Pandora

1.1K 96 37
                                    

Happy reading
.
.
.

"Don't ever tryna fight us"

__________

Kediaman keluarga Haruno

Memutar-mutar kunci di tangan kanannya, Sasori berjalan pelan menuruni tangga menuju kamar utama rumahnya. Dimana kamar almarhum kedua orang tuanya berada.

Tiga bulan berlalu semenjak kepergian mereka. Air mata belum kering benar. Tapi, keadaan memaksanya untuk maju. Semua terasa sulit pada awalnya. Seminggu, dua minggu, mereka masih tak bisa merelakan.

Adiknya menangis sepanjang waktu, memeluk selimut kesayangan ibu serta kemeja ayah. Tak pernah keluar rumah meski hanya sekedar duduk di teras memperhatikan lalu lalang mobil di jalan.

Sebulan berlalu, dan semua- dipaksa -kembali berjalan normal. Dia harus kembali bekerja, dan adiknya juga harus menjalani tahun akhir kuliahnya. Sayangnya, adiknya yang memang sudah terbiasa dimanja dan mendapat kasih sayang dari kedua orang tua mereka, masih tak bisa bangkit dan memilih untuk mengambil masa cuti.

Sasori tahu, adiknya yang manja dan cerewet itu belum sembuh benar. Katakan dia berlebihan, tapi, Sasori mengerti bagaimana adiknya lebih dari siapapun.

Tapi, dia bersyukur, dua minggu terakhir, adiknya sudah bisa kembali pada rutinitas nya yang semula, meski masih sering melamun, setidaknya, dia tidak lagi mendengarnya menangis di tengah malam.

Langkahnya berhenti ketika mencapai depan pintu kamar kedua orang tuanya. Lalu, memutar kenop pintu setelah membuka kuncinya.

Dipandanginya lama kamar itu. Tempat tidur besar berada di tengah dengan sprei polos berwarna biru gelap yang diganti setiap dua hari sekali, serta beberapa perabot serta lemari kaca penuh baju milik mendiang ayah dan ibunya.

Dadanya terasa sesak saat kakinya menapak lebih jauh ke dalam. Aroma parfum kesukaan ibunya bahkan masih tertinggal disana.

Melewati tempat tidur, langkahnya menuju ke arah pintu yang berada di samping lemari pakaian. Memandangi nya lama. Menerka, apakah dia harus melanjutkannya atau tidak. Dia gamang.

"Kak."

Terkejut karena panggilan adiknya, dia menjatuhkan kunci yang dipegangnya, lalu dia menoleh, mendapati adiknya yang berdiri di pintu kamar dengan pakaian yang menandakan dia akan keluar rumah, dengan celana jeans serta kaos kebesaran berwarna putih, juga tas selempang kecil favoritnya.

"Ada apa, Sakura ?" tanyanya kemudian setelah puas memandangi adik perempuannya dengan raut keheranan.

Sakura berjalan mendekat ke arah kasur dan duduk disana. Dengan senyum kecilnya, dia menatap Sasori yang masih menunggu penjelasan seraya meraih kunci yang terjatuh tadi.

"Aku mau pergi keluar."

Dengan alis bertaut, Sasori menghampiri adiknya, lalu duduk di depannya.

"Sendiri ?" tanyanya sambil mengelus surai merah muda adiknya yang di kuncir kuda.

Sakura mengangguk, lalu mengambil sesuatu dari dalam tas selempangnya dan menunjukkannya pada Sasori.

R.U.NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang