Oh Sehun kini tengah berada dalam perjalanan menuju kantornya. Jalanan hari ini dapat dikatakan ramai lancar, jadi Sehun bisa sampai di kantornya lebih cepat. Setelah masuk ke area parkir khusus eksekutif dan memarkirkan mobilnya, Sehun bergerak keluar dari mobil.
Dalam perjalanan menuju ruangannya, ia sempat bertegur sapa dengan beberapa karyawan. Senyumnya tersungging tipis setiap disapa. Sehun memang dikenal sebagai sosok yang ramah. Meski untuk urusan pekerjaan, kesan ramahnya akan musnah seketika.
Setelah masuk ke dalam ruangannya, Sehun langsung mendudukkan diri di kursi kerjanya lalu sebelah tangannya mulai sibuk membaca berkas bertumpuk yang tertata. Beberapa ada yang pria itu bubuhkan tanda tangan. Sisanya ia biarkan terbuka untuk ia baca lebih lanjut.
Sekitar 20 menit kemudian, pintu ruangannya diketuk namun tidak lama suara sepatu seseorang terdengar mendekat. Belum mendengar suaranya saja, Sehun sudah tahu siapa tersangka utama yang masuk ke ruangannya.
"Ada apa?" Tanyanya tanpa mengalihkan pandangan.
Sosok tinggi yang berdiri tak jauh dari meja Sehun menjawab, "Kau sudah dengar sesuatu?" Pertanyaan lain justru terlontar dari bibirnya.
Mulanya Sehun bersikap tak acuh. Masih sibuk dengan berkas di depannya. Sebelum atensinya teralihkan ketika Dohwan menyebut sebuah nama tak asing.
"Perwakilan Hwayoung Group menjadi bahan perbincangan hangat pagi ini karena kecantikannya. Aku juga sempat berpapasan dengannya dan ya—kalau boleh aku katakan ia memang sangat cantik."
"...kalau tidak salah namanya adalah Bae Joohyun. Apa wanita itu yang akan menjadi calon istrimu?" Pungkas Dohwan sembari meletakkan sebuah map dokumen di atas meja Sehun.
Pergerakan Sehun seketika terhenti. Tubuhnya terdiam kaku untuk beberapa saat, sebelum ia sadar dan kembali melanjutkan pekerjaannya. Namun ia diam-diam melakukannya dengan cepat agar setidaknya hari ini ia bisa melihat Joohyun barang sebentar.
"Apa ada rapat bersama Hwayoung Group yang harus kuhadiri hari ini?"
Sehun memang diberitahu jika akan ada perwakilan yang datang ke kantornya untuk membahas rencana kerja sama mereka lebih lanjut, namun tidak terpikirkan sedikit pun olehnya jika Joohyun yang akan menjadi perwakilannya.
Dohwan sibuk menggulir tablet di tangannya. Memeriksa jadwal Sehun teliti kemudian menggeleng di detik berikutnya. "Tidak ada. Bagian lain yang akan memimpin rapat kali ini."
Refleks Sehun mendesah kasar. Hal tersebut bahkan membuat Dohwan menyeritkan dahinya. "Ada apa?" Katanya keheranan.
"Tidak. Tidak apa-apa." Jawab Sehun sedikit berdeham sebelum fokusnya kembali tertuju pada tumpukan berkas di mejanya.
Meski masih meninggalkan jejak pertanyaan di benaknya, Dohwan pamit undur diri dengan setengah membungkuk serta kerutan heran di dahinya. Sementara itu, setelah perginya Dohwan, entah apa yang membuat Sehun tiba-tiba ingin melihat Joohyun secepat dan sebisa mungkin.
Hingga akhirnya pria itu memutuskan untuk keluar dari ruangannya dengan alibi mencari Dohwan. Walau memang kenyataannya Sehun membutuhkan kehadiran Dohwan saat ini. Namun sebenarnya ia bisa dengan mudah menggunakan sambungan telepon untuk memanggil sekretarisnya.
Anehnya lagi, bukannya turun menuju lantai 10 gedung kantornya untuk menemukan keberadaan Dohwan yang kemungkinan besar berada di sana, Sehun justru menekan angka 7 yang merupakan lantai di mana rapat kantor sering dilaksanakan.
Awalnya Sehun benar berniat mengitari lantai 7 untuk mencari keberadaan Dohwan. Sampai di waktu ketika ekor matanya tanpa sengaja tertarik untuk memperhatikan sosok wanita mungil yang tengah berbicara dengan ekspresi dingin bercampur tegasnya di ujung sebuah meja rapat panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Redamancy [HUNRENE]
Novela Juvenil[ON GOING] (n.) an act of loving the one who loves you; a love returned in full.