Berakhirlah kami di sudut kafe baru dekat sekolah. Cukup ramai tapi tempatnya juga tak kalah luas sehingga percakapan satu meja dengan lainnya tidak begitu terdengar hingga orang lain dapat curi dengar.
"Selesai SMA kamu mau lanjut jurusan apa?" tanyaku sambil memainkan es dalam minumanku.
"Tentu saja matematika, kalau kamu?" memang sudah tak heran lagi mendengar jawabannya.
"Entah, menurutmu cocoknya apa?" tanyaku balik.
"Memang kamu suka pelajaran apa?" aku sedikit merenung mempertimbangkan jawaban.
"Biologi mungkin," jawabku tidak begitu yakin.
"Biologi ya..., mungkin kedokteran cocok," jawaban yang tidak kuharapkan.
"Aku nggak mau masuk kedokteran," sahutku sedikit kesal.
"Kenapa? orang tuamu juga dokter kan?"
"Memangnya kalau orang tuannya dokter, anaknya juga harus jadi dokter?" tanyaku kesal.
"Nggak juga, tapi kamu juga belum yakin mau jadi apa kan? aku hanya memberi saran," jawabnya hati-hati.
"Orang tuamu sendiri ingin kamu lanjut jurusan apa?" tanyaku.
"Orang tuaku membebaskan pilihanku, kalau orang tuamu?" tanyanya balik.
"Kedokteran..." jawabku cemberut.
Hening.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Kelas
Short Storykau mungkin takbegitu mengenalku tapi kau sangat berarti untukku A/N: cerita iseng untuk waktu senggang