O6 [ none ]

2.2K 420 38
                                    

P S Y C H O  ;  S U N G H O O N



Sunghoon menatap kedua sejoli yang berada di pinggir jalan dengan tatapan yang tidak dapat diartikan. Entah kenapa ada rasa yang mengganjal di hatinya. Dengan cepat ia menggelengkan kepalanya cepat untuk menepisnya.

“Cemburu lo?” ucap seseorang yang hal itu membuat Sunghoon refleks terlonjak kaget.

Sunghoon menatap tajam wajah seseorang yang baru saja mengatainya itu. “Ngapain gue cemburu!” elaknya dengan nada yang tidak bersahabat.

“Hilih, ga ngaku! Yaudah lo mau tetep ngebug disini atau pulang?” tanya Minhee membuat Sunghoon lagi dan lagi menatapnya tajam.

“Bunuh lo,” ucap Sunghoon enteng membuat Minhee yang mendengarnya terkejut.

“Hah?! Jangan! Kasihan nyokap gue gak ada yang nganterin arisan,” ucap Minhee dengan muka yang dibuat-buat memelas. Membuat Sunghoon menggelengkan kepalanya melihat tingkah temannya itu.

“Bercanda, gue cabut dulu,” ucap Sunghoon kemudian kembali menyalakan mesin motornya dan melesat pergi meninggalkan pekarangan sekolah.

⚔️

“Gak usah won, gue bisa sendiri. Lagian gue masih bisa jalan kok,” ucap Jiya dengan tersenyum tipis untuk membuktikan bahwa dirinya tidak apa-apa.

“Tapi—”

“Gue pulang dulu,” potong Jiya dengan cepat, dirinya kembali berjalan kearah Isa yang berada di seberang jalan, gadis itu masih mematung ditempatnya, mencerna apa yang baru saja terjadi.

“Itu adek lo Jungwon, 'kan?” tanya Isa pelan dengan menatap tak percaya wajah Jungwon yang masih terdiam ditempatnya dengan mata yang sedikit sayu.

Jiya mengangguk membuat Isa refleks menutup mulutnya tak percaya. Jiya mengambil alih sepedanya dari tangan Isa kemudian menaikinya.

“Ayo naik!” suruh Jiya kepada Isa yang masih menatap Jungwon yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri. Isa mengangguk kemudian menaiki jok boncengan sepeda Jiya.

Setelah dirasa Isa sudah menaiki jok boncengan sepedanya, Jiya kembali mengayuhnya dengan pelan karena agar luka di lututnya tidak terasa sakit.

“Gue gak nyangka adek lo udah sebesar itu, padahal dulu gue masih inget kita pernah main bertiga di kebun belakang rumah gue,” ucap Isa sambil mengingat-ingat momen mereka bertiga saat masih kecil.

Jiya tersenyum kecut sambil mengingatnya, berharap dirinya dapat memutar waktu untuk kembali ke masa lalu. Dimana dirinya dan Jungwon bisa tinggal bersama, bermain bersama dan menghabiskan waktu bersama.

Namun itu hanyalah sebuah harapan, dirinya tentu tidak bisa mengubahnya. “Jangan bikin gue nangis, sa, udah cukup gue kehilangan Jungwon dan ayah. Jangan sampai bunda gue ikut ninggalin gue,” ucapnya lirih kemudian menggigit bibirnya menahan tangis.

Isa menatap punggung Jiya iba. Jika dirinya ada di posisi Jiya saat ini, mungkin dirinya sudah menangis sejadi-jadinya. Jiya memang orang yang sangat kuat, dirinya mampu menahan tangis dihadapan semua orang, kecuali dengan ibunya.

Tidak terasa mereka berdua sudah sampai di halaman rumah Jiya. Isa beranjak turun dari sepedanya kemudian mengucapkan, “Makasih ya, Ji!”

Jiya menganggukkan kepalanya. Ia dapat melihat Isa yang sudah masuk kedalam pintu rumahnya. Setelah memarkirkan sepedanya di samping rumahnya, Jiya melangkah masuk kedalam rumahnya.

Psycho | Sunghoon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang