Haechan tidak menyangka jika Mark akan mengambil langkah yang begini jauh. Dan bodohnya, dia benar - benar tidak bisa menghindar atau menolak.
"Apa anda yakin?" tanya Kim Seokjin - wali kelas Haechan di kelas 2-3 yang ada di SMA Negeri 1 Seoul.
"Ya, sangat serius. Saya ingin memberikan pendidikan yang terbaik untuk Haechan, bukan berarti pendidikan di SMA Negeri buruk ta..."
"Maksudku apa anda yakin jika anda adalah saudara Haechan?" Seokjin memotong ucapan Mark, "Haechan tidak pernah bercerita kalau memiliki saudara."
Haechan menatap kearah Mark kemudian menatap pada Seokjin. Dia berharap Seokjin tidak bertanya banyak hal pada Mark dan membuat murka laki - laki yang duduk disampingnya ini. Lubangnya masih sedikit nyeri karena digempur Mark kemarin malam, jangan sampai karena marah lubangnya digempur kembali.
"Aku memang baru menemukan Haechan setelah berpisah dengan kakakku - ayah Haechan. Dan karena satu - satunya saudara Haechan saat ini maka aku harus memperhatikan Haechan dengan sepenuhnya," kata Mark.
Kepala Seokjin menoleh kearah Haechan dan dengan cepat Haechan tersenyum lebar. Mata Seokjin melirik kearah leher Haechan dimana terdapat beberapa bekas kemerahan. Mark yang menyadari tatap mata Seokjin, mengetuk meja untuk mengalihkan perhatian guru muda dihadapannya ini.
"Apa masih ada hal lain? Aku masih banyak pekerjaan," kata Mark.
Seokjin tersenyum ramah kearah .ark, "Sudah cukup. Semoga Haechan mendapatkan yang terbaik disekolah baru."
"Tentu saja," Mark bangkit berdiri dari tempat duduk, "Ayo Haechan."
Haechan ikut bangkit berdiri, ia membungkukkan tubuhnya dengan sopan pada Seokjin dan melangkah mengikuti Mark.
@@@@@
Haechan melangkah dengan cukup terburu-buru dan terpontang panting mengikuti langkah kaki Mark, "Ahjussi.. jangan cepat - cepat."
Sayangnya, Mark tidak mendengar ucapan Haechan dan masih saja melangkah dengan cepat. Sementara Haechan semakin kelelahan karena seakan mengejar Mark.
"Ahjussi!!!!" akhirnya Haechan berteriak dan membuat Mark menghentikan langkah kakinya.
Mark membalikkan badan dan menatap pada Haechan yang dadanya terlihat naik turun karena kelelahan. Mark melangkahkan kaki mendekat pada Haechan, dengan lengan bajunya ia mengusap peluh di kening Haechan.
"Kenapa?" tanya Mark.
"Aku lelah... Lubangku juga masih sakit, kau jalan cepat sekali," kata Haechan.
"Maafkan aku.." ucap Mark lirih, ia kemudian mengendong tubuh Haechan didepan tubuhnya dan membawa tubuh mungil Haechan menuju mobilnya.
"Jangan digendong begini juga dong ahjussi, aku malu..." Haechan membenamkan wajahnya di dada Mark, mereka melangkah menuju mobil bertepatan dengan waktu istirahat hingga membuat Haechan dan Mark menjadi perhatian banyak orang.
@@@@@
Seokjin berdiri didepan jendela, mengamati Haechan yang digendong oleh Mark.
"Permisi..."
Mendengar ketukan pintu, Seokjin menolehkan kepala dan menatap pada seorang laki - laki yang melangkah masuk kedalam ruangannya sembari mengeluarkan kartu identitas sebagai polisi.
"Perkenalkan aku Jeon Jungkook dari kepolisian pusat," ucap Jungkook memperkenalkan diri.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Seokjin.
"Saya hendak bertanya tentang salah satu siswa anda yang bernama Lee Haechan..."
@@@@@
Haechan tentu saja tidak bisa segera membiasakan diri di SMA Seungri, selain karena SMA yang menjadi impiannya dulu ini ternyata luar biasa indah dan menakjubkan - bahkan lebih menakjubkan dari bayangannya karena merasa tidak mampu masuk kedalam SMA Seungri. Tapi hari ini, dia bisa berjalan - jalan diantara koridor, bisa berjalan masuk kedalam perpustakaan yang begitu indah, besar dan nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sangkar
FanfictionSangkar emas yang diciptakan Mark terlihat begitu menggiurkan. Sementara sangkar berjeruji bunga mawar berduri yang diciptakan Haechan terlihat memilukan. Dua sangkar saling beradu. Berusaha menarik kedalam dan mengurung selamanya. Siapa yang akan...