lebih lanjut" penjelasan dari dokter membuat Januar mengucap syukur karna tuhan masih menyelamatkan nyawanya dan...istrinya.

NoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang