Second

2.2K 92 2
                                    

Seketika rasa amarah memuncak di dalam diriku kusambar semua piring yang ada di atas meja makan membuat piring-piring itu berjatuhan dan pecah serta isinya yang berserakan dilantai. Kulempar handphone ke lantai dan mengakibatkan layarnya retak bahkan pecah. Aku sudah tidak peduli lagi. Aku marah. Aku jijik dengan diriku sendiri. Aku marah pada diriku sendiri. Perlahan tapi pasti pandanganku mulai mengabur karena tertutup oleh airmata yang terus mengalir tak terhentikan.

************

Rei pov

Setelah berkutat dengan berkas-berkas yang menumpuk aku segera merapikannya dan mengenakan jas kerjaku kembali. Aku sudah tidak sabar ingin cepat-cepat bertemu Alexa. Aku yakin ia pasti sudah menyiapkan makan malam untuk kami berdua. Segera aku menaiki mobilku yang sudah terparkir di depan lobi dan kulajukan dengan kecepatan sedang. Lalu lintas malam ini tidak begitu ramai seperti biasanya.

Kuhentikan laju mobilku ketika lampu merah menyala. Ponselku yang kutaruh di bangku sampingku berdering dengan keras. Tertera nomor telepon rumah. Dahiku berkerut bingung karena jarang sekali ada yang menelponnya dari rumah kecuali keadaan darurat.

"Halo"

"Malam, Tuan. Maaf menggangu, saya hanya ingin mengabarkan bahwa saya menemukan nyonya tidak sadarkan diri dikamarnya"

"Apa?? Bagaimana bisa??"

"Saya juga tidak tahu, tuan. Saya sudah memindahkan nyonya dan menelpon dokter keluarga"

"Oke. Saya akan pulang sekarang. Jaga istri saya dan hubungi saya jika terjadi sesuatu"

"Baik, Tuan"

Aku segera mengirim sms untuk Alexa mengabarkan bahwa aku tidak bisa datang malam ini. Aku membanting setir dan memutar balik arah. Memang arah rumahku dan apartemen Alexa berlawanan sehingga aku harus memutar balik. Kupercepat laju mobilku bahkan aku menyalip kendaraan yang menghalangi jalanku. Tak dapat kupungkiri bahwa aku benar-benar cemas saat ini. Aku takut terjadi sesuatu oleh istriku.

Begitu sampai di depan rumah aku langsung memencet tombol yang ada dimobilku dan pintu pagar terbuka otomatis. Aku segera turun dan berlari menuju kamarku untuk melihat keadaan istriku. Namun baru sampai di ruang keluarga aku melihat Tatiana, istriku sedang menonton televisi dan terlihat baik-baik saja bahkan ia tertawa.

"Ana, kukira kau sedang tidak sadarkan diri saat ini" ucapku perlahan sambil menggertakan gigi. Rasa kesal seketika membuncah di dalam dadaku. Ia menipuku.

"Oh, Rei! Kau sudah pulang? Aku menunggumu sejak tadi. Kau ingin makan malam atau mandi dulu?" dengan santainya Ana berjalan mendekatiku dengan senyum tanpa rasa bersalah.

"Kau pikir apa yang sedang kau lakukan?!?!?" teriakku dihadapannya. Ana hanya memasang wajah datar dan berjalan mendahuluiku menuju kamar.

"Pelayan menghubungiku dan mengatakan kau tidak sadarkan diri lalu aku panik setengah mati mengebut dijalanan seperti orang gila dan mendapati dirimu sedang asik menonton!!!"

"KAU PIKIR MENGAPA AKU SAMPAI HARUS BERBUAT SEPERTI ITU? KAU TAHU JAWABANNYA, REI!" Ana membalasku dengan suara yang lebih tinggi. Aku hanya terdiam mendengar ucapannya. Aku tahu bahwa akhirnya semua ini akan membahas hal itu lagi.

"Aku tau kau pasti akan pergi ke rumah perempuan itu!"

"Apa aku salah berbohong seperti tadi hanya untuk membuatmu pulang dan tidak pergi menemui  perempuan simpananmu itu?? JAWAB AKU REI!!"

"YA! KAU SALAH!!" balasku teriak menjawabnya. Bisa kulihat pandangan terluka dimata Ana.

"Apa kau sudah tidak mencintaiku lagi? Apa kau harus mencari perempuan lain lagi? Apa semua ini karena aku sudah tidak bisa memberimu keturunan?" Aku terdiam mematung tidak dapat mengeluarkan sepatah katapun. Kudengar isakan tangis Ana yang menyakitkan untukku. Sungguh aku tidak bermaksud menyakitinya tapi entah lah aku juga tidak tahu mengapa aku benar-benar tidak bisa melepasnya ataupun Alexa.

The SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang