nine / sembilan / 9

1.2K 138 14
                                    

note: update sedikit ditakutkan aku ngga sempet update minggu ini. selamat membaca! haha


Pagi itu, Jisung terbangun karena gerakan badan Chenle. Chenle sudah menyenderkan seluruh badannya ke Jisung, kepalanya sudah dengan nyaman mengambil posisi di lengan tangan kanan Jisung. Jisung tidak pernah menyangka kalau seorang omega yang sedang pre-heat bisa sampai sewangi ini.

Dengan tangan satunya, Jisung meraih handphone dari bawah bantalnya. Setelah menunggu dinyalakan, layarnya menunjukkan bahwa sekarang pukul 7 pagi. Ah sial, ia terlambat. Terlambat membuat sarapan pagi, terlambat bangun pagi, terlambat membangunkan Su Ah.

Memang ada baiknya kalau memasuki waktu seperti ini, Su Ah dititipkan ke ibunya. Atau ibu Chenle yang minggu ini akan kembali ke Shanghai. Atau ke Sungkyung yang sibuk dengan kuliahnya. Mungkin ibunya adalah pilihan terbaik.

Jisung memencet speed dial nomor 3 dari handphonenya. Nomor sang ibu.

"Ya aku baru bangun,"

"..."

"Hah? Oh bu, um, apakah aku boleh menitip Su Ah?"

"..."

"Tidak, aku tidak ke Swiss. Ya, kami mau seperti pasangan lain."

"..."

"What? NO. Aku tidak akan membiarkan Su Ah tinggal disana demi plan hamil. Kami tidak atau belum sampai kesana bu. Biarkan kepalaku menyelesaikan masalah ini dulu dan kalau hamil.. itu urusanku bu."

"..."

"Ya oke, itu urusan ibu juga."

"..."

"Oke sayang juga. Ya terima kasih bu. Oh ya bu sekarang. Aku akan menyiapkan pakaian Su Ah sekarang yay aku sudah ingin mandi."

Jisung mematikan teleponnya dan kemudian menaruh gawainya itu di meja kecil di sampingnya. Sekarang masalahnya adalah ia harus bangun untuk menyiapkan pakaian Su Ah menginap.

Dengan perlahan Jisung mengangkat tangannya yang menjadi bantal bagi kepala Chenle, tangan satunya sudah memegang bantal lain untuk menggantikan posisi tangannya. Gerakan cepat Jisung membuat Chenle yang masih tertidur tidak sadar. Jisung menghela napas lega. Waktunya ia gosok gigi dan membangunkan Su Ah.

--

"TIDAK!"

"Kak, Su Ah cuman mau nginep di rumah ibu."

"NGGAA! Kakak bilang ngga, ya ngga ya Jisung? Maaf kalau ibu tersinggung tapi aku baru bertemu Su Ah. Aku tidak bisa berpisah dengan Su Ah."

Ibu Jisung tertawa (mengejek kalau kata Jisung). Ibu Jisung itu kemudian menunjuk dapur, "Lebih baik ibu selesaikan sarapan ya? Kalian bisa membahasnya di kamar. Ayok Su Ah, ikut nenek ke dapur."

"Yey, memasak bareng nenek!"

"SU AH JANGAN DEKAT—JISUNG!!!" Perkataan Chenle terpotong karena Jisung sudah menutup mulutnya dan membawa Chenle masuk ke dalam kamar mereka lagi. Pintu di kunci dengan tangannya yang kosong dan Jisung membawa Chenle ke kamar mandi.

Di kamar mandi, ruangannya kebih kedap suara daripada di kamar mereka.

"Oh sekarang gitu? Kamu mau marah sama kakak? Hah? Kenapa ngga dari kemarin-kemarin? Lagian juga kakak cuman ngga mau Su Ah keluar aja, kakak masih bisa jaga Su Ah kok."

"Kak, apaan sih."

Chenle marah. Jisung yang berbicara seperti itu cukup membuatnya sakit hati. Ia menghentakkan kakinya lalu berbicara, "Kamu yang ngga jelas."

Teach Me How To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang