3

527 102 4
                                    

Januar terduduk lemas diluar ruangan milik Kaia, ia mengacak rambutnya kesal karna mendengar penuturan dari dokter tadi bagai petir disiang hari.

Dokter mengatakan jika Kaia mengalami Amnesia Global Sementara karena kepalanya yang terbentur keras waktu kecelakaan itu. Januar sendiri bingung harus merasa senang atau sedih, disatu sisi dengan hilang ingatannya Kaia mungkin saja ia masih bisa mempertahankan rumah tangganya yang sedang diujung tanduk itu. Sedihnya, Kaia sama sekali tidak mengingat siapa dirinya jangankan untuk mengingat Januar, ingatan akan sosok Kaia sendiri saja wanita itu lupa.

"Nu, Kaia mau ketemu sama lo" kata Sarah saat keluar dari ruangan milik Kaia.

"udah selesai yang? Kaia gimana?" tanya Calvin begitu melihat sang istri keluar dari ruangan Kaia sembari mengusap pipinya yang basah karna air mata.

"pelan-pelan aja, Kaia masih butuh penyesuaian. Gue udah bilang kalo dia udah nikah dan lo suaminya" kata Sarah yang menatap prihatin pada suami sahabatnya itu. Tadi semenjak Kaia siuman, ia hanya mengizinkan Sarah untuk menceritakan siapa dirinya dan semua tentang Kaia, sedangkan Januar dan Calvin menunggu diluar.

"terus dia percaya?" tanya Januar pelan.

"dia percaya kalo lo itu suaminya tapi pelan-pelan aja Nu, Kaia juga masih butuh penyesuaian sama kondisi dia yang sekarang" ucapan Sarah hanya diangguki oleh Januar, karna Sarah benar istrinya kini tengah butuh penyesuaian dengan kondisi yang ia alami saat ini.

"Nu, gue mau ngasih tau sesuatu" ucap Sarah sebelum ia pergi meninggalkan Januar sendiri yang disetujui oleh pria itu tentu saja.

"untuk sementara jangan temuin dulu Kaia sama nyokap lo dan kalo lo mau tau kenapa Kaia berubah, cek ponselnya. Lo pasti bakal tau, cuman itu yang bisa gue kasih tau. Selebihnya cuman Kaia yang berhak ngasitau lo" kata Sarah membuat Januar terdiam.

Dari penuturan Sarah sebenarnya apa yang terjadi diantara ibu-nya dengan Kaia? Kenapa Sarah mewanti-wani dirinya agar tak mempertemukan Kaia dengan sang ibu?

Januar langsung masuk kedalam ruangan Kaia dan mendapati sang istri kini tengah duduk sembari menatap kearah jendela, harus berapa kali Januar bilang kalau istrinya itu terlihat sangat cantik? Walau dengan perban dan beberapa luka lebam disekitar wajahnya.

"Kay"

Kaia masih menatap kearah jendela luar tapi pikirannya entah berada dimana, kata wanita bermata monolid yang namanya Sarah tadi memberitahu kalau namanya adalah Kaia Athaleta, umurnya 27 tahun, ia sudah menikah dengan seorang pria bernama Januar Kairangga selama 7 tahun dan mereka saling mencintai.

Kaia tak tahu harus mempercayai ucapan wanita itu atau tidak, tapi Kaia rasa ia harus mengenal dulu sosok pria yang Sarah ceritakan tadi.

"Kay"

Wanita itu tersentak saat mendapati sosok pria yang baru saja masuk kedalam ruangannya, awalnya Kaia merasa takut dan canggung untuk bertemu dengan pria yang berstatus suaminya itu, namun saat melihat sosoknya entah mengapa Kaia merasa ada kenyamanan.

"oh hai, kamu Januar kan?" tanya Kaia dengan menampilkan senyum manisnya. Ia akan berusaha untuk mencari siapa jati dirinya dan mengenal sosok Januar.

Januar melangkah mendekat kearah ranjang milik Kaia dan duduk dikursi samping ranjang Kaia.

"kamu udah enakkan? Gimana kepala kamu? Masih sakit?" tanya Januar sembari memegang tangan Kaia. Awalnya Kaia merasa asing dengan sentuhan dari pria itu, namun ketika tangan keduanya bertaut iya merasa seperti ada getaran diantara keduanya.

"aku udah baik-baik aja, cuman masih suka pusing sedikit. Kamu gimana? Kata Sarah tadi kita kecelakaan berdua" Kaia memperhatikan raut wajah Januar, walau tampan terlihat ada gurat lelah diwajahnya. Dan Kaia merasa gak suka melihat pria ini kelelahan.

"maafin aku, karna aku gak becus bawa mobil kamu jadi kayak gini. Aku hampir gila waktu tau kamu gak sadarin diri hampir 2 hari" kata Januar dengan suaranya yang bergetar, Kaia yang melihat itu langsung mengusap kepala Januar yang tertunduk diatas tangan sebelahnya.

"aku udah gapapa Janu, kamu gak usah khawatir" ucapan Kaia sontak membuat Januar mendongak kearah wanita itu. Ia melihat Kaia tersenyum padanya membuat perasaan Januar membuncah, sudah berapa lama ia tidak mendapati istrinya tersenyum tulus seperti ini?

"kamu istirahat ya, aku temenin disini sambil ngerjain beberapa pekerjaan kantor. Kata dokter kalau dalam 1x24 jam kamu gak ngerasain sakit, kita bisa pulang kerumah" jelas Januar yang hanya diangguki oleh Kaia, wanita itu juga merasa kelelahan setelah mendapat beberapa informasi penting akan siapa dirinya.

"Janu, jangan capek-capek ya" ucapan Kaia membuat Januar tertegun, apa ini artinya Kaia-nya yang dulu sudah kembali?

Keesokan harinya karna kondisi Kaia sudah lebih baik, dokter mengizinkan dirinya untuk pulang kerumah dengan beberapa saran yang hanya Januar tau. Setidaknya dengan pulang kerumah, Kaia bisa mengenal siapa dirinya dan Januar lebih dalam.

"maaf lama, tadi aku ambil obat punya kamu dulu trus dokter juga ngasih wejangan buat kondisi kamu" jelas Januar yang baru saja kembali kedalam ruangan Kaia.

Dilihatnya sang istri kini sudah bersiap dengan setelan baju yang dibawakan oleh Januar tadi pagi lalu keduanya memutuskan untuk segera pulang.

"kamu...hari ini kekantor ?" tanya Kaia dalam perjalanan keduanya, Januar menggunakan mobil miliknya sedangkan mobil Kaia kemarin langsung dibawa ke bengkel dan mendapat asuransi.

"enggak. Tadi sebelum jemput kamu, aku mampir ke kantor dulu buat ijin beberapa hari" kata Januar menjelaskan kenapa ia terlambat untuk menjemputnya tadi.

Kaia hanya menganggukan kepalanya, sebenarnya ia merasa tak enak karna dirinya Januar sampai harus mengambil cuti tapi kalau tidak...bisa dipastikan Kaia tidak akan tahu apa-apa tentang hidupnya.

"maaf ya, gara-gara aku kamu sampe harus ambil cuti" Kaia yang merasa bersalah akhirnya mengutarakan perasaannya, hal itu tak luput membuat Januar senang bukan main.

"gak masalah, apasih yang gak aku lakuin buat kamu" ucap Januar sembari mengacak rambut Kaia membuat Kaia menggerutu kesal.

"ihh Janu, jangan dirusakin rambut aku!!!" sentuhan tangan Januar tiba-tiba terhenti mendengar gerutuan sang istri.

"Janu...aku salah ngomonng ya?" tanya Kaia yang merasa tingkah Januar tiba-tiba aneh.

"enggak, kamu gak salah. Aku cuman seneng, akhirnya kamu bisa cerewetin aku kayak dulu lagi" kata Januar dengan suara pelan dan sedikit bergetar, Januar gak bohong. Dia memang senang dengan respons Kaia seperti barusan, rasanya seperti Kaia Athaleta yang dulu membuat Januar jatuh cinta seperti orang gila.

"memangnya aku sempet berubah ya sampe kamu bisa bersikap seperti itu?" tanya Kaia ragu-ragu, ia terlihat seperti takut untuk mengungkit sikapnya dulu pada suaminya itu.

"lupain aja, gak bagus buat diinget dan aku gamau kamu kepikiran. Aku cuman mau kamu seneng aja" kata Januar sembari mengecup punggung tangan Kaia dan menggenggamnya sepanjang jalan.

Hal seperti itu tak luput dari pandangan Kaia, wanita itu merasa sangat dicintai...dan tentu ia juga merasa nyaman dan suka dengan perlakuan sang suami.

"ini rumah kita?" tanya Kaia pada Januar ketika mereka baru saja turun dari mobil dan berhenti tepat didepan sebuah rumah. Rumah yang hampir mereka tempati selama 3 tahun ini.

"iya ini rumah kita, tepatnya rumah kamu sih. Aku beliin sebagai kado pernikahan kita yang ke-4" kata Januar mengingat bagaimana ia mendapatkan rumah idaman Kaia membuat hatinya menghangat.

"aku suka, aku pasti bakal betah tinggal disini. Kita cuman tinggal berdua?" Januar hanya mengangguk membuat Kaia ingin bertanya semakin jauh.

"Janu, apa kita gak punya anak?" pertanyaan Kaia membuat Januar menghentikan aktifitasnya, diotakknya kini ada berbagai macam jawaban untuk menjawab pertanyaan Kaia.

"Janu, aku nanya ih. Apa kita punya anak? Maksud aku-"

"belum, kita belum merencanakan untuk punya anak dulu dalam beberapa waktu, itu juga atas permintaan kamu atau kamu mau mencoba membuatnya bersamaku?" penjelasan Januar membuat pipi Kaia merona, entah apa maksud dari ucapan suaminya itu tapi hal itu sukses membuat jantung Kaia berdebar tak karuan.

***

NoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang