✧ nine: a comforting hug

497 54 27
                                    

Seberkas cahaya yang masuk melalui jendela kamar berhasil membangunkan seorang pria dari tidur lelapnya. Mengerjapkan mata beberapa kali, lelaki tersebut perlahan memposisikan tubuhnya menjadi setengah duduk sembari bersandar ke papan sandaran tempat tidur.

Tepat satu menit terlewati. Sehun yang semula masih berusaha mengumpulkan tenaga, tiba-tiba saja teringat akan sesuatu.

Seharusnya Joohyun juga masih ada di tempat tidur ini, bukan?

Menyadari bahwa tinggal ia seorang diri di dalam kamar Joohyun, Sehun pun segera bangkit untuk pergi ke ruang tengah. Matanya sibuk mencari ke mana kira-kira wanita Bae itu pergi.

Hingga akhirnya, matanya menangkap sesuatu yang tergeletak di atas meja ruang tengah. Tangannya terjulur mengambil secarik kertas dengan tulisan tangan yang dimuat di sana. Isinya adalah,

Aku meminta Dohwan-ssi membawakan pakaian kerjamu. Bersiaplah. Kau bisa memakai kamar mandi di kamarku. Jangan mencariku. Langsung saja berangkat ke kantor.

Beralih dari kertas berisi pesan Joohyun di tangannya, Sehun menemukan sebuah paper bag yang tentu saja berisikan pakaian kerjanya dari Dohwan. Pria itu menghela nafas pelan seraya mengambil paper bag tersebut. Kaki panjangnya pun bergerak kembali masuk ke kamar Joohyun untuk menggunakan kamar mandinya sesuai dengan apa yang wanita itu tuliskan dalam pesan tadi.

Di tempat lain, masih dalam kawasan apartemennya, sang pemilik unit 294 yang meninggalkan pesan singkat di secarik kertas untuk Sehun itu tengah menikmati udara segar pagi ini sambil duduk tenang di area taman yang jauh dari gedung apartemennya.

Di pangkuannya terdapat sebuah kamera yang ia gunakan untuk memotret pemandangan sekitar beberapa saat lalu. Di sisi sebelah kanan kursi panjang yang ia duduki terdapat sebuah album foto berukuran sedang. Sengaja memang Arin membawanya. Namun hingga detik ini, wanita itu belum berniat menyentuh atau melihat isinya sama sekali.

Hal yang menjadi alasan utama mengenai keberadaan Joohyun di taman sepagi ini tentu karena kejadian semalam. Demi tuhan! Tidak terjadi apa-apa di antaranya dan Oh Sehun. Ia ha-hanya merasa cukup nyaman berada di pelukan pria itu, kalau boleh jujur. Tapi karena tidak ingin membuat atmosfer mereka yang memang belum terlalu dekat menjadi semakin canggung, maka pagi tadi-untung saja Sehun belum bangun-ia putuskan untuk pergi diam-diam dan menyiapkan semuanya. Mulai dari menghubungi Dohwan dan menjelaskan kalau Sehun ada di apartemennya karena menjenguknya kemudian memintanya membawakan pakaian kantor pria Oh tersebut.

Joohyun berharap semoga saja lelaki itu sudah pergi dari apartemennya saat ini dan tidak membahas soal semalam untuk menggodanya. Selama dirinya berada dalam pengawasan Sehun, Joohyun jadi tahu kalu lelaki Oh itu punya sifat menjengkelkan.

Harapan hanyalah harapan. Joohyun sedikit tersentak ketika merasakan ada sesuatu yang menyelimuti bagian belakang tubuhnya. Sesaat, ia menaruh perhatian pada selimut yang tersampir pada bahunya. Sebelum memutar tubuh lalu menemukan sosok Sehun berdiri tegap di belakang tempat duduknya.

"O-oh Sehun-ssi? Kenapa kau masih ada di sini?" Joohyun berupaya mengurangi rasa terkejutnya dengan mengendalikan raut wajahnya agar tampak normal.

"Memangnya ada aturan kalau aku tidak boleh ada di sini?" Sehun bertanya seraya menaikkan sebelah alisnya. Selepas itu, pandangan pria Oh itu tak luput dari memperhatikan seluruh tubuh Joohyun. Mulai dari wajah sampai ke ujung kakinya.

"Ada apa?" Joohyun keheranan, sudah pasti. "Tidak ada." Namun balasan Sehun tidak memberinya kejelasan berarti.

"Sebaiknya kau segera pergi ke kantor sebelum terlambat." Pesan Joohyun sedikit membenarkan letak selimut yang Sehun sampirkan. Pria Oh tersebut melirik jam di pergelangan tangannya. Benar, ini sudah lewat 15 menit dari jam masuk kantor. Namun, bukannya mengikuti saran Joohyun, ia justru bergerak ke arah bangku yang wanita Bae itu tempati. Lantas membawa tubuhnya untuk duduk di sebelah Joohyun.

Redamancy [HUNRENE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang