|31| JALAN-JALAN DULU

161 19 10
                                    

Setelah mengantar Bella pulang, Varo melanjutkan tujuannya untuk membelikan Ifah baju. Keduanya berjalan beriringan, mengayunkan kakinya dengan santai sambil mengelilingi pandangannya ke seluruh penjuru gedung besar berlantai-lantai ini.

"Kak, aku ngerasa gak enak sama kakak." Ucap Ifah, Varo terus mengayunkan kakinya tanpa menjawab ucapan Ifah.

Ifah diam, apa dia salah bicara sampai Varo diam terus. Ia kemudian mengikuti langkah Varo kemana lelaki ini pergi, hingga beberapa saat Varo menghentikan langkahnya di depan sebuah ruangan yang banyak baju dan sendal di situ. Ada sepatu juga.

"Nanti di puncak dingin." Ifah menganggukkan kepalanya.

"Cari baju yang hangat buat di pakek." Ucap Varo.

"Aku langsung masuk aja, kak?" Tanya Ifah pelan, ia mendongakkan kepalanya keatas untuk melihat Varo, soalnya lelaki ini sangat tinggi.

"Masuk aja, gue temenin." Ifah mengangguk lalu masuk dan memilih baju apa yang cocok di pakai buat di puncak.

"Yang mana, yah." Gumam Ifah. Varo menoleh pada Ifah yang kelihatan bingung.

"Susah banget, yah, milih baju?" Tanya Varo datar.

"Aku cuman bingung, ini mahal semua." Jawab Ifah.

"Lo kan anak orang kaya, masa liat baju mahal, udah ngeluh."

"Yah, abisnya kakak yang beliin aku, jadi aku harus nyari yang murah aja."

"Ambil aja apa lo yang suka, Fah." Varo memasukkan satu tangannya ke dalam saku celananya.

"Aku maunya ini." Ifah menunjuk hoodie berwarna putih.

"Yang penting bikin anget." Ucap Varo.

"Aku ambil, yah, kak?" Tanya Ifah menatap Varo. Lelaki itu menoleh melihat Ifah yang memegang hoodie putih.

"Ambil aja, hati gue aja udah lo ambil." Ha! Ifah mengerjapkan matanya, ia kurang menyerap ucapan Varo barusan.

"Maksud, kakak? Aku kurang denger tadi kakak ngomong apa?" Varo membuang wajahnya lalu melangkahkan kakinya.

"Cukup hati lo aja yang denger, telinganya gausah." Jawab Varo. Ifah semakin bingung, lelaki itu suka menggantung ucapannya membuat orang yang mendengar menjadi bingung sendiri.

Ifah menghela nafasnya, karena malas membuang-buang waktu, ia menarik hoodie putih tadi dari gantungan kemudian menyusul Varo.

"Kak, udah aku ambil, nih." Ifah memperlihatkan hoodie nya pada Varo.

"Cari lagi, itu hanya hoodie doang. Bajunya belum." Ucap Varo sambil melihat-lihat sepatu di depannya.

"Tapi kakak temenin aku." Balas Ifah.

"Emang di sini gak ada yang lo suka?" Tanya Varo.

"Ada."

"Yaudah, mana?" Ifah langsung melangkahkan kakinya menuju gantungan baju yang lain. Ia menghentikan langkahnya ketika sudah sampai di deretan baju kaos.

"Kaos?" Tanya Varo mengernyit bingung.

"Iya, aku mau beli kaos ini. Satu yang lengan panjang satunya pendek." Jawab Ifah.

"Kirain mau dress."

"Ini aja gapapa, yah?"

"Iya, ambil aja." Ifah langsung menarik baju berwarna kuning lengan pendek dan biru yang lengan panjang. Lengan panjang itu cuman lengannya doang yang panjang, bawaannya sebatas pinggang.

"Ambil dua, yang kuning." Suruh Varo.

"Aku maunya satu aja, kak."

"Bukan buat lo." Ifah tersenyum kikuk, jadi malu sendiri dia. Bodoh, kenapa tidak tanya dulu. Ia merutuki dirinya sendiri.

"Hi' Love!" (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang