Please don't be a silent reader, okay?
Vote and comment, juseyo~
~||||||~
Saat ini Jeno berada di ruang kerja Renjun, tepatnya di ruangan CEO RNC Company karena Renjun mengajak -merengek- pada Jeno agar pemuda manis itu ikut ke kantornya. Semenjak kejadian di ruangan Jeno, Renjun semakin overprotective pada Jeno. Tidak jarang lelaki Cina itu mengikuti ke mana pun kekasihnya pergi seperti anak ayam yang mengekori induknya, Jeno yang melihat itu lama-lama merasa jengah. Dia gemas ingin memukul kepala kekasihnya yang benar-benar menyebalkan menurutnya. Renjun bahkan protes pada Jeno jika pemuda manis itu masih nekat keluar sendirian atau tanpa izinnya.
"Gege! Berhenti mengikutiku! Lebih baik kerjakan pekerjaanmu sendiri, aku bosan melihat wajahmu di mana-mana!"
Renjun melotot, mulutnya menganga. Jeno, kekasihnya sangat kejam! Tega sekali mengatakan jika wajahnya membosankan. "Ya! Chagiya..... Kau tega sekali dengan kekasih tampanmu ini!"
Jeno mendengus, ia menatap malas kekasihnya yang makin cerewet dari hari ke hari. "Ge, aku benar-benar akan memukulmu jika kau bersikap menyebalkan seperti ini! Astaga, ada apa dengan Renjun Ge-ku yang manis? Kenapa ia jadi cerewet?"
Wajah Renjun berubah menjadi datar, rasanya Renjun ingin menelan Jeno bulat-bulat. Kekasihnya itu benar-benar mengejeknya sekarang, Renjun tahu, jauh di pikiran Jeno sebenarnya pemuda manis itu tengah memikirkan teror yang menghantuinya akhir-akhir ini. Renjun hanya sedang berusaha, lelaki tampan itu sedang berusaha untuk menghibur kekasih manisnya agar tidak semakin merasa takut.
Jeno menatap Renjun, pemuda manis itu mengulum bibirnya gugup. "Uhm, sebenarnya Renjun Ge...... Aku, aku mendapat teror itu sejak empat tahun yang lalu, setahun sebelum kita berpacaran....."
Mata Renjun membulat, ia tidak menyangka Jeno telah mengalami hal ini sejak lama dan masalahnya Renjun sama sekali tidak tahu hal ini.
"Kau mendapat teror sejak lama dan kau tidak memberitahuku sama sekali?! Apa kau menganggapku sebagai kekasihmu Lee Jeno?! Aku kecewa kau tahu....."
Renjun marah, pemuda tampan itu marah pada dirinya sendiri yang tidak mencari tahu lebih dalam tentang kekasihnya. Ia merasa bodoh, kekasihnya memendam ketakutan sejak lama dan ia justru tidak tahu apa-apa tentang itu. Renjun juga merasa kecewa, Jeno bahkan tidak mengatakan apa pun padanya. Ayolah, mereka sepasang kekasih! Bukankah hal wajar jika sepasang kekasih saling menceritakan masalah mereka masing-masing? Kenapa Jeno tidak mau terbuka padanya? Kenapa?
Renjun mengusap wajahnya kasar, ia memandang Jeno yang sekarang menundukkan kepalanya dalam-dalam. Renjun tahu, Jeno tengah menangis dan itu salahnya, kesalahan seorang Huang Renjun yang membiarkan kekasih cantiknya menangis.
"Maafkan aku, a-aku hanya tidak ingin merepotkanmu...... Saat itu kau sedang mengalami masalah dan aku, aku hanya tidak ingin membuatmu semakin terbebani.... Hiks! Ung.... Hiks.... Maaf...."
Renjun mengusap air mata Jeno dengan lembut, dikecupnya dahi Jeno lama, Renjun mengelus tengkuk Jeno mencoba menenangkan pemuda Lee yang sedang menangis itu. "Kenapa menangis hm? Gege hanya kecewa dan itu tidak apa-apa."
Jeno menatap Renjun lekat, ia sangat mencintai pemuda Huang ini. Renjun yang sangat sabar menghadapi segala tingkah lakunya, Renjun yang selalu memberinya banyak cinta dan kasih sayang, dan Renjun yang tak pernah meninggalkannya. Jeno tersenyum kecil, perlahan ia mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir Renjun membuat pemuda itu membulatkan matanya terkejut.
"Renjun Ge apa aku pernah berkata jika aku sangat mencintaimu? Aku sangat-sangat-sangat mencintaimu, kau tahu itu kan?" Renjun tersenyum lebar mendengar ucapan Jeno, jantungnya seperti akan meledak dan hatinya berbunga-bunga.
"Tentu, Huang Renjun juga sangat-sangat-sangat-sangat mencintai Huang Jeno." mendengar itu Jeno langsung memukul lengan Renjun.
"Ya! Sudah kubilang margaku Lee! Kenapa kau selalu memanggilku Huang huh?! Kita hanya sepasang kekasih, kau bahkan belum menikahiku."
Renjun tersenyum menggoda, pemuda tampan itu menatap sang kekasih dengan tatapan jahil. "Oh, jadi kau ingin menikah denganku sekarang?"
Jeno gelagapan, bukan itu maksudnya! Jeno hanya asal berucap dan kekasihnya justru berbalik menggodanya dengan itu. "Ya! Bukan itu maksudku!"
Renjun tertawa, Lee Jeno-nya benar-benar menggemaskan. Pemuda berdarah Cina-Korea itu dengan cepat merengkuh pinggang Jeno dan menarik tubuh Jeno lebih dekat padanya. Renjun menatap intens bibir ranum milik Jeno, tanpa sadar napas Jeno tercekat saat ujung jari Renjun menyusuri pipinya dan turun hingga ke tepi rahangnya dengan perlahan, "Breathe, my love."
Renjun mendekatkan wajahnya hingga kedua hidung mancung mereka bersentuhan. Jeno menegang, pemuda manis itu dapat merasakan napas hangat Renjun menerpa wajahnya. Renjun memiringkan kepalanya dan menempelkan kedua bibir mereka membuat Jeno memejamkan kedua matanya.
Pemuda Huang itu melumat lembut bibir Jeno, berusaha menyalurkan rasa cintanya yang besar dengan ciuman. Jeno terhanyut dalam ciuman manis mereka, ia melingkarkan kedua tangannya di leher Renjun. Jemari Jeno menyusup di antara helaian rambut Renjun, meremasnya pelan saat godaan kenikmatan itu mulai terasa begitu memabukkan. Renjun membelai bibir Jeno dengan lidahnya dan mengecupnya ringan sebagai tanda bahwa ciuman mereka telah berakhir.
"I love you, Huang Renjun."
"I love you more, Lee Jeno."
~00000~
Di sisi lain, seorang pemuda menggeram marah menatap rekaman kamera tersembunyi yang ia lihat dari ponselnya. Layar persegi panjang itu menampilkan dua orang laki-laki yang sedang berciuman. Tatapannya menajam, raut wajahnya terlihat tidak bersahabat. Tidak! Tidak! Ia benar-benar tidak menyukainya! Lee Jeno itu miliknya dan dengan mudahnya pemuda Huang sialan itu menciumnya. Mencium miliknya! Sang pemuda, Na Jaemin, putra sulung dari Na Sehun dan Xi Luhan itu menyeringai. Jemarinya mengelus buket mawar putih yang ada di atas meja dengan senang, di buket itu sudah terselip sebuah kartu berwarna hitam yang kontras dengan warna bunganya.
"Haruto!"
"Saya, Tuan." seorang lelaki yang dipanggil Haruto itu membungkukkan badannya dan tersenyum sopan.
"Antar buket bunga ini ke RNC Company, berikan pada resepsionis dan katakan bahwa buket ini dikirim untuk Lee Jeno, kekasih CEO Huang Renjun. Ingat, jangan sampai identitasmu diketahui!"
Asisten pribadi Na Jaemin itu mengambil buket yang berada di atas meja dan mengangguk. "Saya mengerti, Tuan."
Setelah kepergian Haruto, Jaemin tersenyum. Matanya berkilat samar, Jeno pasti akan senang dengan kejutannya. Persetan dengan Huang Renjun sialan itu! Jaemin pastikan Lee Jeno akan berada di sisinya. Jaemin bersenandung pelan, ia memutar-mutar revolver yang ada di genggamannya dengan santai, suasana hatinya cukup baik walaupun ia baru saja melihat hal yang tidak menyenangkan. Pemuda tampan itu tidak sabar, ia sangat penasaran dengan reaksi yang akan dikeluarkan oleh Jeno ketika buket mawar putih itu sampai di tangannya.
~||||||~
TO BE CONTINUED
NEXT?
KAMU SEDANG MEMBACA
Stalker || Jaemjen
Fiksi PenggemarTentang Na Jaemin, pemuda tampan misterius yang terobsesi pada Lee Jeno; seorang pemuda manis yang memiliki senyum indah bagaikan bulan sabit. ⚠️WARNING!!!⚠️ BXB JENO UKE AREA!!!! Jaemin, Dominant! Jeno, Submissive! ©2021