5. S_G

209 36 5
                                    

Heksa membuka pintu ruang musik dan di susul yang lain. Langsung mengambil posisi ditempat masing-masing untuk pemanasan.

Oni yang masih di bawah pengaruh mood buruk tak berselera untuk bernyanyi sedikit pun.

"Udahlah Ni, mereka kan gak sengaja" bujuk Rigel sembari menyalakan AC.

Oni mendelik tak suka.

"Baju gue jadi kotor bangke! Udahlah-udahlah mata lu!" balas Oni kesal. Cowok itu hanya mengenakan kaos putih yang dijadikan dalaman seragam. Menolak seragam olahraga yang sempat Heksa tawarkan.

"Jangan ikut campur, Ri" ujar Abi pada sang kembaran. Tangan berotot nya sibuk memainkan senar gitar.

"Tapi kasian loh tadi si Wilis. Ampe mewek gitu" kini Leo yang bersuara.

"Biarin aja. Emang dasar nya cengeng kan tuh cewek. Mulut doang pedes, dipedesin balik mewek" julid Oni yang seperti nya masih menyimpan dendam.

Heksa yang ada dibelakang set drum sengaja memukul benda itu keras. Mengagetkan semua orang disana.

"SANTAI BISA GAK SIH?!" semprot Oni kesal. Jantung nya cuma satu, kalo copot dia gak punya cadangan.

Heksa terkekeh geli, "ya lo pada malah asik ghibah. Buru latihan, gue mau tidur"

Oni sendiri yang sudah berdiri di depan stand mic, mendecak kesal.

"Yaudah tidur aja sana. Skip latihan sehari gak bakal bikin kita lupa kunci nada juga" sewot Oni. Sudah dibilang kan mood nya jelek.

Tapi karena yang di hadapi nya seorang Heksa yang terkenal keras kepala. Mau tak mau harus mau.

"Mas Oni yang ganteng, nih gue kasih tahu nih-" Oni bergidik ngeri mendengar Heksa yang memanggil nya mas.

"Kita tuh harus konsisten. mood gak mood kalo udah jadwal latihan ya kudu latihan. Itulah kunci kesuksesan" ujar Heksa memberi petuah.

"Lagian yang gak mood kan lo doang. Kita mood-mood aja tuh" Oni yang mendengar itu menggerutu sebal namun enggan membalas.

"Buru mulai. Gue pengen berak"

Dua detik kemudian, stick drum yang di pegang Heksa sudah melayang mengenai kepala Rigel.

"Yeu. Si anjing"

..........

"AYAAANGGG!"

Wilis yang semula menangis jadi mendengus sebal. Segera mengusap pipinya kasar setelah mendengar seruan menggelikan dari cowok yang saat ini sudah berjongkok di depannya. Lengkap dengan ekspresi yang super duper dramatis layaknya drama ind*siar.

"Ayangnya Saga, kok nangis?!"

"Siapa yang bikin kamu nangis? Ayok bilang sama ayang" Saga menangkup wajah mungil Wilis dengan tangan besarnya, hampir menutup sempurna wajah sembab sang gadis.

Wilis menepis kedua lengan itu dari wajahnya kasar. Dan tanpa dosa, langsung meraih dasi Saga yang tergantung rapi untuk elap ingusnya.

Wajah Saga langsung berubah datar,
"Ya jangan di elap ke dasi gue juga, Juleha!" mendorong pelan kepala Wilis. Dasinya kan baru di cuci kemarin sama emak, ya kali udah penuh dengan per-ingusan.

Tapi berikut nya langsung memeluk kepala Wilis karena sang gadis kembali merengut sedih.

"Eh, enggak-enggak. Gak papa lap aja, gakpapa. Demi ayang mah gakpapa" ujar Saga menepuk kepala Wilis dengan sedikit bertenaga.

"Lo niat nenangin gue gak sih?" Wilis segera menabok lengan Saga setelah berhasil memberontak.

Si lawan bicara hanya meringis. Gak berani jawab, takut salah lagi.

The Kings & Queen'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang