Runtuhan

272 63 43
                                    

Happy reading
.
.
.

"For everything that i have, it's now or never"

__________

Langkah kaki lebih dari lima orang yang terburu-buru menggema di lorong panjang gedung pusat Anbu sektor A1. Seorang pria dengan wajah kakunya memimpin di depan dengan gemeletuk gigi yang menandakan dia dalam keadaan kesal.

___,,___

"Danzo, apa yang sebenarnya terjadi?"

Danzo maju selangkah saat orang yang memanggilanya secara pribadi itu mulai membuka suara. Dia membungkuk 45°, lalu setelahnya, berdiri tegak dengan kedua tangan berada di belakang tubuhnya.

"Aku tidak mengerti, ada apa dengan negara ini. Aku sudah membuat banyak sekali pemerataan di segala aspek untuk kesejahteraan negara ini, tapi, kenapa banyak sekali orang-orang yang masih saja mencoba untuk berbuat buruk padaku. Aku ini sebenarnya harus bagaimana, Danzo?"

"Maafkan saya, tuan. Saya juga tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi diluar sana. Semua ini, seperti sudah di rencanakan sejak lama. Saya merasa, jika ada beberapa oknum yang tidak menyukai anda menjabat sebagai presiden selama ini. Atau, bisa juga karena banyak orang yang masih belum mendapatkan hasil dari usaha pemerataan yang anda jalankan." Danzo mengungkapkan pernyataan kemudian. Setelahnya, dia melirik pada pria bertopeng yang berada tepat di belakang Hashirama.

Hashirama menghela nafas lelah, melepas kacamata yang bertengger di hidungnya dan meletakkannya di meja. Menyatukan tangannya di atas meja, Hashirama menatap Danzo dengan satu perasaan yang campur aduk.

"Danzo, apa masih belum ada kejelasan dari keberadaan Fugaku dan keluarganya?"

Mata Danzo berkilat, lalu menggeleng menanggapi dan berucap, "kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menemukan mereke semua. Semuanya seakan di telan bumi."

Hashirama menatap Danzo dan anak buahnya yang berdiri di belakangnya. Matanya yang terjaga nampak lelah dan sendu. Lalu dia menyenderkan tubuhnya di kursi.

"Aku tidak mengerti, apa yang sebenarnya di alami oleh mereka, setelah kematian Kizashi, aku benar-benar yakin jika aku punya seseorang yang benar-benar membenciku dan berusaha untuk menjatuhkan ku. Aku berusaha untuk memperbaiki negri ini, memberantas korupsi, pembangunan yang signifikan, pemerataan. Siapa orang yang tidak setuju akan hal itu. Hanya orang-orang yang benar-benar tahu seluk-beluk keduanya yang bisa mengalahkan Kizashi dan Fugaku."

Danzo diam menatap pria bertopeng di belakang kursi yang diduduki Hashirama, menerka-nerka, siapa sebenarnya dia. Dia tidak pernah tahu bahwa ada orang lain yang menjaga Hashirama selain anbu. Jadi, bisa dipastikan jika-

"Danzo, berhati-hatilah. Aku tak mau kehilangan orang lagi karena aku." Ucapan Hashirama terdengar penuh dengan permohonan dan keputusasaan.

Jantung Danzo berdetak lebih cepat, tidak memahami bagian mana dari dirinya yang salah, dia pikir, Hashirama akan mencurigainya, mengingat hanya dirinya satu-satunya dari tiga orang kepercayaannya yang masih hidup.

"Ini adalah tugas kami untuk melindungi anda tuan. Kami tidak takut mati untuk memastikan anda selamat. Jika kami mati, masih ada pasukan anbu lainnya yang akan siap sedia melindungi anda."

Helaan nafas Hashirama dibarengi dengan senyum lelah yang teramat tulus untuk ucapan Danzo.

"Saat banyak sekali orang yang memintaku untuk mundur dari jabatanku sekarang, kadang aku merasa jika 'yah, inilah waktu bagiku untuk berhenti', tapi, jika dipikir lagi, jika aku berhenti, maka, itu artinya aku kalah dengan mereka, usahaku untuk memberantas orang-orang yang berniat jahat pada negara ini akan sia-sia. Aku sudah berjalan sejauh ini. Aku tak bisa berhenti. Aku berada di jalan yang benar. Jadi aku tidak takut. Lagipula, aku punya kalian yang selalu ada untukku."

R.U.NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang