seven / tujuh / 7

1.1K 141 27
                                    

menjawab keresahan kalian atau keresahan aku sih. jisung tuh sebenarnya gimana sih waktu awal-awal? langsung legowo aja atau gimana? anyway, ngga ada relationship tanpa emosi dan kekesalan. so, here it is! happy reading.


Sambil membuka kemejanya, Chenle bertanya dengan rasa penasaran ke Jisung.

"Perasaan kamu gimana pas kamu tahu kamu ngga jadi debut?"

Jisung yang sedang sibuk dengan tugas di meja kerjanya itu mengangkat kepala dan menolehkannya ke arah Chenle, "Kenapa tiba-tiba nanya?"

Chenle menggelengkan kepalanya dan berjalan menuju Jisung dengan memakai kaos rumahnya. Jisung melihatnya dari pantulan layar laptopnya dan badannya sudah berubah arah untuk melihat Chenle yang sekarang duduk di atas ranjang mereka.

"Mereka keliatan bahagia sebagai grup dan seharusnya kamu disana juga,"

Jisung tidak mau membalas apapun karena sekarang ia lihat Chenle sedang menatap lantai dingin apartemen mereka.

"Kakak minta maaf." Chenle kini melipat kakinya dan bertanya lagi, "Kamu kok ngga pernah marah sama kakak?"

"Aku marah juga ngga ada gunanya kak."

"Iya sih, tapi kan kamu kayak ngga pernah ngeluarin emosi kamu, kakak jadi bingung."

Mungkin Chenle yang tidak menangkap nada bicara Jisung yang sebetulnya mulai sedikit kesal karena balasan yang ia terima adalah, "Yaudah, ngga perlu kita bahas."

"Ini semua salah—"

"Salah siapa?" Jisung memotong, "Ngga ada yang salah disini."

Chenle menggelengkan kepalanya dan ia kemudian berbicara, "Kenapa kamu ngga pernah marah sama keadaan sih? Atau karena aku, idola kamu? Makanya kamu ngga pernah kesel sama dunia gitu?"

Jisung berdiri dari kursinya.

"Jangan pernah ngomong kayak gitu." Suara Alpha Jisung keluar, "Kalau emang karena kamu idola aku, aku bakal ngelakuin itu dari hari pertama aku masuk gedung agensi dan langsung cari kamu, paham?"

Chenle tidak tahu kalau Jisung bisa seperti ini. Bau pheromone khas Jisung keluar, sisi alpha Jisung mencengkram situasi ruangan ini. Chenle sebetulnya hanya bermaksud untuk mencoba berbagi nasib. Ia tidak pernah mendengar Jisung mengeluh dan ia pikir ia harusnya mulai untuk belajar mendengar keluhan pria itu. Tidak baik kalau dipendamnya sendiri.

"T-tapi kamu ngga—"

"Aku ngeluh juga ngga ngubah keadaan kan Chenle? Aku bakalan tetep jaga Su Ah kan? Aku ngeluh tiga tahun lalu juga ngga bakalan kamu denger kan Chenle?"

Chenle rasa, yang ingin ia lakukan ini salah. Suara Jisung sudah meninggi saat memotong pembicaraannya, mata pria itu menatap tajam dirinya. Tidak lama Jisung tertawa meremehkan.

"Kenapa tiba-tiba ngerasa kasian? Kenapa kamu ngga kasihan sama Jisung tiga tahun lalu? Oh iya, tiga tahun lalu emang kamu yang sakit. Dua belas bulan ngandung, anak dari pria yang kalau aku inget ucapan staf agensi kamu 'anak trainee entah darimana' atau anak yang ngga ada tandingannya kalau sama siapa nama penyanyi top yang pernah nyanyi sama kamu? Ya itu lah, sekarang juga ngga terkenal jadi ngga penting. Setelah dua belas bulan kamu juga lepas tanggung jawab. I know, kamu masih ngasih duit buat Su Ah lewat mamah kamu. Ngga aneh kalau Su Ah pulang dari Shanghai selalu pake baju baru. Tapi masalahnya, anak itu ngga perlu baju baru. Dia cuman mau kamu perhatian kamu."

Jisung mengusap wajahnya dan kembali melanjutkan, "Kamu mau denger aku ngeluh kan Chenle? Capek. Ngurus anak kalau cuman satu pihak yang ada juga capek. Aku ngga berharap kamu juga ada di sisi aku, aku cuman pengen kamu anggap Su Ah ada selama minimal sekali dalam 365 hari, 12 bulan dikali 3 tahun selama ini. Ngga cuman telefon dua kali seminggu dan titip pesan dari mamah kamu. Feel free to text me."

Teach Me How To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang