Fifth [A]

1.4K 60 4
                                    

Nasi sudah menjadi bubur. Aku tidak bisa mengubah apa yang sudah terjadi. Mulai sekarang aku akan menata kembali hidupku berdua dengan anak yang ada di dalam rahimku. Ya, hanya aku dan anak yang ada di dalam rahimku.

*******

Andre menatap gedung yang menjulang tinggi dihadapannya. Setelah merasa puas menatap gedung apartemen tempat Alexa tinggal, Ia berjalan menuju motornya diparkir dan mulai melajukannya dengan kecepatan penuh. Laju motornya mulai memelan dan berhenti di depan sebuah rumah mewah yang terletak di perumahan kalangan atas.

Satpam yang berjaga di depan rumah  membungkuk hormat begitu juga beberapa pelayan yang berjaga di depan pintu menyambut Andre. Ada seorang wanita yang menunggunya di depan pintu dan tersenyum pada Andre. Wanita itu memeluk dan mencium pipi kanan dan kiri Andre lalu merangkul dan mengajak Andre untuk masuk ke dalam rumah.

“Bagaimana kabarmu hari ini? Apa kau ingin makan sesuatu?” wanita itu bertanya seraya duduk di samping Andre pada sebuah sofa yang ada di ruang tengah.

“Cukup melelahkan. Ya, tentu saja, aku begitu lapar” jawab Andre sambil menunjukkan senyum lebarnya.

“Baiklah, tunggu sebentar, biar aku suruh bibi Mary untuk menyiapakan makanan untukmu. Kau ingin mandi dulu?”

“Tidak perlu. Aku akan menunggu disini” jawab Andre yang dibalas oleh anggukan wanita itu dan ia berjalan menuju ruang makan.

Setelah makanan telah siap diatas meja makan. Andre dan wanita tadi duduk berhadapan dan mulai menyantap makanan yang tersedia. Andre makan dengan lahap dan hal itu membuat wanita yang duduk di hadapannya tertawa geli melihat tingkah Andre.

“Ada yang lucu?” tanya Andre sambil menaikkan sebelas alisnya.

“Kamu makan lahap sekali seperti tidak makan sebulan” jawab wanita itu sambil menyodorkan gelas berisi air putih yang langsung diminum oleh Andre.

“Aku sudah lama tidak mencicipi makanan rumah seperti ini jadi wajar saja kalau aku makan dengan lahap”

“Yasudah, habiskan makanmu”

“Kau tidak makan?” tanya Andre saat melihat piring dihadapan wanita itu kosong.

“Tidak, aku sudah makan lebih dulu tadi”

“Kak....”

“Sungguh, aku sudah makan tadi” ucap wanita itu menghentikan perkataan Andre.

“Berhentilah menyiksa dirimu sendiri. Tidak ada gunanya kau menarik perhatian suamimu dengan membuat dirimu tersiksa seperti itu”

“Andre, apa yang sebenarnya kau bicarakan? Menyiksa diri apa maksudmu? Aku memang sudah makan tadi. Ya ampun, mengapa kita harus membahas ini sih?”

“Hah, yasudahlah. Bagaimana pun juga aku tidak akan pernah menang dalam adu mulut dengan kakaku yang satu ini” jawab Andre pasrah yang membuat lawan bicaranya itu tersenyum penuh kemenangan.

“Ohya, Andre, temui aku di halaman belakang setelah kau menghabiskan makananmu itu ya. Kutunggu kau disana” Andre hanya mengangguk sebagai jawaba dari ucapan kakaknya itu.

Andre berjalan menuju halaman belakang dan melihat kakak perempuannya sedang duduk di sebuah bangku yang berada di dekat kolam ikan sedang menyesap teh yang baru saja disajikan oleh salah seorang pelayan rumah. Kakaknya itu tersenyum pada Andre begitu melihat Andre berjalan ke arahnya dan mengisyaratkan Andre untuk duduk di bangku yang ada dihadapannya.

“Aku tidak meyangka bahwa kau akan kembali ke negara ini begitu cepat. Kupikir kau begitu mencintai hobimu itu sampai-sampai kau tidak akan pernah kembali lagi. Tapi, nyatanya sekarang kau melepaskan semua kesanganmu itu dan lebih memilih mengurus perusahaan? Apa yang sebenernya terjadi? Aku tahu pasti ada sebuah alasan kuat dibalik semua tindak dadakanmu itu, Andre” wanita itu tidak merasa memerlukan adanya basa-basi. Andre menghela napas perlahan lalu mulai menimpali semua ucapan kakaknya itu.

The SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang