Stalker 1: Only Want You

6.4K 686 21
                                    

Please don't be a silent reader, okay?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Please don't be a silent reader, okay?

Vote and comment, juseyo~

~||||||~

Lee Jeno pemuda berusia 22 tahun, putra bungsu dari salah satu pengusaha terkaya di Korea, Lee Minho dan Lee Donghae. Memilih untuk membuka cafe miliknya sendiri alih-alih mengikuti kedua kakaknya yang meneruskan perusahaan ayah mereka. Jika ditanya apa alasan dia melakukannya, maka Jeno akan menjawab dengan senang hati bahwa ia belum siap untuk memegang perusahaan dan lebih memilih berkutat dengan aneka resep makanan yang ia gemari.

Jeno mendongakkan kepalanya, dengan cepat dia bangkit dari kursinya dan tersenyum manis menatap pintu ruangannya yang terbuka menampakkan seorang lelaki tampan berwajah campuran Cina-Korea berdiri di depannya. "Renjun Ge!"

Mata Jeno berbinar, lelaki itu Huang Renjun. Kekasihnya, seseorang yang telah mengisi hatinya sejak tiga tahun yang lalu. Kali ini Renjun mengunjunginya, mendatanginya dengan sebuket bunga matahari yang cantik membuat hati Jeno menghangat.

"Aku datang, Huang Jeno."

Jeno yang mendengar itu mengerutkan hidung. "Ya! Margaku Lee bukan Huang! Jangan menggantinya sembarangan, Ge!"

Renjun terkekeh, menatap hangat lelaki manis yang selalu membuat jantungnya berdebar sangat kencang. Lee Jeno, miliknya, yang akan tetap begitu sampai kapan pun.

"Baiklah, Tuan Muda Lee Jeno yang terhormat. But soon to be Mrs. Huang. Apa kau tidak mau pelukan dariku hm?" Renjun merentangkan kedua tangannya lebar-lebar yang tentu saja disambut dengan senang oleh Jeno.

"Renjun Ge, aku sangat merindukanmu! Apa Cina lebih menarik dariku hingga kau betah berlama-lama di sana?"

Jeno mengerucutkan bibirnya dan menggembungkan kedua pipinya, membuat Renjun harus menahan diri untuk tidak mencubit kedua pipi bulat nan putih itu. Dia merasa gemas melihat ekspresi imut dari kekasihnya yang semakin lama semakin terlihat manis.

"Tentu saja tidak, sampai kapan pun rumahku itu adalah kau, Jeno-ya. Tidak ada yang bisa menggantikannya, apa pun yang terjadi jangan pernah meninggalkanku atau aku mungkin akan berubah menjadi gila tanpamu."

"Mulutmu manis sekali ya, Tuan Huang. Aku jadi penasaran berapa banyak gadis Cina yang sudah tersipu karena ucapanmu itu?"

Renjun mendengus, dasar Tsundere! Pipinya terlihat memerah, tapi pemuda itu tetap berusaha menyangkalnya dengan pertanyaan yang tentu saja tidak akan pernah terjadi.

"Astaga, Lee Jeno! Aku hanya manis padamu saja, jika kau tidak percaya tanya saja Jaehyun Hyung."

"Oh tentu! Itu harus! Kau tidak boleh menyukai gadis ataupun lelaki lain, jika itu terjadi jangan harap kau bertemu lagi denganku!"

Ancam Jeno dengan senyum yang tertahan, Hell, itu tidak akan benar-benar terjadi! Dia terlalu mencintai Renjun Ge-nya hingga Jeno tidak yakin dapat meninggalkan lelaki yang telah membuatnya bahagia itu.

"Sayang, ucapanmu terlalu menyakitkan. Hatiku merasa terluka sekarang," dengan dramatis Renjun memegangi dada kirinya seolah benar-benar merasa terluka.

"Renjun Ge...." dengan lirih Jeno memanggil Renjun.

"Wae?"

"Wo ai ni. Saranghae...."

Renjun tersenyum, sedikit terkejut dengan pernyataan tiba-tiba dari kekasih tsunderenya. "Wo ye ai ni. Nado.... nado saranghae uri kangaji."

Suara ketukan dari luar membuat suasana yang romantis itu lenyap begitu saja. Setelah Jeno mengizinkannya masuk, salah satu pegawai Jeno datang dengan sebuah surat dan paket di tangannya.

"Boss, baru saja ada seorang kurir datang ke sini membawa paket atas nama Lee Jeno."

Jeno mengerutkan alisnya, dia terlihat bingung begitupun dengan Renjun yang tidak tahu apa-apa karena ia baru saja mendarat dari Cina ke Korea kemarin malam.

"Aku? Tapi Ten Hyung, aku tidak sedang memesan apa pun. Mungkin kurir itu salah alamat dan itu bukan untukku, tapi Lee Jeno yang lain?"

Ten menggeleng pelan, "Alamatnya benar cafe ini, lebih baik kau buka saja. Oh! Ada suratnya juga, mungkin kau bisa tau siapa yang mengirimimu paket?"

"Baiklah Hyung, terima kasih." Jeno tersenyum menatap Ten dan dibalas dengan senyuman manis dari pemuda yang berasal dari Thailand itu.

Jangan tanya Renjun, dia tidak akan cemburu pada Ten karena mereka berdua sama-sama submissive. Jeno memutuskan untuk membuka paketnya terlebih dahulu, terlihat foto-foto candid Jeno sejak kemarin hingga hari ini dalam bentuk puluhan cetak polaroid yang membuat Jeno gemetar. Renjun juga sama terkejutnya dengan Jeno, matanya terbelalak melihat puluhan foto-foto yang entah bagaimana bisa pengirim paket itu dapatkan.

"Sayang, coba buka surat itu."

Jeno menuruti ucapan Renjun, lelaki itu dengan cepat membuka surat yang dibalut dengan amplop berwarna putih polos.

Lee Jeno, apa kau tau seberapa tersiksanya diriku karena selalu merindukanmu? Aku sedikit kecewa karena harus terus menunggu untuk memilikimu.

Kau terus-terusan mengabaikanku dan itu membuatku kesal, tapi tidak apa karena aku selalu mengawasimu. Seperti biasanya, hari ini kau terlihat sangat cantik dengan baju berwarna putih itu.

Your Admirer
Samoyed

Jeno tersentak, saat ini ia memang tengah memakai pakaian berwarna putih. Itu berarti seseorang sedang mengawasinya hingga saat ini. Berbeda dengan reaksi Jeno, Renjun saat ini terlihat mengerikan dengan tatapan dinginnya. Rahangnya mengeras dan kedua tangannya mengepal di kedua sisi tubuhnya.

"Jen..... siapa?" suara Renjun terdengar dingin dan rendah, tanda bahwa pemuda itu sedang menahan amarahnya.

"A-aku juga tidak tahu .... hiks!"

Jeno terisak, mendengar nada suara Renjun pemuda manis itu terlihat ketakutan. Kekasihnya cukup mengerikan saat marah dan Jeno tidak menyukainya.

"Hiks.... Renjun Ge j-jangan marah, a-aku takut!" Renjun seketika tersadar, tatapan matanya melembut. Ia menatap kekasihnya yang ketakutan dan memeluknya.

"Maaf, maafkan Gege. Aku hanya emosi membayangkan jika ada seseorang yang mencoba merebutmu dariku."

Huang Renjun tetaplah Huang Renjun, ia akan posesif terhadap apa pun yang sudah menjadi hak miliknya. Renjun tak akan membiarkan siapa pun merebut Jeno-nya.

"Jeno-ya, kau tau kan aku mencintaimu? Berjanjilah padaku apa pun yang terjadi jangan pernah meninggalkanku!" kali ini nada Renjun terdengar sedikit menuntut.

Jeno menatap mata Renjun, ia tahu bahwa kekasihnya merasa cemas dan takut. Jeno tersenyum manis, senyum yang membuat kedua matanya melengkung indah bagaikan bulan sabit. "I promise...."

~||||||~

TO BE CONTINUED

NEXT?

Stalker || JaemjenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang