|38| MAAF DAN MAAF

172 24 15
                                    

Naufal langsung berjalan cepat menggendong Naura keluar dari UKS untuk di bawah ke rumah sakit. Naura sudah tidak sadarkan diri, matanya terpejam, mukanya juga pucat.

Anak-anak masih saja berkumpul melihat Naura di gendong Naufal, mereka bertanya-tanya ada apa dengan Naufal yang wajahnya dingin dan sangat panik.

"Itu anak-anak pada kenapa, sih? bisik-bisik begitu." Ketus Danisya.

"Yah lo gak tau aja, mereka belum tau Naufal sama Naura pacaran. Makanya bingung begitu." Sahut Amel.

"Harus gue umumin dulu nih kayaknya."

"Kagak begitu juga, Neng."

"Kalian ngapain berhenti di sini?" Tanya Varo yang berhenti melihat Danisya dan Amel menghentikan langkahnya. Di samping Varo juga ada Bella.

"Ini Danisya." Jawab Amel.

"Lah, kok gue?"

"Kan lo tadi yang kepo sama anak-anak."

"Kita berdua, Amel. Bukan gue doang."

"Sana kalian susul Naufal." Ucap Varo lalu meninggalkan Danisya dan Amel. Ia berlari menyusul Naufal.

"Lo sih." Senggol Amel. Mereka kemudian menyusul Naufal yang tidak lama lagi akan sampai di parkiran.

Adit juga sudah ada di parkiran bersama Raffa dan Varo, ia sudah duduk di atas motornya menunggu Naufal dan Naura.

"Var, lo bareng Adit." Suruh Raffa pada Varo.

"Nanti gue ikut Naufal ama Danisya dan Amel." Tambah Raffa.

"Gue bareng Bella." Ucap Varo.

"Oh, Bella ikut." Balas Raffa.

"Gak bisa gitu gue bareng Naufal aja, lo yang sama Varo?" Tanya Bella.

"Lo sama sepupu lo aja, sama sepupu lebih aman." Jawab Raffa memainkan keningnya membuat Bella kesal.

"Sya, Amel. Itu Naufal udah masukin Naura di mobil, sana masuk jangan bengong." Suruh Raffa.

"Danisya, nih." Sahut Amel menyenggol tangan Danisya.

"Gua muluh, ih."

"Udah sana masuk." Geram Raffa, ia juga ikut duduk di depan.

"Mereka itu cerewet sekali." Gumam Adit.

"Lebih dari cerewet." Sahut Varo.

Naufal langsung menggaskan mobilnya ketika semua sudah masuk, sedari tadi ia diam saja tak mengeluarkan kata-kata. Entahlah, apa yang sedang ia pikirkan. Yang intinya wajahnya saat ini sangat-sangat datar dan dingin.

"Jangan kebut, bahaya nanti." Tegur Raffa.

"Naura butuh dokter." Datar Naufal.

"Iya tapi jangan kebut-kebutan, ini masih pagi. Masih banyak pengendara lain."

"Hm."

"Hem ham hom, pelan-pelan elaah." Ngegas Raffa.

Naufal tetap pada pendiriannya, mengemudi mobilnya dengan kecepatan tinggi. Hal itu membuat Raffa menggelengkan kepalanya.

"Yaholo, Nopal." Greget Raffa.

"Diam, Raffael!" Sentak Naufal, lelaki ini tidak menghiraukan ucapan Raffa, Naufal tetap saja menyetir dengan kecepatan tinggi.

"Etdah." Gumam Raffa, ia menelan ludah nya dan diam tak berkutik ketika Naufal menyebut namanya dengan sebutan Raffael.

"Naura pucat banget, dingin juga tangannya." Ucap Amel.

"Hi' Love!" (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang