✧ sixteen: newly revealed truth

227 31 12
                                    

Yang Joohyun ingat sebelum matanya terpejam sepenuhnya adalah suara teriakan dari beberapa orang yang terdengar familiar di indra pendengarannya. Setelah itu hanya kegelapan yang bisa ia rasakan melalui kedua matanya.

Tiba-tiba, usai kegelapan terlewati, Joohyun kini berada di suatu tempat yang tak asing baginya. Sinar matahari terasa memberikan sensasi cukup menyengat pada permukaan kulitnya sehingga Joohyun memutuskan untuk berteduh di bawah pohon rindang nan besar.

Tepat setelah mengambil posisi berteduh di bawah pohon, mata Joohyun menangkap pemandangan yang tak kalah familiar. Sebuah danau dengan banyak tanaman teratai tumbuh di atasnya. Seulas senyum getir kini terukir di wajah ayunya.

Belum selesai mengilas balik memori yang secara spontan terputar dalam kepalanya, mata Joohyun membulat ketika mendapati seseorang tengah berjalan menghampirinya.

"Joohyun! Bagaimana kabarmu?"

Suaranya. Benar. Ini suara yang selalu berhasil membuat Joohyun merasa tenang dan aman. Merasat bahwa setidaknya ada satu orang yang benar-benar akan selalu mendukungnya.

"Kau... ini benar-benar dirimu?" Tanya Joohyun masih dengan ekspresi terkejut serta tidak percaya pada apa yang tengah terjadi di hadapannya.

Tangan Joohyun merambat naik berusaha menyentuh pipi sosok yang sudah berdiri di hadapannya saat ini. Ketika tangan Joohyun ragu untuk menyentuh, sosok itu meraih tangan Joohyun kemudian meletakkannya di atas pipi kanannya.

"Sudah lama sekali, ya."

Joohyun menganggukan kepala. Tanpa perempuan itu sadari, sudut kedua matanya kini mengeluarkan setetes air mata.

"Kenapa menangis? Jangan bilang kau tidak senang bertemu denganku, ya?"

Joohyun kali ini cepat-cepat menggeleng. "Tidak. Tidak. Aku..." suaranya tercekat. Wanita itu kini tak kuasa untuk menahan luapan air mata yang telah berkumpul di pelupuk matanya.

"Kau sangat merindukanku, ya? Sampai menangis begini."

Sosok itu baru saja tertawa hangat. Tawa yang seolah membawa diri Joohyun kembali ke masa beberapa tahun silam. Di mana dia bisa merasakan apa arti bebas dan bahagia.

"Maaf. Ma-maafkan a-aku," ungkap Joohyun dengan suara terbata akibat tangisannya yang tak kunjung berhenti.

Sosok tersebut tersenyum lebar. Kedua tangannya naik ke pundak Joohyun kemudian menegakkannya.

"Memangnya kau membuat kesalahan apa? Kau tidak salah apa-apa. Saat itu memang kondisiku sudah sangat buruk. Jadi tidak apa-apa."

Tangis Joohyun semakin pecah ketika mendengar kalimat tersebut terucap dari bibir sosok di hadapannya. Ia mendadak kehilangan kosakata untuk sekedar menanggapi karena rasa sesak bukan main tengah bersemayam di dadanya.

Tangan yang sebelumnya berada di pundak Joohyun kini merambat naik untuk mengusap kepala Joohyun teratur.

"Jangan pedulikan aku. Aku bahagia kalau kau juga bahagia, Joohyun. Jadi, tersenyumlah."

Begitu dia menyelesaikan kalimatnya, Joohyun menyaksikan bagaimana sosok itu secara perlahan menghilang dari hadapannya. Digantikan oleh kehadiran sosok lain yang tampak telah menunggu Joohyun dengan senyum hangat dari kejauhan.

"Joohyun-ah?"

Samar-samar, Joohyun dapat mendengar suara berat seorang pria tertangkap oleh telinganya. Matanya mengerjap lambat sembari menyesuaikan diri dengan cahaya yang masuk.

"Joohyun, kau mendengarku?"

Setelah matanya beradaptasi sempurna dengan cahaya di sekitar, Joohyun menggerakkan sedikit kepalanya ke kanan dan menemukan Oh Sehun tengah menatapnya cemas di tepi ranjang.

Redamancy [HUNRENE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang