Haechan pikir Mark akan marah besar padanya. Memukulnya? Tidak, Mark tidak pernah memukulnya, bahkan disaat paling kesal sekalipun, Mark tidak pernah memaksanya untuk melayaninya. Meski beberapa hari lalu Haechan menyerahkan dirinya karena tidak mau ada korban, tapi jelas itu bukan karena paksaan Mark.
Tapi, Haechan jauh lebih suka Mark yang marah. Teriakan kesal dari Mark. Atau makian dari mulut Mark - yang tidak ditujukan padanya. Dibandingkan diam seperti ini. Haechan terus mengira - ngira apa yang sedang dipikirkan oleh Mark saat ini. Hendak bertanya tetapi takut, tidak bertanya justru semakin takut. Haechan benar - benar tidak mau Mark meluapkan kemarahannya dengan pergi membunuh.
"Ahjussi..." panggil Haechan dengan lirih.
"Apa?" balas Mark dengan singkat dan bernada sangat dingin.
Haechan semakin kebingungan, apakah dia harus mengatakannya? Tanpa melepaskan pandangannya dari jalanan didepan, Mark melirik sejenak pada Haechan.
"Ada apa? Katakanlah?" tanya Mark kembali, kali ini dengan nada suara yang jauh lebih lembut.
"Itu... tadi... aku belum selesai memakan patbingsu - nya," Haechan mengutuk dirinya sendiri karena tidak mampu mengatakan yang sebenarnya.
Mark kali ini benar - benar menatap kearah Haechan, anehnya anak laki - laki disampingnya ini malah memalingkah wajah yang sudah memerah. Mark tersenyum tipis, "Patbingsu ya... tidak buruk juga, aku juga belum makan malam."
Mobil melanjutkan lajunya, pergi menuju rumah makan tujuan Mark yang masih tersenyum lebar dan Haechan yang menahan malu.
Melihat menu makanan yang tersedia diatas meja seketika Haechan melupakan niatnya untuk sekedar makan patbingsu. Dia teringat kalau memang belum makan malam juga, jadilah dia dengan penuh semangat segera mengambil sumpit dan mangkuk.
"Makanlah yang banyak," kata Mark yang kemudian memberikan kode pada pelayan agar keluar dari ruang privat dan memanggangkan daging untuk Haechan.
"Selamat makan..." kata Haechan dengan senyuman lebar ia menunggu daging matang. Senyumannya semakin melebar melihat Mark memberikan satu iris daging diatas nasi hangatnya, "Ahjussi juga jangan lupa makan."
"Ne..." Mark masih sibuk membalik beberapa daging hingga ia kemudian meletakkan alat untuk membolak balik daging dan mulai ikut makan. Melihat Haechan yang makan dengan penuh semangat, Mark berinisiatif untuk pindah ke samping Haechan.
Haechan menatap kearah Mark yang pindah kesampingnya.
"Biar gampang kalau minta disuapi," kata Mark.
Jika sudah berkata manis seperti ini, Haechan rasanya lupa dengan kenyataan jika Mark ini adalah psikopat.
"Bagaimana sekolah barunya?" tanya Mark yang kembali menjadi petugas membolak balik daging.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sangkar
FanfictionSangkar emas yang diciptakan Mark terlihat begitu menggiurkan. Sementara sangkar berjeruji bunga mawar berduri yang diciptakan Haechan terlihat memilukan. Dua sangkar saling beradu. Berusaha menarik kedalam dan mengurung selamanya. Siapa yang akan...