O7 [ caught ]

2.3K 424 34
                                    

P S Y C H O  ;  S U N G H O O N



“Terus, bunda maafin?” tanya Jiya sambil menatap sang bunda, menunggu bundanya untuk menjawab pertanyaannya. Jaera menggelengkan kepalanya membuat Jiya merasa lega. Dirinya masih tidak rela jika lelaki brengsek itu dimaafkan oleh ibunya.

“Syukurlah. Kalau pria itu dateng ke rumah ini lagi, hubungi Jiya ya bun. Jiya gak mau terjadi apa-apa sama bunda, Jiya gak mau kehilangan bunda, Jiya sayang bunda,” ucap Jiya kemudian memeluk Jaera, membuat Jaera mau tak mau membalas pelukan anak sulungnya itu.

“Kamu anak bunda satu-satunya yang ngerti gimana perasaan bunda saat ayah ninggalin bunda. Makasih telah memilih bunda untuk tinggal bersama bunda, Jiya.”

“Bunda gak tahu apa yang akan terjadi jika kamu milih tinggal sama ayahmu. Bunda pasti kesepian.”

Jiya mengeratkan pelukannya. Terjebak dalam pernikahan muda bisa berakhir tidak bahagia, seperti yang dialami Jaera sekarang. Ia menikah dan mengandung Jiya pada saat umurnya masih 18 tahun, masih terbilang cukup muda bukan?

“Sama-sama bunda. Jiya rasa pilihan untuk tinggal sama bunda itu pilihan yang tepat,” ucap Jiya sambil menyunggingkan senyumnya dan tidak berniat untuk melepaskan pelukannya.

⚔️

Hari demi hari telah berlalu, Sunghoon yang sedang belajar biologi di kamarnya mendengus kesal ketika dirinya mendengar dering telepon dari handphone-nya. Dengan langkah malas, Sunghoon mengangkat telepon yang ternyata dari tuan Junghoon.

“Halo, kamu disana?”

“Kenapa anda menelpon saya saat saya masih belajar tuan?” tanya Sunghoon kesal membuat sang lawan bicara terkekeh setelah mendengar perkataan Sunghoon.

“Target no 12, alamat dan foto target sudah saya kirim ke nomor kamu. Saya sudah menelpon Minhee untuk membantumu. Jadi, kerjakan perintah saya dengan baik dan ikhlas!” ucap Junghoon sambil menekan kata 'ikhlas' yang membuat Sunghoon menghela nafasnya pasrah. Lagi-lagi kegiatan belajarnya terganggu.

“Baik tuan, saya tutup dulu.” ucap Sunghoon kemudian menekan tombol merah untuk menutup telepon dari Junghoon.

Setelahnya, ia mencari kontak Minhee untuk menghubunginya. Sunghoon menekan fitur telepon pada kontaknya untuk menelponnya. Beruntung pada saat itu panggilan pertama Sunghoon langsung diangkat oleh Minhee.

“Minhee, lo udah ngerti kan apa yang harus kita lakuin saat gue nelpon lo?” tanya Sunghoon membuat Minhee yang berada jauh disana berdehem tanda dirinya mengerti.

“Iya ngerti.”

“Ketemuan di markas, kita harus siapin semuanya!” suruh Sunghoon membuat Minhee yang ada disana mengangguk mantap kemudian memutuskan sambungan teleponnya.

Sunghoon tersenyum miring setelah melihat identitas target yang akan dibunuhnya malam ini dari Junghoon. Yang ternyata merupakan seorang kasir supermarket yang berada tidak jauh dari rumahnya berada. “Choi Chanhee, wait for me.

Sunghoon memasukkan handphone-nya kedalam saku celananya, tangannya tergerak untuk mengambil jaket kulit bewarna hitam kemudian memakainya. Sunghoon kini berpakaian serba hitam, ia tidak lupa memakai masker dan topinya.

Setelah sibuk dengan urusannya itu, ia melangkahkan kakinya menuju keluar rumah, menyalakan motor moge bewarna hitam miliknya untuk melesat meninggalkan pekarangan rumahnya menuju ke markasnya.

Psycho | Sunghoon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang