Break Up and Make Up [END]

246 33 9
                                    

***

"Park Jiyeon?! Sebenarnya apa yang ada di dalam otakmu itu, hah?! Kenapa nama suamimu ada di dalam undangan ini sebagai calon mempelainya?!"

"Ma, aku hanya membantu Taeyong bersatu dengan kekasihnya."

"Kau bodoh?! Taeyong sudah putus dengan kekasihnya!"

"Well, you're wrong. Mereka masih berpacaran hingga detik ini! Tidak aku sangka, menantu kesayanganmu telah membohongimu selama bertahun-tahun."

"Aku tidak percaya dengan perkataanmu."

"Aku tidak memintamu untuk percaya, Mama." desisku tajam. "Ini semua karenamu. Seharusnya kau harus memeriksanya lebih dahulu, apakah dia mempunyai kekasih atau tidak. bukannya kau langsung menikahkan kami. Lihat, yang rugi bukan dirimu tapi aku!"

Orang tuaku masih menolak keras ideku untuk menikahi Taeyong dengan Hana dan juga perceraianku dengan Taeyong. Namun tekadku sudah bulat, opini orang lain tidak akan aku dengarkan lagi jika mereka memintaku untuk bertahan dengan Taeyong.

Ini hidupku, dan aku tahu apa yang membuatku bahagia. Salah satunya adalah berpisah dengan Taeyong.

Hingga detik ini Taeyong masih mencoba mendekatiku dan berusaha merubah keputusanku. Namun aku dengan tegas mengatakan tidak padanya bahwa aku tidak akan merubah keputusanku.

Taeyong terlihat tidak nyaman dengan situasi saat ini, kami sudah tidak tinggal bersama lagi sejak aku bertemu dengan kekasihnya. Aku tidak ingin tahu apa yang terjadi di antara mereka berdua, namun seseorang memberitahuku bahwa hubungan mereka menjadi canggung.

Terkadang, aku merasa penasaran, apakah aku telah membuat keputusan yang benar atau malah membuat masalah semakin kacau?

Bagaimana jika Taeyong benar-benar jatuh cinta namun dia tidak bisa menyampaikannya dengan baik? Bagaimana jika selama ini aku yang terlalu berlebihan?

Besok adalah hari pernikahan Taeyong dan Hana, dan aku sukses membuat orang-orang terkejut dengan kabar pernikahan Taeyong. Tentu saja mereka tahu bahwa aku istrinya, memang tidak masuk akal. Mereka berpikir bahwa Taeyong akan mempunyai dua istri.

Tapi kenapa aku merasa gelisah dan tidak tenang? Seharusnya aku senang dan bahagia, bukan?

"Jiyeon," panggil Myungsoo.

"Ya?"

"Kau melamun lagi."

Aku tidak sadar, benar-benar tidak sadar kalau aku melamun di tengah rapat. Sialan, padahal aku tengah mengurus kasus penting dengan timku. Aku mengusap wajahku dengan gusar, kamudian aku memutuskan untuk menunda rapat selama tiga puluh menit ke depan sementara aku menghirup udara segar sambil meminum kopi.

"Kau pasti memikirkan pernikahan suamimu besok."

"Mantan suami."

"Dia belum menandatangani suratnya sampai sekarang." kata Myungsoo.

"What? Why?"

Myungsoo menggelengkan kepalanya. "Aku sudah berusaha menghubunginya namun tersambung ke pesan suara. Mungkin dia berencana untuk tetap mempertahankanmu."

"Aneh. Tidak biasanya dia tidak bisa dihubungi, kau sudah menghubungi Hana?"

"Dia tidak menjawab panggilanku juga."

Aku menghela napas dan mengeluarkan ponselku. Begitu aku menyalakan layar ponselku, aku mendapati histori panggilan tidak terjawab sebanyak tiga puluh kali dari ibuku, sisanya ada panggilan tidak terjawab dari mertuaku dan Hana.

Apa yang terjadi?

"What's wrong?"

"Aku rasa ada sesuatu yang terjadi, tidak biasanya mereka menghubungiku sebanyak ini."

It's All About HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang