38. Back

280 42 2
                                    

"ASTAGA JAKE?!"

Belum sempat Minjeong mengajak Jake untuk masuk tiba-tiba Jake langsung menghampiri dan memeluknya dengan lemas, Minjeong bisa merasakan betapa dingin dan lemahnya tubuh Jake. Tapi entah kenapa Minjeong juga tidak bisa berkutik, padahal otaknya menyuruhnya untuk melepas pelukan Jake dan menyuruh lelaki itu segera mandi dan mengganti pakaiannya agar tidak sakit. Tapi Minjeong malah ikut membeku bersamaan dengan dinginnya tubuh Jake.

"Kenapa kamu ngelakuin ini? Buat kebahagiaan aku? Cih, mana mungkin aku bisa bahagia tanpa kamu Winter" lirih Jake di sela-sela pelukan mereka.

Tidak terasa air mata Minjeong jatuh begitu saja seiring mendengar suara yang sangat dia rindukan, akhirnya Minjeong membalas pelukan Jake.

"Maafin aku Jakey, aku gapunya pilihan lain" ucap Minjeong dengan suara gemetar.

Mereka akhirnya melepaskan pelukan dan menatap satu sama lain, Jake yang terlihat sangat pucat dengan bibir yang sudah membiru serta wajah Minjeong yang memerah karna menangis membuat keduanya sadar betapa kacaunya mereka.

"Jakey, kamu mandi sama ganti baju dulu ya. Please aku gapengen kamu sakit, muka kamu udah pucet banget" kata Minjeong sambil memegang wajah Jake.

Jake mengangguk dan melepas jaket paddingnya lalu masuk ke kamar mandi, Minjeong mengambil pakaian ganti untuk Jake yaitu kaos dan celana panjang rumahan milik ayahnya. Minjeong juga membuat teh hangat untuk Jake, jujur saja Minjeong tidak habis pikir dengan Jake. Padahal Jake sangat sensitif sama udara dingin tapi nekat terobos hujan salju. Tidak lama Jake keluar dari kamar mandi dengan handuk kimono yang tadi sudah disiapkan Minjeong, melihat Jake yang baru keluar kamar mandi dengan kimono itu membuat Minjeong menelan ludahnya.

"Astaga mikir apaan sih gue, sadar Minjeong lo masih sekolah" gumam Minjeong dalam hati.

"Eumm Jakey itu aku udah siapin baju ganti buat kamu, punyanya Appa tapi kayanya pas deh buat kamu tadi udah aku pilihin soalnya" kata Minjeong.

"Oke bentar ya aku pake baju dulu" balas Jake lalu direspon anggukan Minjeong.

Kini Jake dan Minjeong duduk bersebelahan di sofa ruang tamu Minjeong, Jake yang sedang minum teh hangat buatan Minjeong terlihat sudah lebih baik dari sebelumnya. Setelah menghabiskan teh itu, Jake memposisikan tubuhnya menghadap Minjeong dan memegang tangannya.

"Kamu kenapa sih sampe nerobos hujan salju cuma buat nemuin aku? Kalo kamu sakit gara-gara aku gimana? Nanti aku dimarahin sama fans-fans kamu" kata Minjeong.

"Siapa yg berani marahin kamu? Lagian gabakal ada yg tau soalnya tadi aku ujan-ujanan sendiri" jawab Jake.

"Winter, aku mohon jelasin apa yg sebenernya terjadi. Jujur aku kesiksa banget karna kamu putusin aku sepihak, apalagi aku juga gabisa hubungin kamu. Please, i need your explanation or maybe just a reason"

Minjeong menarik napasnya dalam-dalam dan menunduk, dia tidak sanggup melihat wajah Jake. Lalu dia menceritakan semua yang terjadi, alasan mengapa dia memutuskan Jake secara sepihak serta memblokir semua yang berhubungan dengan Jake.

"Maafin aku Jakey, aku gapengen jadi penghambat mimpi kamu. Inget kan kata aku? Kita tuh cuma kebetulan aja ketemu saat kamu lagi berusaha gapai mimpi kamu" lirih Minjeong.

"Hei, sini liat aku dulu" kata Jake sambil menaikkan dagu Minjeong.

"Kamu sama sekali ngga ngehambat mimpi aku Winter, justru kamu berperan penting. Kalo gaada kamu belom tentu aku kaya gini, dan sekarang aku emang udah berhasil wujudin mimpi aku. Jujur aku seneng, aku bangga juga. Tapi apa aku bahagia? Ngga. Karna gaada kamu disamping aku, gaada kamu yg semangatin aku setiap aku mau perform, gaada kamu yg dateng di setiap promosi aku, gaada kamu yg nontonin aku pas lagi perform. Semuanya kosong, jujur aja aku capek banget harus pura-pura bahagia dan baik-baik aja di depan kamera. That's why i need you, i just wanna feel my real happiness with you Winter"

Your Happiness || Jake Winter (Wintke)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang