Pengganggu

7 3 8
                                    

Vote for this story

•••

"Mau kemana? Ayo kerkom!" kata Somi menarik tangan Minji.

"Kenapa sih, Som? Gue mau jajan dulu." kata Minji menarik tangan Somi menuju kantin belakang.

"Eh? Kekantin aja sendiri kenapa ngajak ngajak gue?" tanya Somi, ia menahan langkahnya berusaha melepas kaitan tangan Minji. Tapi hasilnya nihil, tentu saja Minji yang pendek kurus kering ini kuat. Ia makan nasi sehari hampir tujuh mangkok, sayangnya ia tidak bertambah tinggi.

"Bentaran doang, Som." kata Minji masih menarik tangan tanga Somi.

"Ih, ogah ah banyak cowo. Entar yang ada gue yang dimintain nomor , males gue!" tolak Somi mulai memukul lengan Minji pelan, Minji mengerutkan alisnya.

"Pedean lo, Som." Minji tetap menarik tangan Somi.

"Oke oke oke. Tapi gausah ditarik tarik!" kata Somi menarik tangannya lalu merapikan rambutnya yang sudah berantakan. Lalu Somi berjalan mendahului Minji.

Demam apa ni anak? batin Minji.

Minji pun ikut memasuki kantin, langsung menghampiri gerai yang ia maksud diikuti Somi.

Dengan cepat Minji mengambil dua kaleng soda favoritnya, langsung membayarnya. Lalu pergi.

"Eh eh, bentar. Lo pacarnya Seongwook kan?" tanya seorang laki laki yang merentangkan kedua tangannya menghalangi akses jalan mereka berdua. Sepertinya, ia kakak kelas.

Minji menghela napas, "Kenapa?" tanya Minji. "Gue kemarin liat Seongwook ama cewe lain di XXX." kata laki laki tersebut,  perkataan Minji terpotong saat hendak angkat bicara. "Peluk pelukan lagi, lo tau orangnya siapa?" tanyanya lagi. Minji menggeleng, "Ryujin orangnya!" kata laki laki tersebut dengan keras. "Terus apa urusannya sama lo?" tanya Minji. "Aduh dek, jangan cemburu. Kalo mau putus, gue siap gantiin tempatnya Seongwook." kata laki laki itu, disambut gelak yawa anak laki laki lainnya.

"Minggir atau gue pukul," kata Minji.

"Pukul aja dek, demi adek abang, Ughh.." tonjokan Minji berhasil mendarat tepat dibatang hidung laki laki tersebut.

Dia refleks memegangi hidungnya yang mengeluarkan percikan darah, dan tanpa segan Minji menendang perut anak laki laki tersebut.

Teman teman disekelilingnya mejerit tertahan. "Gue jelas gak akan pernah respect sama orang bodoh kayak lo! Dasar otak dangkal!" umpat Minji lalu pergi diikuti Somi yang menunduk sejak tadi.

•••

"Woii, jan ngebut ngebut!" teriak Minji mengalahkan suara motor dijalan.

"Dah sampe." kata Renjun memberhentikan motor didepan rumah Minji. Minji memukul helm yang ada dikepala Renjun untuk kesekian kalinya.

"Alah lo juga suka kan?" tanya Renjun saat mengetahui hoby Minji adalah kebut kebutan, sampai sampai Haechan dan Somi ditinggal jauh dibelakang.

"Ya gue mah suka tapi kasian ke elonya!" kata Minji sambil membuka gerbang rumahnya. "Kasian kenapa? Takut gue lecet ya?" goda Renjun.

"Pede amat lo, kesian gue otak lo tambah geger kalo kecelakaan." kata Minji. "Halo Piyu!" kata Minji kepada kucing putih Minji yang menyundul nyundul kaki Minji manja. Ini kucing pemberian sepupu Minji, namanya Piyu.

"Lo punya kucing?" tanya Renjun. "Lo gak liat apa? Yakali ini setan." kata Minji menunjuk kucingnya.

Meong balas kucingnya.

Delayed; Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang