22 [ angry ]

2.1K 376 43
                                    


P S Y C H O ; S U N G H O O N

Hari demi hari telah berlalu. Kini Jiya dan Jungwon sedang berjalan di sekitar perumahan. “Kak, masih jauh gak si? Ini kaki gue udah pegel!” keluh Jungwon membuat Jiya yang mendengarnya merasa kesal. Pasalnya, mereka baru saja berjalan sekitar 100 meter.

“Bentar, nanti gue beliin eskrim deh kalau pulang.”

Jungwon yang mendengarnya langsung semangat, Jungwon memang sebegitu sukanya dengan es krim. “Oke-oke siap! Demi eskrim tercinta!’ ucapnya semangat.

“Btw, ini kita mau kemana jalan sore-sore gini?” tanya Jungwon lagi.

“Beli nasgor, pengen aja gitu. Lo mau?” tawar Jiya yang langsung membuat Jungwon menganggukkan kepalanya dua kali. “Gimana kalau gue beli nasgor, lo beli eskrim. Nanti lo langsung pulang aja gapapa,” usul Jiya membuat Jungwon tersenyum tipis.

“Beneran gapapa?” Jungwon memastikan. Jiya mengangguk lagi, ia menyerahkan uang sepuluh ribu untuk adiknya itu. Melihat itu, senyum Jungwon merekah lagi dan lagi, dengan cepat ia mengambil uang yang Jiya berikan kepadanya.

“Habisin aja gapapa, langsung pulang, ya!” ucap Jiya. Jungwon langsung mengangguk mengiyakan. Ia berbalik meninggalkan Jiya yang berjalan berbeda arah darinya.

Jiya kembali berjalan menuju ke tempat penjual nasi goreng. Letaknya di pojok dekat jalan raya. Setelah menghabiskan waktu kurang lebih 5 menit. Jiya akhirnya sampai di gerobak penjual nasi goreng tersebut.

“Pak, beli nasgornya dua. Yang satu pedes yang satu enggak,” ucapnya membuat penjual nasi goreng itu mengacungkan jempolnya.

“Siap neng, silahkan duduk dulu,” ucap penjual nasi goreng itu dan langsung diangguki oleh Jiya. Jiya mendudukkan tubuhnya di bangku yang berada dibelakang gerobak nasi goreng.

Awalnya Jiya merasa nyaman, namun datangnya seorang laki-laki yang Jiya yakini orang baru di sekitar sini kini duduk disebelahnya. Jiya merasa risih karena laki-laki itu semakin mendekatkan tubuhnya ke tubuh Jiya, semakin dekat hingga pundak mereka saling bersentuhan.

“Geseran dikit, disana masih kosong,” ucap Jiya risih.

”Kalau gue gak mau?” ucap orang itu santai. Membuat Jiya yang mendengarnya mendesis kesal, lantas ia mendorong tubuh orang itu hingga kini berjarak lebih jauh dari semula.

“Santai neng, gue gak macem-macem kok.” Jiya hanya diam, tak berniat untuk berbicara lagi dengan laki-laki itu.

“Neng Jiya, nasgornya udah jadi!” teriak penjual nasi goreng itu. Jiya menghela nafas lega, terimakasih pak penjual nasi goreng telah menyelamatkan Jiya dari laki-laki yang membuatnya tidak nyaman itu.

Jiya segera menerima nasi goreng pesanannya dan membayarnya kepada si penjual. Kemudian ia berjalan lebih cepat, ternyata laki-laki itu masih mengikutinya dari belakang. “Maunya apa sih ini cowok?” lirih Jiya.

“Tunggu!” teriak laki-laki itu, Jiya kembali berjalan tidak memedulikan perintah orang itu. Melihat Jiya yang kembali berjalan tanpa menghiraukannya membuat laki-laki itu mengejar Jiya.

Dan ya, Jiya tertangkap. Tubuhnya tertarik kebelakang karena laki-laki itu menarik kerah bajunya. Jiya menoleh kesal kearahnya. “Mau lo apa sih?!” kesal Jiya membuat laki-laki didepannya terkekeh.

“Uang lo jatoh, gue mau balikin,” ucap laki-laki itu sambil menyerahkan uang Jiya dari saku hoodie-nya kepada pemiliknya. Jiya melebarkan matanya kemudian merogoh saku celananya, dan benar saja kalau uangnya jatuh. Jiya meringis malu kemudian menerima uangnya yang jatuh tadi dari tangan laki-laki itu.

Psycho | Sunghoon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang