Sisi Kubus II

430 71 21
                                    

Happy reading
.
.
.

'Rock, Paper, Scissor, ... And Poison'

___,,___


Sasori mengejapkan matanya yang terganggu karena cahaya yang berkedip, hilang lalu muncul lagi, hilang lalu muncul kembali, begitu seterusnya.

Kepalanya terasa pening dan bau disinfektan memenuhi ruangan. Semuanya mengabur. Sakit di kepalanya seperti di hantam palu godam.

Dia mencoba bergerak ke kanan karena badannya terasa pegal duduk entah berapa lama. Sayangnya, idenya itu tidak bisa dilakukan karena sepertinya dia terikat. Di kursi.

Ingatannya mengabur, timbul tenggelam. Masih terpaku saat dia berada di kerumunan pendemo saat tiba-tiba ledakan terjadi dan entah bagaimana dia merasakan pukulan di tengkuknya, saat dia menoleh, dengan cepat sebuah tangan menutup mulutnya dengan sapu tangan yang berbau aneh. Setelahnya tubuhnya melemas dengan cepat dan tiba-tiba semuanya menggelap.

Matanya yang masih tertutup kain terasa benar-benar sakit. Ruangan ini terkesan lembab dan pengap. Saat kesadaranya mulai pulih sepenuhnya, dia mencoba untuk menggerakkan tangannya yang diikat di belakang tubuhnya. Sangat sulit hingga rasanya pergelangan tangannya terbakar, panas dan perih.

'Jika benar, maka rencana ini berhasil. Semoga saja.'

Keringat menetes di keningnya dan terserap oleh kain yang menutupi matanya. Tenaganya belum pulih benar, tapi, dia mencoba untuk menggerakkan kursi untuk berpindah tempat. Ke sisi manapun asal tahu di tempat apa dirinya.

"Berhentilah bergerak."

Sasori kembali terdiam saat suara itu memasuki pendengarannya. Jantungnya berdentum tak karuan saat langkah kaki bersepatu yang mulai mendekati ke arah dirinya.

Melihat dari sedikit celah di hidungnya, Sasori bisa melihat ujung sepasang sepatu dari seseorang yang berdiri di hadapannya. Mendongakkan kepalanya perlahan, Sasori mencoba untuk melihat siapa seseorang do depannya.

Tiba-tiba saja, ada tangan yang melepas kain penutup matanya. Dia menyipit karena tak siap dengan cahaya yang baru saja menyapa matanya. Memburam. Sedikit lebih lama untuk fokus pada suatu objek di depannya.

Tapi, pening melandanya saat fokus itu didapatkan. Orang yang berdiri di depannya dia rasa tak mau repot-repot untuk menjauh, menikmati bagaimana Sasori yang mencapai kesadarannya setelah  lebih dari dua jam tak sadakan diri.

Saat Sasori mendongak, setelah sadar penuh, pria itu tersenyum lebar.

"K-kau.." lidah Sasori terasa keluar untuk berucap. Tenggorokannya kering.

Tanpa banyak bicara, pria itu meminta seseorang di belakang Sasori untuk mengambilkan air di meja. Dan dengan cekatan menuntun Sasori untuk minum.

"Ku rasa, tak perlu lagi menutup-nutupi siapa diriku karena aku yakin kau juga pasti tahu. Dari ayahmu, ataupun orang lain. Tapi, untuk basa-basi saja, namaku Shimura Danzo. Pasukan Khusus elite Anbu. Rekan ayahmu."

Menatap tajam, Sasori bisa melihat tawa jenaka dari bibir pria dengan tato bulatan merah di tangannya. Juga pandangan geli dari satu matanya yang terlihat. Oh, tidak. Sasori tidak mengada-ada. Tentu saja.

"Kenapa? Kenapa kau lakukan itu pada kami?" tanya Sasori lemah, tak ingin menghabiskan tenaga untuk melepaskan diri dari ikatannya di kursi.

Baru disadarinya ternyata, dia berada di ruangan kecil sekitar 3×3 dengan satu pintu tanpa perabot di dalamnya. Hanya ada satu kursi yang di dudukinya dan meja kecil tempat air minum dengan gelas plastik di sana. Ada ventilasi kecil di atas pintu yang tak lebih lebar kotak sereal. Bahkan anak kecil pun tak bisa masuk lewat sana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

R.U.NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang