Vote.
•••
"Permisi! Gue kebelet nih!" seru Minji pada orang orang yang menghalangi jalannya. Satu dua orang membalas berseru memperingatkan, tapi tidak digubris oleh Minji. Ia terlalu banyak minum setelah pelajaran olahraga. Ia mengambil seragam ganti ditasnya, berlari menuju toilet.
Minji bernapas lega setelah melakukan kegiatannya, ia lalu membersihkan toilet yang sudah ia gunakan. Sebelum keluar ia merapikan baju terlebih dahulu. Kok kekunci, batin Minji heran saat ia hendak beranjak pergi dari bilik toilet tersebut
"Tolong! Ada orang diluar?" seru Minji sesekali memukuli pintu, inotasinya terdengar santai. Dibalik pintu sana, terdengar suara tawa yang tidak asing ditelinga Minji.
"Rin! Karina! Tolongin gue dong! Bukain kuncinya!" pinta Minji dengan santai. Karina dari luar sana tertawa lagi, "Ngapain nolongin musuh sendiri, gak ada kerjaan banget." kata Karina masih bercermin memastikan dirinya terlihat baik didepan orang lain, pencitraan.
Minji memutar bola matanya malas, mau tidak mau ia harus memanjat. Minji memanjat dengan hati hati, malangkah dengan pasti. Setelah sampai dipuncaknya ia langsung melompat turun hingga menimpa tubuh tinggi Karina, posisi mendaratnya berlutut sempurna. Jaraknya tidak jauh kurang lebih 2 meter.
"Lo kalo mau keluar gausah nimpa badan orang!" kesal Karina.
Minji berdecih, "Kalo mau ngaca doang kagak usa ngunci kamar mandi, bahan bullyan lo gak banget sih." remeh Minji, memposisikan tangannya dekat leher menggerakkannya, seakan akan hendak memotong lehernya. Dengan wajah mengejek, terlihat menyebalkan dimata Karina.
"Lo kalo ngomong jan sembarangan! Belum liat gue kalo ngebully beneran!" kata Karina.
"Hah? Lo ngomong apa sih? Pake bahasa manusia dong jan pake bahasa bekantan!" ketus Minji.
Tidak ada Minjeong setelah Karina mengumumkan rencananya. Yang lain juga. Mereka tidak menerima rencananya, tapi tak masalah, Minjeong, Giselle, dan Chaeyoung sudah diamankan. Selama Karina anak kepala sekolah, ia bisa berbuat semaunya.
Karina tidak terima, "Gue cuma nguji lo, teknik bullyan mana yang harus gue pake ke elo." kata Karina, Minji berpura pura menguap untuk meresponnya. Minji tidak menghiraukannya, pergi dari sana dengan santai.
"Tunggu aja lo nanti Choi Minji!" geram Karina.
"Iya gue tungguin dikantin, kalo udah kelar samperin aja." balas Minji santai keluar dari tempat tersebut.
"Emang minta dihajar ya!" kata Karina berjalan cepat berhenti saat diambang pintu keluar. Minji refleks berlari kecil, menjaga jarak dengannya.
"Ngapain sih? Buang buang waktu aja." balas Minji sedikit keras karena jarak mereka sudah cukup jauh.
Minji berjalan santai pergi meninggalkan Karina yang tersulut emosi.
•••
"Kalian gimana sekarang?" tanya Minji pada Seongwook dan Ryujin.
"Nikahnya bakal kita undur, terus gue aborsi aja dulu." kata Ryujin, menyeruput minumannya.
"Kenapa?"
"Ryujin masih kelas sepuluh, dia juga masih mau ngabisin masa remaja sama temen temen yang baik." jelas Seongwook.
"Tapi dibolehin?"
"Boleh lah." jawab keduanya.
"Jadi kalian?.."
"Pacaran." jawab keduanya serempak.
Minji tersenyum miris, "Bagus deh, jangan pisah ya kelen, gue udah ngeship kalian soalnya." kata Minji.
"Enggak bakal dong, yakan beb?" tanya Seongwook pada Ryujin.
"Pasti dong sayang."
"Ekhem-ekhem, gue disini jadi nyamuk nih ceritanya? Asem nih gue." gumam Minji pelan.
"Kata siapa? Kan ada gue." kata seseorang yang baru sampai, Renjun. Ketiganya menoleh
"Siapa juga yang mau sama lo." kata Minji mengalihkan pandangannya.
"Gue kira lo gabakal dateng." kata Seongwook mengambut Renjun.
"Kan gue dateng karena ada Si Monyet." kata Renjun melirik Minji.
"Ngatain diri sendiri." gumam Minji pelan.
"Seongwook, Ryujin. Minjinya gue bawa ya! Bye." kata Renjun menarik Minji yang sedang minum pergi.
"Bagong! Hampir keselek gue." protes Minji.
"Ya maap, lo mau kemana sekarang?"
"Kita ke sa... Gak jadi, gak jadi. Balik aja, balik." kata Minji saat matanya dan mata seniornya bertemu, siapa lagi kalau bukan Mark.
Minji berbalik badan, Renjun mengikutinya dari belakang.
"Minji!" panggil Mark.
"Apaan?" balas Minji ketus.
"Galak amat sih, ini pacar lo?" tanya Mark tiba tiba menunjuk Renjun yang ada disamping Minji.
"Kalau iya, urusan lo apa?" tantang Minji.
"Gak, nanya doang. Gue duluan ya."
"Iya hus, ganggu aja." usir Minji.
Setelah itu Minji mengajak Renjun pergi ke salah satu tempat makan fast food.
"Yang tadi itu siapa?" tanya Renjun saat makannya tiba.
"Kakak tingkat di club taekwondo."
"Terus kenapa lo bilang kita pacaran?" tanyanya lagi.
"Biarin, suka suka gue." jawab Minji lalu kembali melahap makanannya.
"Suka? Kalau diseriusin suka ga?"
Hah? Kata Minji bingung.
"Mau jadi pacar gue?" kata Renjun memperjelas.
Minji langsung cengengesan, "Hihi bercanda ye lu. Udah makan yang bener, kalo gak gue abisin ya."
Renjun terkekeh gemas, "Iya, becanda doang." kata Renjun mengiyakan ucapan Minji.
Entah sampai kapan dirinya membohongi diri sendiri, tapi ia tahu bahwa dirinya masih memiliki sisa rasa pada mantan kekasihnya.
•••
Part ini emang agak gaje sih sebenernya
Asli, sejak sekolah nanas PTM rasanya udah gapunya waktu buat UP cerita lagi apa lagi sejak 100%
PR bejibun, tes lisan lah, ulangan harian lah, ujian praktek lah, apa lagi nanas udah ada di kelas tingkat akhir jadi harus bener bener
Sorry, nih lapak udah berdebu udah ada laba laba buat sarang lagi
Tapi bakal nanas usahain buat rutin UP
Tapi ga janji huhu:"(
Buat yang setia nungguin nih lapak makasi
Jan lupa vote coment ya
Lupyuu✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Delayed; Huang Renjun
Fanfiction"Heh, mata lo ditaro dimana sih?! Jalan tuh sambil dipake matanya!" "Jalan ya pake kaki, tolol!" "GUE BILANG SAMBIL DIPAKE MATANYA!!!" Sebuah cerita ketika Si Tipis Kesabaran dan Si Tukang Ngegas satu kelas. . . . Copyright© 2021 by Pineaplepie