Keesokan harinya Alexa benar-benar angkat kaki dari rumah. Alexa sepanjang malam memikirkan akan kemana ia dan Revan pergi. Untuk langsung pergi ke luar negeri pun itu tidak mungkin. Akhirnya Alexa berinisiatif menelpon Laura, seorang teman lama semasa kuliahnya yang kembali bertemu dengan Alexa di tempat kerjanya. Namun, sekarang sudah pindah ke Jakarta setelah menikah.
"Alexa?"
"Hai, Laura. Apa kabar?"
"Sangat baik, Alexa. Bagaimana denganmu dan juga Revan? Aku sangat merindukan kalian hehe"
"Kami sangat baik, Laura. Revan juga sering sekali menanyakan kapan bisa bertemu dengan Tante Laura kesayangannya"
"Benarkah? Kenapa kalian tidak main saja ke Jakarta? Aku yakin Nick tidak akan keberatan mengantarkan kalian lagipula jarak Bandung-Jakarta tidaklah terlalu jauh kan"
"Laura, sebenarnya ada beberapa masalah disini dan aku bingung harus bagaimana lagi" ucapku dengan nada putus asa.
"Apa maksudmu, Alexa? Kau bertengkar dengan Nick?"
"Panjang ceritanya, Laura. Aku memutuskan untuk pergi tapi aku bingung tidak ada tujuan ingin kemana"
"Astaga, Alexa. Datanglah ke Jakarta besok pagi. Aku akan kirimkan alamat apartemenku kau bisa tinggal disitu sementara Alexa"
"Apa tidak apa-apa? Aku tidak ingin merepotkanmu dan juga suamimu, Laura."
"Jangan bilang begitu Alexa. Aku sudah tidak tinggal disitu sekarang jadi kau bisa pakai apartemen itu untuk sementara waktu sampai kau bisa memutuskan bagaimana selanjutnya"
"Aku rasa ucapan terima kasih saja tidak akan cukup"
"Alexa, dengar ya. Kita ini sudah kenal sejak kuliah. Aku pasti akan menolongmu tanpa perlu kau minta. Aku tidak akan bertanya apa masalah yang terjadi antara dirimu dan Nick sekarang dan kalau pergi dari rumah adalah keputusan yang tepat untukmu maka aku akan selalu mendukungnya. Jadi sekarang yang harus kau lakukan adalah kemasi barangmu dan berangkat ke Jakarta besok pagi-pagi sekali ya"
"Terima kasih, Laura"
"Sama-sama, Alexa. Yasudah, aku tutup dulu ya. Aku akan kirimkan alamatnya"
Setelah banyak perdebatan akhirnya Alexa memutuskan akan pindah kembali ke Jakarta-kota yang penuh kenangan itu-sebelum memutuskan ke Negara mana ia akan pindah. Ia tahu betapa besar resiko yang akan ia ambil jika ia kembali tinggal di Jakarta. Tidak menutup kemungkinan ia akan kembali bertemu dengan Rei tapi, untuk sekarang ia tidak akan memusingkan hal itu tersebut. Yang ada di dalam benaknya hanyalah bagaimana caranya agar ia bisa bercerai dengan Nick dan hidup berdua saja dengan buah hatinya, Revan.
Saat ini Alexa sedang dalam perjalanan menuju Jakarta. Sesekali ia melihat kaca spion di tengah untuk memantau Revan yang tertidur di kursi belakang. Untung saja jalanan tidak sedang macet. Mungkin karena bukan weekend dan juga hari masih sangat pagi. Alexa memutuskan untuk singgah sebentar di tempat peristirahatan setelah melakukan setengah perjalanan lebih. Alexa menggendong Revan yang masih tertidur dan membawanya ke dalam sebuah kedai kopi. Sambil menunggu pesanannya datang, Alexa mengecek ponselnya yang ternyata dalam keadaan mati. Ia segera menyalakannya dan ponselnya langsung berdering tiada henti menandakan ada begitu banyak notifikasi baik itu missed calls, sms, dan beberapa email.
Dari semua notifikasi itu ada satu nama yang membuat dahi Alexa berkerut membacanya. Andre. Untuk apa ia menelponnya. Bisa Alexa akui sudah lumayan lama ia dan Andre tidak saling menghubungi dan tiba-tiba saja entah itu kebetulan atau tidak Andre menghubunginya disaat seperti ini. Alexa berpikir mungkin Andre menghubunginya karena Nick sudah menyadari bahwa Alexa pergi. Tanpa perlu berpikir lagi Alexa mengabaikan Andre. Alexa bergegas melanjutkan perjalanannya kembali dan kali ini Revan yang telah bangun menemani Alexa dengan celotehannya sepanjang perjalanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second
ChickLitSaat menjadi yang kedua bukanlah masalah untukku asal kau tetap disampingku...