Phobia

515 34 1
                                    

  Lee Minho. Mendengar nama itu membuat pemuda dengan nama Hwang Hyunjin ini mengingat teman lamanya sewaktu sekolah dasar dulu.

  Lelaki itu cukup aneh, dulu Hyunjin membencinya karena Minho yang terlihat cengeng dimanapun ia berada. Tapi Hyunjin tak menunjukkan perasaannya karena sering mendapat tatapan tajam dari lelaki itu.

  Dan kini, tepat saat ia memasuki jenjang SMA, nama itu kembali terdengar di telinganya. Ya, Hyunjin harap nama itu bukanlah orang yang sama seperti orang yang dulu ia kenal.

  Hari ini Hyunjin harus pergi ke sekolah karena hari ini MPLS atau Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah. Ia datang bersama sahabatnya, Han Jisung.

  Namun sesampainya disana, Hyunjin harus berpisah dengan Jisung karena ingin ke toilet dan beruntung dirinya sudah mengetahui tata letak sekolah.

  Hyunjin berjalan melewati lorong yang cukup sepi karena semua orang berada di lapangan. Dan tiba-tiba saja pemuda itu mendengar suara tangisan seseorang. Tangisan yang membuatnya mengingat masa lalu.

  Karena rasa penasaran yang meningkat, Hyunjin menghampiri sumber suara dan berusaha memberanikan diri.

  "Lo ngapain ada disini? Semua orang ke lapangan," celetuk Hyunjin mengejutkan pemuda yang sedang menangis tadi.

"Pergi," cicitnya.

  "Lo tuh cowok, udah gede malu dong masih nangis. Lebay amat kayak cewek." Tak mempedulikan ucapan pemuda itu, Hyunjin mencibir karena lagi-lagi merasa deja vu dengan tingkah pemuda itu.

  "B-bukan urusan kamu, 'kan? Tolong jangan ganggu aku, pergi dari sini," jawab pemuda tadi yang kemudian menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan menangis keras.

  "Alah, jadi cowok kok letoy. Pecundang ya lo?" Hyunjin tertawa sinis sambil melangkah pergi meninggalkan pemuda tadi.

'Kamu masih aja benci aku, ya?'

...

"Lee Minho."

  "Lee Minho, dia sekolah nggak?" Guru yang sedang mengajar itu kembali memanggil nama Lee Minho. Sedangkan yang dipanggil sibuk menyembunyikan wajah di lipatan tangannya.

  "Dibelakang, bu! Lagi nangis," ujar salah satu siswa meledek Minho. Terlihat Minho sedikit mengangkat wajahnya dan menatap siswa tadi tak terima.

  Dan kebetulan sekali, Hyunjin ikut menoleh seperti siswa-siswi lainnya dan melihat bagaimana rupa wajah pemuda itu, "I-itu 'kan cowok yang nangis pas hari pertama MPLS, kok sekelas sama dia sih? Namanya Lee Minho lagi," gerutu Hyunjin pelan.

  Hyunjin menghela nafas kesal dan memilih untuk acuh pada pemuda tadi. Hari ini tak berjalan sesuai rencananya, suasana hatinya mendadak hancur ketika melihat Minho tadi.

  Saat waktu istirahat tiba, Hyunjin keluar kelas setelah ruangan itu benar-benar kosong karena ada suatu hal yang harus ia lakukan. Pemuda itu menyusul temannya yang telah menunggu.

  Namun di perjalanan menuju kantin, ia tak sengaja melihat adegan perundungan. Hyunjin jelas tau siapa korban perundungan itu. Dia Lee Minho. Akan tetapi, Hyunjin mencoba tak peduli karena Minho telah membuat suasana hatinya memburuk.

  Namun Hyunjin sama sekali tak tau jika keacuhannya itu justru membuat Minho tak bisa kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran.

...

  Hyunjin baru saja pulang sekolah dan kini tengah berjalan menyusuri komplek menuju rumahnya. Diperjalanan ia tak sengaja melewati sebuah rumah yang sepertinya baru saja diisi oleh satu keluarga.

  Di dalam rumah itu sedang terjadi pertengkaran. Samar-samar Hyunjin mendengar nama Lee Minho disebut dalam kalimat umpatan, "Minho yang mana lagi, nih? Banyak amat nama Minho. Intip dikit gapapa kali, ya," ujar Hyunjin bermonolog.

  Seperti dalam ucapannya, Hyunjin berjalan mendekati rumah itu dan mengintip melalui jendela dan memperlihatkan adegan kekerasan yang terjadi pada Ibu dan anaknya. Hyunjin jelas terkejut dan hampir saja ketahuan.

  "J-jadi, Minho dikelas gue itu Minho yang sama kayak waktu SD?" Sambil berjalan, Hyunjin menggelengkan kepalanya berharap itu semua tak mungkin.

  "Gila, gue gak tau dia dapet kekerasan dimana-mana. Jadi, kemungkinan dia nangis di sekolah tuh karena dibully?" Pemuda bermarga Hwang itu menelan ludahnya gugup, tak bisa membayangkan bagaimana kehidupan sehari-hari pemuda yang dulu ia benci itu.

...

"Hey."

  Minho menunduk dan bergetar ketakutan ketika Hyunjin mendekati dan menyapanya. Lagi, ia ingin menangis namun berusaha ditahan. Dan Hyunjin justru masih terlihat santai, "Oh, lo Lee Minho, 'kan? Gue Hyunjin, temen SD lo dulu."

  "I-iya, m-masih inget kok," ujar Minho yang berusaha menahan rasa takutnya. Namun dirinya tak bisa menahan air matanya lagi saat Hyunjin berani mengusap kepalanya.

  "Loh, kok nangis? Aku megang bagian yang luka, ya? Eh." Hyunjin reflek menutup mulutnya dan hal itu membuat Minho mencurigainya.

  "K-kamu, tau s-sesuatu tentang aku? Tolong rahasiain! Aku gak mau dipukul lagi!" seru Minho yang kembali menangis.

  Hyunjin tersenyum teduh, satu lengannya memegang dagu Minho dan membuat kepalanya terangkat kemudian mengusap air matanya dan berkata, "Dengan satu syarat, kamu harus cerita dan luapin semua keluh kesahmu selama ini, gimana?"

"O-oke, tapi jangan disini, a-aku takut."

  Hyunjin lantas bangkit dan merangkuk Minho dan mengajaknya ke sebuah tempat. Tubuh lelaki itu masih bergetar bahkan terlihat menghindar saat Hyunjin menyentuhnya.

  "Wah wah, akhirnya lo dateng juga. Dan, lo juga bawa pahlawan, ya? Hahaha, jangan harap kita bakal nyerah walau udah babak belur," celetuk seorang siswa yang membuat Minho terkejut dan reflek bersembunyi dibalik tubuh Hyunjin.

  "Sebelumnya gue mau nanya, siapa nama anak yayasan di sekolah ini?" Pertanyaan Hyunjin membuat ketiga siswa di depannya jengkel namun mereka tetap menjawab agar mempercepat waktu.

"Hwang Hyunjin, mau apa lo?"

  "T-tapi, Hwang Hyunjin itu dia." Berusaha memberitahu, Minho ikut menyahuti dengan tangan yang menunjuk Hyunjin.

  Hyunjin tersenyum miring melihat keterkejutan ketiga siswa itu, "See, lo semua bahkan gak nyadar kalo mata gue itu ciri khas keluarga Hwang," ujarnya.

  Namun raut wajahnya berubah keheranan melihat tiga siswa tadi sepertinya tak takut lagi, melainkan senang dengan pandangan mengarah ke belakang tubuh Hyunjin. Dan akhirnya Hyunjin memutuskan untuk ikut melihat.

  "Minho!" Dan Minho sudah tak ada dibelakangnya, ia dibawa oleh seseorang. Namun Hyunjin justru tak berusaha mengejar kala pikirannya mengarah ke dua hal bertentangan yang membuatnya dilema.

  Dan pada akhirnya Hyunjin tak mengejar Minho. Sedangkan Minho justru kecewa karena tak mendapati kehadiran Hyunjin dibelakangnya.

  "Kamu cuma penasaran, ya? Bukan mau temenan," lirih Minho yang kini pasrah dengan keadaan.

...

@디니 기여어
Have a nice day!

.
.
.
Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 31, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SeraphicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang