Prolog

4.6K 92 4
                                    

Setiap orang berhak merasakan kebahagiaan. Kalimat itu lah yang sampai sekarang membuatku tetap melakukan hal apa pun yang membuatku bahagia. Aku tidak peduli dengan pemikiran orang lain, yang kupedulikan hanya kebahagiaan yang kudapat. Salah memang tapi, aku sudah tidak peduli lagi. Yang kuinginkan hanya lah bahagia bersama dengan dia.

Semua hal yang kulakukan sudah pasti akan dipandang sebelah mata oleh semua orang. Baik yang tidak mengenalku sampai mereka yang mengaku mengenalku luar dalam. Terlalu banyak orang munafik disekitar hidupku sehingga menbuatku muak menjalani hidup dengan kemunafikan.

Berawal dari sebuah hubungan pekerjaan yang mengikatku untuk terus bertemu dengannya. Hingga mengesampingkan profesionalitas dalam bekerja. Mungkin sudah tidak asing bagi banyak orang. Tapi bisa kupastikan hubunganku dengannya bukanlah sekedar affair.

Aku benar-benar menginginkan pengakuan darinya. Aku ingin memilikinya seutuhnya hanya untukku. Aku tahu itu salah tapi, seperti yang kubilang tadi bahwa aku tidak peduli lagi. Yang kuinginkan hanya hidup berdua bahagia bersamanya.

~Alexandra~

Tidak pernah kurasakan sebelumnya rasa keinginan untuk terus bersamanya tanpa mengingat hal lain. Hanya dia yang ada di dalam pikiran dan hatiku. Tidak bisa kupungkiri betapa inginnya aku untuk bisa terus bersamanya. Tapi kenyataannya tidak semudah itu.

Aku sadar apa yang kulakukan telah menghancurkan dua hati wanita yang berarti di dalam hidupku. Aku mencintainya, aku akui itu. Namun, aku tidak bisa melepaskan salah satu diantaranya. Egois? Serakah? Ya, memang itulah diriku yang sebenarnya.

Terlalu dini bagiku untuk melepas salah satu diantaranya. Terkadang aku tersesat oleh perasaanku sendiri. Betapa aku benci melihatnya tersiksa dan menangis ketika ia lelah mendengar semua perkataan orang. Namun, aku lebih membenci diriku ketika aku melihat dia bersama pria lain.

Sekeras mungkin aku berusaha membahagiakannya dan semakin besar resiko yang harus ditanggungnya. Namun, satu yang kutahu. Bahwa aku mencintainya dan aku tidak akan melepaskannya.

~Reinhard William~

Beruntung. Begitu yang pasti dipikirkan semua orang melihat kehidupanku. Memiliki paras cantik, tubuh ideal, harta melimpah, suami tampan. Tidak ada yang kurang dimata orang-orang. Seolah-olah aku memiliki hidup yang sempurna. Kuakui aku juga merasa begitu.. terkadang.

Nyatanya hidupku tidak sesempurna itu. Setelah percerain kedua orang tuaku, aku memilih tinggal bersama ayahku. Aku hidup dengan bergelimang harta yang takkan membuatku kekurangan apa pun kecuali, kasih sayang. Aku merasa ada bagian yang terasa kosong dan hampa.

Rasa kekosongan itu mulai tertutupi saat kau hadir. Aku benar-benar tidak bisa mengalihkan pandanganku darimu. Saat itu yang kuinginkan hanya memilikimu. Dan aku berhasil mendapatkanmu dan menjeratmu masuk ke dalan pesonaku. Sampai akhirnya kau mengikatku dalam sebuah ikatan suci.

Kebahagiaan yang kuidamkan sudah kudapatkan namun sebuah hukuman baru saja diberikan padaku membuat kebahagiaan itu kembali menghilang perlahan. Sebuah kenyataan pahit yang harus kuterima. Sebuah kenyataan yang tidak bisa kurubah dan mengancam hancurnya bahtera rumah tangga yang sudah kubangun bersamanya.

~Tatiana Wijaya~

- The Second -

The SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang