"Nak, ibu mau liat materi pidatomu dong," ucap Bu Hara tibatiba
"Maaf bu, saya belum sempat saya bikin. Tapi inti pidatonya sudah saya buat bu,"
"Maaf bu, saya bohong. Saya aja belum tahu mau pakai tema yang mana," ucap Tabina dalam hati."Yasudah, nanti kamu buat, ya. Besok ibu mau lihat,"
"Baik bu,"
"Masa udah mau jam 12 tapi gue masih belum nemu kata-kata yang pas buat pidatonya"
"Mana besok udah minta filenya sama Bu Hara," keluh Tabina sambil sesekali menyeruput kopi susu yang tadi ia beli"Ini mau berapa kali gue ganti tema?"
"Kalo tiba-tiba gue minta ganti boleh ga ya?"
"Jangan deh, lo harus tanggung jawab Tabina,"Ditengah-tengah menulis isi pidato, tanpa sadar Tabina pun mengeluarkan air matanya. Ia lupa akan satu hal yang sangat penting, Allah selalu bersama dirinya.
"Ya Allah, bantu Tabina bikin pidato ini,"
〨 - - - - - - - - - - 〨
͙۪۪̥˚┊❛ [Tabina POV's] ❜┊˚
Pagi harinya, tepat sebelum bel masuk aku sudah dipanggil bu Hara untuk ke ruangannya. Aku pun berjalan ke ruangan Bu Hara dengan perasaan yang campur aduk ㅡsudah pasti aku sangat takutㅡ. Sesampainya disana...
"Wah, sudah bagus ini nak. Pintar kamu memilih pokok bahasannya. Walau masih ada beberapa pilihan kata dan kalimatnya yang masih belum tepat, tapi tidak apa-apa. Namanya juga masih belajar,"
"Keren nak, nanti pulang sekolah kita latihan intonasi sekalian mengganti kata-kata yang belum tepat tadi ya,""Baik, terima kasih bu,"
"Permisi bu," Aku pun segera pamit dari ruangan beliau karena aku tidak tahan untuk beteriak bahagia ㅡWalaupun tidak mungkinㅡ.Aku masih tidak menyangka bu (hara) akan merespons positif seperti itu, bahkan beliau sampai mengelus kepalaku. Terserah kalian mau bilang aku lebay, tapi itu salah satu pencapaian terbesarku. Bisa dielus kepalanya oleh guru yang dianggap cuek oleh teman-temanku.
"Alhamdulillah"
©H, Agustus 2021