Lomba

525 43 7
                                    

karena kemarin angst, giliran mau kasih yg cheese👍🏻

✥---------------✥---------------✥

"Lee Minho! Lino! Yuhuu spada!" pekik salah satu pemuda berpipi tembam, mulutnya berceloteh ria memanggil nama sahabatnya yang tengah asyik dengan dunia mimpi nya.

"Anjing, malah tidur ni orang," ucap pemuda itu. Melihat Minho tengah tertidur pulas dia jadi tidak tega membangunkan sahabatnya, tapi karena dia membawa amanat yang begitu penting, mau tak mau dia harus membangunkan sahabatnya ini.

"Lino bangun ey," panggilnya, namun tidak ada respon dari sang pemilik nama.

"No, Lino."

"Astaga, ni orang susah tidur tapi sekalinya tidur kek orang mati. Ekhem, LIN BANGUN HEY ADA BU NAYEON!"

"HAH? MANA?" Minho terperanjat mendengar teriakan melengking dari si pemuda berpipi tembam itu.

"HAHAHAHA PLEASE MUKA LO JELEK BANGET! HAHAHAHA." Melihat Minho yang terkejut karena teriakan nya, pemuda pemilik nama Han Jisung ini tertawa terbahak-bahak, sampai matanya mengeluarkan air mata sedikit.

"Si anying, ngagetin aja lu, kek guru bk," omel Minho. Tawa Han mulai mereda, namun perutnya masih sakit akibat tadi.

"Lo dipanggil Bu Dahyun, katanya disuruh latihan di perpus, kan lo mau lomba?" tanya Han. Minho memutar matanya, mengingat kejadian beberapa hari yang lalu.

“Oiya lupa!” Minho berlari keluar dari kelas nya menuju ke arah perpustakaan, Han hanya menggeleng melihat tingkah Minho.

“Bilang makasih kek apa gimana, main pergi-pergi aja kek maling,” gerutu Han. Minho diingetin bukan nya makasih main nyelonong pergi aja, Han berjalan ke arah tempat duduknya, namun saat akan merebahkan pantatnya ke kursi, sudah disambut oleh teriakan Felix, saudara kembarnya.

“SI ANJIM! KAN UDA GUE BILANG! IMPOSTORNYA IJO!” Oh, nampaknya Felix tengah kesal akibat kekalahan di sebuah game perfitnahan.

Oke, mari kita lihat pemeran utama kita. Minho, yang tengah menetralkan nafasnya akibat berlari dari kelasnya menuju ke perpus, jaraknya juga tak main-main, hanya 8 meter.

Minho masuk ke dalam gudang berilmu, sambil mencari sosok yang tengah menunggunya.

“Hah, lah? Bu Dahyun mana?” Minho kebingungan sendiri, dimana pelatihnya? Dia berpositif thinking, mungkin pelatihnya sedang mengajar atau mencari materi yang akan ia pelajari nanti.

Sambil menunggu si pelatih, Minho menatap buku-buku yang tertata rapih, mata nya tak lepas dari pandangan buku yang bersampul biru terletak di rak paling, ow nampaknya ia sedikit tertarik dengan buku itu.

Minho mencari cara agar ia bisa mendapatkan buku itu.

“Lhoh Minho?” panggil seseorang. Minho yang mendengar namanya dipanggil menoleh.

“Eh kak Chan? Ngapain disini?” tanya Minho. Chan mengerutkan dahi, Minho tak tau apa bagaimana? Kan Chan partner lombanya?

“Lhoh, Bu Dahyun ga ngasih tau kamu?” Minho menggeleng lucu. Astaga, keimutan macam apa lagi ini, nikmat Tuhan mu mana lagi yang kau dustakan? Ya kira-kira seperti itulah batin seorang Christopher Bang.

“Kakak partner lomba kamu Minho.” Lino membulatkan bibirnya lucu, mulutnya seperti mengatakan, “ouh.”

“Ah Kak! bantuin Minho yaa! Minho mau ambil buku yang diatas itu, tapi ga nyampe, kakak gendong Minho yaa, please.” Minho memasang wajah memelas, menatap Chan seolah dia anak kucing yang minta dipungut. Chan yang tak tega, akhirnya mengiyakan dan merelakan punggungnya dinaiki oleh pujaan hatinya.

Minho kegirangan setelah mendapat buku bersampul biru yang mencuri perhatiannya sedari tadi. Chan menjadi penasaran, apa isi buku itu sampai Minho ingin mendapatkan buku itu.  Chan langsung bertanya, isi tentang buku itu kepada Minho.

“Ah ini, tentang seni,” jawab Minho, Chan menganggukkan kepalanya.

“Kamu suka seni?" tanya Chan. Minho mengangguk langsung.

“Sama, kakak juga suka,” ucap Chan menggantung. Minho menatap Chan.

“Oh iya? Suka seni art atau—”

“Suka kamu maksudnya.”

Rona merah menjalar di pipi gembil Minho, Chan hanya terkekeh gemas. Untung ada Bu Dahyun yang datang, dan segera menyuruh dua pemuda itu untuk mempelajari materi yang kemungkinan besar akan muncul saat lomba nanti.

Setelah hampir 2 jam berkutat dengan kertas berisikan materi yang membuat kepala pening, akhirnya Bu Dahyun mengakhiri kegiatan latihan, Bu Dahyun pamit pergi dari perpustakaan karena ada sesuatu yang harus ia urus.

“Oh iya Minho, kamu paham sama materi C? Kakak belum paham,” ujar Chan. Minho langsung menoleh ke arah Chan, lalu melihat materi yang belum Chan pahami.

“Ah ini tuh ngejelasin tentang—”

Minho menerangkan panjang kali lebar pangkat tinggi, menjelaskan secara rinci hingga ke inti, sambil mendengarkan Minho yang berceloteh tentang materi, Chan memperhatikan wajah Minho yang kelewat manis melebihi bidadari.

“Nah gitu, paham kak?” tanya Minho, ah ngomong-ngomong Chan sebenarnya paham materi yang Minho jelaskan, ia meminta Minho menjelaskan lagi agar ia lebih leluasa memperhatikan wajah Minho.

“Iya paham kok makasih ya Min,” jawab Chan sembari tersenyum, tangan kanannya mengelus kepala Minho, Minho sedang mencerna kejadian beberapa detik lalu.

“Ah iya sama-sama, kalau ada yang belum paham tanya Minho aja kak hehe,” ucap Minho. Chan terkekeh lalu mengiyakan ucapan Minho.

“Oiya, kamu mau langsung pergi atau disini dulu?” tanya Chan. Minho menatap Chan lalu mengedipkan matanya dengan cepat.

“Uhm, Minho masih mau disini, kak Chan sendiri?”

“Oh yaudah, temenin kakak ya, kakak mau ngerjain tugas juga,” tawar Chan. Minho langsung mengangguk kecil, astaga menggemaskan sekali. Ingin sekali Chan menggigit Minho.

Chan mengambil buku dari tas nya, lalu mengerjakan tugas yang sudah diberikan sang guru, sembari menunggu Chan selesai, Minho membaca buku yang tadi ia ambil.

Dua puluh menit lebih lamanya Chan mengerjakan tugas, akhirnya ia selesai, meregangkan otot-otot tubuhnya yang mulai kaku. Chan menoleh ke arah Minho yang dari tadi tidak bergerak dari posisi duduknya, kepalanya ia taruh diatas meja dengan wajah yang tertutup buku bersampul biru.

Chan mengambil buku yang menghalangi wajah Minho, dan terlihat si manis tengah tertidur pulas. Bahkan tidur saja Minho sangat menggemaskan.

Menatap wajah Minho yang semanis madu, sedangkan si pemilik wajah tengah asik berpetualang di alam mimpi, Chan dengan tekadnya yang secuil pahala kalian, memberanikan wajahnya untuk mendekat ke wajah Minho, mencium dengan sekilas bibir tipis Minho.

Manis, itu yang Chan rasakan setelah mencium bibir Minho sekilas, Chan terkekeh kecil, lalu membereskan semua peralatan yang berserakan, tak lupa membereskan peralatan si manis, karena jam pulang sudah berkumandang 30 menit yang lalu, jadi sekolah terasa sepi.

Chan menggendong Minho ala bridal, membawa Minho ke tempat mobilnya yang ia parkir kan.
Kecelakaan kecil tadi, menjadi awal dari sebuah cerita yang begitu manis, aku tak berani menceritakan lebih banyak lagi, haha

✥---------------✥---------------✥

awgwgwg have a nice day, see u next time
૮₍ ⑅ ᐢ..ᐢ   ₎ა

SeraphicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang