Sisi Kubus

253 52 20
                                    

Happy Reading
.
.
.

"When we meet...again." :)

___,,___

Kerumunan masa sudah memadati lapangan Rikudou pusat kota Rouran. Banyak diantaranya yang membawa spanduk dan suar serta barang-barang lainnya yang identik dengan demonstrasi. Satuan petugas kepolisian hampir kuwalahan menghadapi mereka yang memang sebagian bersikap sedikit anarkis.

Banyak juga diantara mereka yang bergerombol yang terdiri dari beberapa mahasiswa yang ikut-ikutan juga meramaikan suasana, which means it's not a good way.

Sasuke dan Naruto berjalan bersisian melewati kerumunan sambil mengawasi sekeliling. Rambut pirang Naruto nampak sedikit mencolok di antara kepala lain. Beruntung nya mereka, kondisi ini memungkinkan untuk membaur hingga tak dicurigai oleh anggota polisi atau Anbu. Meskipun begitu, Sasuke tak akan melepas masker serta kacamata besar penyamarannya.

Sementara itu, Sasori berkeliling sendirian dengan masker hitam yang menutupi separuh wajahnya. Dengan hoodie berwarna abu-abu, dia meremas-remas sesuatu dalam kantong hoodie nya gusar. Memastikan jika benda itu ada disana.

Suara teriakan dan nyanyian para pendemo menambah suasana semakin panas bersamaan dengan matahari yang semakin meninggi.

Sasuke mengangguk saat Naruto mengusulkan untuk berpencar karena dia akan menemui seseorang yang dia katakan adalah kenalannya. Setelahnya, dia menghampiri gadis dengan masker hitam yang duduk sendirian di trotoar jalan yang menghadap langsung ke arah bank Central.

"Jangan terlalu mencolok. Awasi saja pergerakan aggota BlockB dan Anbu, ah, Red Anbu." Ucap gadis yang tidak mengalihkan pandangannya dari laptop di pangkuannya.

Mendengus, Sasuke mencibir, "memangnya apa yang mencolok dariku? I'm wearing a mask, if you forgot. Itu membuatku seperti orang yang sakit terkena virus."

Mengangkat wajahnya, Konan menatap tajam Sasuke yang berkacak pinggang berdiri di sampingnya, memandangi nya dari atas hingga bawah. "Really? Why you ask if you know what i mean?"

Melihat mata Sasuke yang terkesan kesal, Konan menghela nafas, "aura. Itu yang membuatmu tetap menjadi pusat atensi meski kau terbungkus macam lontong sekalipun."

Mendengar ucapan Konan, Sasuke mengedarkan pandangan ke sekelilingnya, dimana banyak juga kumpulan mahasiswi yang bergerombol tak sungkan menatapnya terang-terangan. Itu membuatnya mengingat seseorang yang kini tengah sendirian di rumah milik Jiraiya, tak melakukan apapun selain menatap jalanan lengang dari teras belakang rumah.

Setelah dia mendapatinya kemarin malam mencuri dengar rencana mereka, Sasuke menemaninya duduk di teras belakang hingga dini hari. Gadis yang keras kepala, cerewet dan alay itu tak mengatakan apapun meski dia tahu Sasuke menunggunya bicara. Dia bukan orang yang  bisa begitu saja menunjukkan rasa simpati, tapi, setidaknya dia mencoba meski terasa tak nyaman bagi Sasuke sendiri.

Setelah hanya berdiam, Sakura langsung berdiri dan mengucapkan kalimat yang teringat jelas di pikirannya.

"I can't do anything, right?"

Meninggalkan Sasuke disana sendiri, memikirkan ucapan gadis yang tiba-tiba mendadak bisu itu.

Yah, dia benar, mereka tidak bisa melakukan apapun selain berusaha untuk menyelesaikan ini. Dan Sakura, tak bisa melakukan apapun selain menerima.

Sasuke bisa melihat luka menganga di mata nya saat Sasori memeluknya pagi tadi. Gadis itu, retak lebih parah. Dan Sasuke bisa memujinya karena tidak menangis karena hal itu.

R.U.NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang