|45| DESTINY PLAYS

104 11 1
                                    

Jika takdir-Mu berkata lain, maka buatlah aku bahagia sebentar saja bersamanya. Hanya sebentar saja, Tuhan. Selebihnya terserah.
~ Naura Andhira Basgarah ~

Tidak ada bahagia tentangku selain kebahagiaan dia, Tuhan. Buat dia bahagia selama-lamanya, dia berhak bahagia atas kebahagiaannya.
~ Naufal Faresya Mahendra ~
______________________________________

Kata Dokter, besok Naura sudah bisa pulang. Satu minggu di rumah sakit rasanya memang tidak enak, ia harus memakan bubur yang tawar itu dan mencium bau obat-obatan rumah sakit. Sekali lagi rasanya tidak enak.

Tadi siang Dokter datang memeriksanya, ada beberapa pesan yang Dokter sarankan untuk Naura yang didengar juga oleh Erlangga dan Kania.

"Ingat tadi kata Dokter." Ucap Erlangga kepada Naura, entah yang keberapa kalinya Naura mendengar ucapan Papanya itu. Selalu saja diulang-ulang.

"Ara ingat, Pah." Sahut Naura yang duduk manis diatas brankarnya. Kepalanya juga masih diperban, mungkin besok baru dilepas.

"Nanti Ara udah di rumah baru Mama kasih tahu sesuatu." Ucap Kania pada Naura.

"Sesuatu apa?" Tanya Naura bingung.

"Yah, kan Mama bilangnya nanti Ara udah di rumah, sayang."

"Mama jangan buat Ara penasaran, deh."

"Yah, gapapa. Kejutan, sayang." Balas Kania lagi.

"Kedua temanmu akan datang lagi?" Tanya Erlangga.

"Iya, Pah. Lagi sementara kesini." Jawab Naura.

"Mereka selalu datang dua kali sehari, apa tidak dicari oleh Ibu nya?" Tanya Erlangga lagi.

"Orang tua mereka sibuk, punya satu Abang sama kayak Ara, Pah." Jawab Naura.

"Ohiya, sampe lupa, Adit belum datang dari tadi pagi. Kemana dia?" Tanya Kania.

"Jaga Cafe?" Tanya Erlangga.

"Gak ada di Cafe."

"Yah sudah, dia laki-laki."

"Nanti teman mu datang baru Papa sama Mama balik kerumah untuk gantian." Akhirnya.

"Iya, Pah."

*****

"SERIUS LO, RA!"

"Aduh, Mel. Gausah teriak, deh." Danisya menggosok-gosok telinganya akibat teriakan Amel.

"Gila sih, Sya. Satu minggu Naura disini. Naufal dateng sekali doang anjir!" Ucap Amel julid.

"Balas Ra." Suruh Danisya, seketika Naura mengerjapkan matanya. Balas bagaimana?

"Maksud lo?" Tanya Naura.

"Yah balas perbuatan Naufal, lo cuekin dia kalo perlu."

"Kayak gak tau Naura aja lo, Sya. Mana bisa dia." Sahut Amel.

Naura menciut mendengar tuturan Amel, memang benar dirinya susah untuk bersikap cuek pada Naufal yang sekarang sudah menjadi pacarnya. Kalau dulu mungkin bisa.

"Kalo gak digituin tuh manusia, tetap aja gitu, Ra." Ucap Danisya berpegang teguh pada sarannya tadi.

"Tetep aja gue gak bisa." Sahut Naura memelas.

"Bisa, lo nya aja yang terlalu kasihan sama Naufal."

"Gak ikut-ikutan gue, dah." Ucap Amel mulai sadar ketika melihat Danisya yang mulai emosi dan Naura yang wajahnya sudah berubah.

"Hi' Love!" (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang