O1 [ day one ]

5K 595 132
                                    

P S Y C H O  ;  S U N G H O O N




Jiya mengusap peluh didahinya. Bersepeda ke sekolah setiap hari sudah menjadi sebuah kebiasannya hingga 2 tahun terakhir ini.

Jiya sudah kelas 12. Dirinya mulai disibukkan dengan berbagai banyak kegiatan sekolah untuk bersiap-siap agar dirinya dapat lulus dengan nilai yang memuaskan.

Tak terasa perjalanan Jiya ke sekolah telah usai. Dirinya hanya membutuhkan waktu kurang lebih 35 menit untuk sampai ke sekolahnya.

Ia memakirkan sepeda biru mudanya dengan rapi di tempat parkir sekolah. Setelah melakukan kegiatannya itu, ia kembali berjalan menuju ke ruang kelasnya.

Awalnya biasa-biasa saja, namun pada saat ditengah jalan netranya tidak sengaja menangkap seorang pria tinggi yang ia yakini bahwa dirinya adalah,

“SUNGHOON!!!” serunya dengan berlari menuju kearah pria itu. Sang pemilik nama yang terpanggil hanya menghentikan langkahnya tanpa berniat menoleh kebelakang untuk melihat siapa orang yang memanggilnya.

Jiya berdiri dihadapan Sunghoon. Pria itu hanya menatap lurus kedepan tanpa menoleh kearahnya kembali. Hal itu tidak membuat Jiya patah semangat.

“Gue yakin kalau kita belum kenalan.” Jiya menyodorkan tangannya kearah Sunghoon dengan tersenyum lebar.

Sunghoon hanya menatap kosong tangan Jiya yang tepat berada dihadapannya tanpa berniat untuk membalasnya. Ia kembali berjalan kedepan dan sengaja menubruk pundak Jiya.

Jiya menarik nafasnya dalam-dalam. Ia harus sabar, ini pertama kali dalam hidupnya ia diacuhkan oleh seorang laki-laki di sekolah ini.

Ia berjalan mengejar Sunghoon dan kembali menghadang jalan Sunghoon. “Gue Jiya, salam kenal! kita memang belum pernah ketemu.”

Lagi dan lagi, Sunghoon hanya menganggap perkataan Jiya barusan sebagai angin lewat. Disaat dirinya ingin melanjutkan perjalanannya lagi, Jiya dengan cepat menghadang tubuh Sunghoon. “Setidaknya lo jawab pertanya—eh!” Karena tenaga Sunghoon lebih besar dari Jiya, tubuh Jiya refleks terdorong ke belakang.

Tidak, Jiya tidak jatuh. Ia hanya merasakan degup jantungnya yang kini berdetak dua kali lipat daripada sebelumnya karena Sunghoon menariknya dan berujung kepalanya kini tepat bersandar di dada Sunghoon.

Kejadian singkat namun berarti bagi Jiya. Keduanya kini kembali ke posisi semula. “Sunghoon, terimakasih, be my friend?”

Lagi dan lagi, Sunghoon kembali meninggalkannya dan mengabaikan tawarannya untuk menjadi temannya. “Oke Jiya, lo gak boleh nyerah sampai disini! Semangat, lo pasti bisa!!” ucapnya pada dirinya sendiri.

“JI!” Jiya menoleh kearah seseorang yang barusan memanggil namanya. “Jisung, kenapa?” tanyanya.

“Gue cariin lo kemana-mana, lah lo nya ada disini. Demen banget main petak umpet!” keluhnya, hal itu membuat Jiya terkekeh.

“Emang kenapa sih, lo nyari gue?” tanya Jiya membuat Jisung menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya.

“Hehehehe.”

“Haha-hehe kenapa si?”

“Biasa.”

Jiya paham, sahabat lucknut nya yang satu ini sedang meminta jawaban pr fisika miliknya. “Nih, istirahat pertama harus ada di loker meja, ya!” ucap Jiya sambil memberikan buku tulis fisika miliknya kepada Jisung.

“Siap 45! makasih jiji cuantek!” serunya dengan antusias. Setelah mendapatkan anggukan dari Jiya, Jisung langsung berlari menuju ke kelasnya untuk menyalin jawaban fisika Jiya bersama dengan temannya yang lain.

Psycho | Sunghoon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang