14 Oktober 2019
Kedua kakinya sedikit berlarian menaiki satu demi satu anak tangga. Ia kembali masuk ke dalam kamarnya setelah sebelumnya menyempatkan waktu sarapan di ruang tengah bersama dengan ibu dan ayahnya. Ia menarik laci di dalam lemari. Di dalam laci itu terdapat banyak perhiasan yang terlihat tidak terlalu mencolok. Salah satunya seperti seutas pita berwarna biru yang kemudian dipakai Herlina untuk mengikat rambut panjangnya.
Almamater dengan warna merah marun yang tadi dilepas di atas ranjang tempat tidur kemudian dikenakan untuk melengkapi atribut seragam sekolah. Tadinya sempat diambil dari dalam lemari pakaian bersamaan dengan dasi sekolah yang kini sudah terpasang pada kerah bajunya. Tidak lupa membawa topi. Itu semua wajib dipakai sebagai syarat untuk mengikuti upacara bendera.
Buku pelajaran dan alat tulis sudah dimasukkan ke dalam tas. Semuanya sudah disiapkan dari tadi malam. Tidak lupa juga membawa beberapa buku bacaan yang belum sempat diselesaikan. Juga smartphone yang dicabut dari kabel pengisian daya. Semuanya sudah siap. Ia akhirnya dapat kembali turun ke lantai bawah untuk berpamitan.
"Ibu, Ayah, aku berangkat." Sebelum berangkat ke sekolah, Herlina selalu menyempatkan diri mengecup tangan kedua orang tuanya untuk berpamitan. Kebiasaan itu selalu dilakukannya kemanapun dirinya pergi.
"Hati-hati di jalan." ucap si ibu sambil mengelus kepala anak perempuan semata wayangnya itu.
"Ibu sama Ayah juga hati-hati." balas Herlina tertuju pada ibu dan ayahnya yang akan berangkat ke kantor tempat kerja.
"Kamu beneran nggak mau diantar Ayah ke sekolah? Entar minta Bik Yeyen yang jemput." ujar ayahnya menawarkan.
"Nggak, Herlina mau bawa motor sendiri." jawabnya seraya mengambil sepatu dari rak kayu.
"Jangan lupa cek bensin, ingat Ibu sudah pakai motormu kemarin." tambah si ibu memperingatkan.
"Iya, Bu. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." jawab ibu dengan ayah bersamaan.
Herlina beranjak keluar dari dalam rumah lalu duduk di tepi teras untuk memasang sepatu yang tadi diambil dari rak kayu. Hari ini gadis itu memutuskan untuk memakai pantofel. Jenis sepatu yang selalu menjadi favoritnya ke sekolah. Warna hitamnya pekat dan mengkilap. Kemarin sempat disikat dengan semir sepatu. Bangun dari duduk ia segera beranjak mengambil sepeda motor miliknya dari dalam bagasi. Helm digunakan sebelum dirinya menduduki jok sepeda motor. Jarak rumah dengan sekolah memang tidak terlalu jauh, hanya kurang dari satu kilometer. Akan tetapi bagi gadis itu keselamatan dalam berkendara adalah sesuatu yang begitu penting dan harus diutamakan untuk mencapai tujuan. Mesin akhirnya dihidupkan dan sepeda motor akhirnya melaju.
Herlina adalah anak tunggal dari ibu dan ayahnya. Kedua orang tuanya terbilang berkecukupan. Rumah yang mereka huni terbilang cukup besar dengan lantai bertingkat dua dan halaman yang cukup luas. Berada di perbatasan komplek dan terletak di samping jalan. Kedua orang tuanya yang dulu dikenal biasa-biasa saja itu memang berusaha dari nol hingga akhirnya dapat dikatakan mapan seperti sekarang. Di samping itu, dari dulu hingga sekarang pasangan suami istri itu selalu disibukkan dengan pekerjaan dari kantor tempat kerja. Mereka berangkat dari pukul delapan pagi dan kembali lagi ke rumah hingga pukul enam sore. Bahkan pernah sesekali pulang hingga larut malam. Itupun libur dari pekerjaan hanya di hari minggu. Ketika ibu dan ayahnya berada di tempat kerja, Herlina biasanya ditemani oleh Bik Yeyen, si pembantu rumah tangga di rumahnya.
Seperti peringatan ibunya, di tengah perjalanan menuju sekolah, bar bensin yang terlihat pada meteran speedometer terlihat begitu rendah. Setelah berbelok dari perempatan, ia menemukan jauh beberapa meter di hadapannya terdapat sebuah pom bensin mini yang bertengger di samping sebuah bengkel. Herlina kemudian memutuskan untuk mengisi bahan bakar sepeda motornya di bengkel itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ify. (REMAKE)
Teen FictionPenghujung tahun 2019 menjadi awal mula cerita mereka dimulai. Ketika Alika belum lama menginjak bangku sekolah menengah atas. Sebuah buku berjudul How Reality ditemukan dari dalam sebuah kotak kayu yang tersimpan di sudut ruang kerja ayahnya. Namun...