7

589 100 26
                                    

Januar pulang dengan keadaan kacau, ia memang sudah memutuskan untuk menjauh dari keluarga besarnya demi sang istri. Apalagi saat ia mengetahui fakta yang membuat Kaia berubah terhadapnya itu akibat sang ibu.

Sesampainya dirumah ia melihat sang istri tengah duduk di ruang tengah seperti menunggunya.

"kamu udah pulang? Kok gak nelfon? Kan aku bisa jem-"

"Janu, aku udah inget semuanya" ucapan Kaia membuat Januar seketika mematung. Kaia? Istrinya itu sudah mengingat tentang mereka...lalu apa ini?

"obrolan kita yang terakhir di mobil, aku gak main-main Janu. Ayo kita berpisah" ucapan Kaia membuat Januar menatap nanar ke arahnya. Januar kini meneteskan air mata membuat Kaia merasa tidak tega.

"maaf...maafin aku Kay, aku gak becus jadi suami kamu. Aku gabisa ngejaga kamu dari ibu aku sendiri, maafin aku Kaia" Januar jatuh terduduk dihadapan Kaia, ia bersimpuh memohon pengampunan dari istrinya. Mendengar ucapan Januar, Kaia langsung tersentak apa artinya suaminya itu tau kalau sang ibu adalah dalang dibalik kehancuran rumah tangga mereka.

"kamu ngomong apasih Janu, aku minta pisah karna murni aku udah gak cinta sama ka-"

Tak ingin mendengar ucapan istrinya Januar langsung memangut bibir Kaia dengan bibirnya. Membungkam bibir itu agar tidak mengucapkan kalimat yang tidak ingin Januar dengar.

Awalnya Kaia berontak namun saat ia merasakan Januar menangis, Kaia membalas pangutan itu. Tidak ada nafsu yang ada hanya tangisan dan perasaan cinta mereka yang sekarang jelas tergambar lewat pangutan itu.

Januar segera menggendong Kaia dan membawa sang istri menuju kamar milik mereka. Malam ini biarkan mereka bersatu seperti tidak ada lagi hari esok bagi keduanya.

--

Setelah pergulatan panas keduanya tidak ada yang memutuskan untuk tidur. Keduanya seakan masih ingin merasakan kehadiran satu sama lain.

"maafin aku Kay, aku gak tau kalo selama ini kamu semenderita itu menikah sama aku" ucap Jamuar yang kini tengah mengelus surai rambut sang istri.

Kaia malah menelusupkan wajahnya kedalam pelukan Januar.

"aku yang harusnya minta maaf, karna nutupin masalah ini dari kamu. Aku cuman gamau kamu bertengkar sama ibu dan gak percaya sama aku" kata Kaia lemah. Sedari tadi ia menahan tangisannya tapi akhirnya tumpah juga.

"hey, aku akan selalu percaya sama kamu. Melebihi siapapun, jadi kalau ada apa-apa cerita sama aku. Aku ini suami kamu, Kay" kata Januar yang semakin membuat Kaia terisak didalam pelukan Januar.

"untuk masalah ibu, aku udah memutus hubungan dengan beliau. Aku gak mau liat kamu disakitin terus-terusan sama mereka" Kaia kini tersentak begitu mengetahui kalo Januar memutus hubungan antara dirinya dengan sang ibu.

"Jan-"

"kamu tenang aja, ini udah keputusan aku. Dan untuk masalah Janette, maaf selama ini aku kurang tegas sama dia. Maaf juga kalo selama ini kamu selalu mendapat teror yang isinya foto aku sama dia, aku gak menampik kalo itu aku tapi aku ada alasan kenapa aku ketemu sama dia, siapa lagi kalau bukan karna ibu. Maafin aku, Kay" Kaia malah semakin mempererat pelukkannya membuat Januar terkekeh.

"Janu, sebenernya surat itu bohong. Kandungan aku gak lemah, aku bisa hamil cum"

"ssst, aku tau. Tadi sebelum pulang aku mampir kerumar sakir dan maksa Winnie buat nyeritain kondisi kamu yang sebenernya. Don't be sorry for that, baby" Januar mengecup kening Kaia.

"tentang pernikahan ki-"

"gak akan ada perpisahan diantara kita sayang. Kalau perlu kita pindah dari kota ini biar gak diganggu ibu, kamu mau?" kata Januar yang mengajak Kaia untuk pergi. Kaia terlihat berpikir, kalau ia menuruti Januar itu sama saja seperti ia semakin menjauhkan Januar dari keluarganya.

NoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang