1. Kompetisi

343 45 2
                                    

Githa, gadis dengan mata kucing itu melempar proposal bersampul bening di atas meja secara kasar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Githa, gadis dengan mata kucing itu melempar proposal bersampul bening di atas meja secara kasar. Diikuti tubuh yang dihempas begitu saja di atas kursi, membuat surai yang diikat satu ke atas ikut bergerak kasar.

Tanpa mau peduli dirinya menjadi tontonan banyak mata yang tersebar di berbagai sudut kantin.

"Ditolak?" tebak Kalana pada Aretha, perempuan dengan tahi lalat manis itu segan bertanya pada Githa, melihat ekspresi jengkelnya.

Aretha menghela nafas. Dia ada bersama Githa, jadi perempuan itu juga mengetahui kejadian menegangkan di kantor kepala sekolah beberapa menit lalu. Hanya saja dia masih bisa mengontrol kekesalan nya.

"Mereka ikut"

Informasi singkat dari Aretha membuat empat perempuan lain menegak.

"Mereka?" tanya Ryuki memastikan, sayangnya diangguki mantab oleh Githa.

Wilis mendecak, tangannya menyingkirkan piring nasi goreng yang sisa setengah ke pinggir, nafsu makannya menghilang seketika.

"Udah ketebak sih" ujar Jeana tenang, menyeruput es teh nya.

"Mereka pasti ikut acara ini. Apalagi hadiah nya gak main-main" lanjutnya.

Kalana menghela nafas, dengan pelan menyodorkan dua gelas es jeruk ke arah Githa dan Aretha.

"Minum dulu nih, muka nya kendorin dikit. Serem banget"

Githa mendecak sebal, tapi tetap menerima. Berbeda dengan Aretha yang tetap kalem dan tenang.

"Terus gimana? Harus kita yang ngalah lagi?" Wilis menekan kata lagi atas kekesalan nya.

"Gak!" tolak Ryuki segera. Sorot mata tegasnya menatap lurus ke depan.

"Kita udah nunggu acara ini dari tahun lalu. Gue gak mau ngalah lagi"

Jeana mengangguk setuju.

"Pasti ada cara lain. Kita gak boleh mundur gitu aja"

"Ya jangan mundur"

Keenam gadis itu menoleh serempak, mendengar suara asing yang tiba-tiba masuk obrolan mereka.

Ada Heksa bersama pria empat puluh tahunan dengan setelan rapi. Kepala sekolah SMANDU. Pak Siwa.

"Halo, anak-anak bapak" sapa pak Siwa ramah. Melihat itu, Queen's kompak berdiri dan membungkuk sopan.

"Boleh bapak minta proposal kalian tadi?"

Wilis yang posisinya paling dekat segera menyambar dan menyerahkan ke pak Siwa. Tanpa bertanya untuk apa.

Menunggu pak Siwa yang entah melakukan apa pada proposal mereka. Ke-enam gadis itu kompak menatap tajam satu pemuda yang sejak tadi berdiri tenang di sebelah pak Siwa.

Mereka merasa cowok itu ada sangkut pautnya dengan kehadiran pak Siwa yang mendadak.

"Heksa bilang band kalian lumayan bagus" kata pak Siwa sembari membolak-balik halaman proposal.

The Kings & Queen'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang