Boomerang

231 53 22
                                    

Happy reading
.
.
.

'When i said boom, you said A, simple'

___,,___

Ting!

Resepsionis hotel Shinra menyapa dengan ramah pria di depannya yang tersenyum kelewat ramah hingga membuatnya merinding karena mengingatkannya pada pria tua mesum yang biasanya suka mencolek bokong saat di kereta.

"Ada yang bisa saya bantu, tuan?"

"Saya ingin memesan satu kamar dengan pemandangan yang bagus." Ucapnya dengan senyum bodohnya, mencoba mengerling pada si resepsionis yang nampaknya ketakutan pada dirinya.

"Ah, ada di lantai paling atas, tuan. Apa anda masih berminat?"

Jiraiya mengangguk. "Yah, terserah yang mana saja. Aku mau melihat pemandangan kota dengan jelas. Lapangan Rikudou dan gedung-gedung cantik yang mengelilinginya akan tampak bagus di malam hari. Benar, kan?"

"Single or-?"

"Kau tahu aku datang sendiri, nona. Jadi, aku mau yang double." Jiraiya tersenyum hingga membuatnya sedikit mengerikan untuk ukuran gadis resepsionis itu, juga perempuan lainnya. Hehe.

"Kamar 301, tuan."

.
.
.

Jiraiya meletakkan tasnya dimeja, dan menyibakkan tirai jendela. Pemandangan malam kota Rouran terpampang jelas di sana, gedung hotel ini berada tepat di sebrang jalan bagian Utara lapangan Rikudou pusat kota Rouran. Dan di sekelilingnya ada gedung-gedung lain, bank Central tepat di depan sebelah timur, di sampingnya ada perpustakaan kota dan bagian barat gedung perusahaan Thunder company, bersebelahan dengan gedung pengadilan.

Lalu pandangannya beralih pada gedung di belakang bank yang masih dalam proses pembangunan. Mencermati benar kelip-kelip kecil di bagian atas gedung itu.

Digerakkanya kepalanya lagi menuju ke arah lain, selatan lapangan yang berhadapan dengan hotel ini. Jauh disana, ada bianglala besar bagian dari Fun World, lampunya menyala terang berwarna-warni memberi suasana senang pada gemerlap kota yang sepi dan pemarah pada kehidupan.

Dia bisa melihat beberapa polisi menyisir seluruh lapangan Rikudou yang akan diadakan acara besok, anjing-anjing pelacak di kerahkan. Menghela nafas, Jiraiya menatap gedung di tengah lapangan yang menghadap ke timur, tepat menghadap ke arah bank.

"Banyak celah."

Telunjuknya menyisir bangunan yang mengelilingi lapangan di kaca. Mulai dari bianglala, menara castil bagian dari FunWorld, apartemen, bank Central, gedung yang setengah jadi, rooftop Perpustakaan kota, lalu hotel ini.

Jiraiya berbalik dan berjalan pelan ke arah sofa single dan membuka laptopnya. Mengetik sesuatu disana.

"Jika membuat kericuhan, memanaskan demonstrasi, mereka hanya butuh satu buah ledakan. Jika ingin langsung reformasi, headshot." Ucapnya.

"Kenapa mereka membuatnya begitu rumit. Chip, teror, aktivitas rahasia Block B. Ini lebih dari itu. Target sudah pasti tuan Senju. Tapi, untuk apa?"

Jarinya mengetuk-ngetuk meja gusar. Berdiri dan berjalan mondar-mandir memikirkannya dengan cermat.

"Petunjuknya hanya San. Dan chip itu. Aku tak peduli alasannya melakukan ini, Komunis, tetap komunis. Chip itu, jika aku punya satu milik Kizashi, milik Danzo ada pada Anbu, milik Fugaku (mungkin) dipunyai Anbu juga, berarti, hanya tinggal milik Minato yang tak ada. Jika perkiraanku benar, chip itu tidak bisa di akses jika keempatnya tidak di satukan. Itulah sebabnya dipasang pelacak pada chip itu, hingga saat Sasori mengaksesnya, alarmnya berbunyi dan mengirimkan kode pada sistem Anbu."

R.U.NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang