19 Oktober 2019
Buku yang dipinjamkan Alika seperti memiliki kesan yang aneh ketika Herlina membacanya. Tidak heran kenapa pemiliknya begitu berbelit-belit ketika menjelaskan isi di dalamnya. Akan tetapi Herlina sudah berjanji untuk membantu menemukan sesuatu yang dicari Alika di dalamnya, sekalipun itu adalah sesuatu yang tidak pasti. Tinggal puluhan halaman lagi ia bisa membaca habis buku How Reality. Meskipun sebenarnya ini menjadi putaran kedua buku itu selesai dibacanya, tetap saja Herlina belum bisa menemukan sesuatu yang janggal. Apa yang bisa ditemukan dari isian buku itu hanyalah pertanyaan yang mengarah pada sesuatu yang tidak pasti. Memang aneh. Buku itu dilepasnya di atas meja. Sambil ditemani kue Cookies yang kemarin sore dibuat bersama Renita, dan coklat panas yang tadinya sempat diseduh dari dapur. Dingin. Setelah diteguk, isian cangkir itu sudah tidak bisa lagi disebut coklat panas.
Herlina jadi teringat. Cangkir berwarna putih pisang dengan gambar motif bebek bertopi kuning itu mempunyai kenangan tersendiri. Ia membeli cangkir itu bersama dengan dua sahabatnya dulu dua tahun yang lalu. Hani dan Lulu namanya. Sayangnya ketika lulus dari sekolah menengah pertama, Herlina harus berpisah dengan mereka. Hani dan Lulu memilih melanjutkan sekolah yang berada di pusat kota. Sekolah menengah atas yang pernah menjadi impian dan tujuan mereka bertiga semasa persiapan ujian. Namun pada akhirnya Herlina memutuskan untuk tetap tinggal dan bersekolah di daerah yang sama yang tidak terlalu jauh dari rumah. Kini mereka tidak pernah saling menyapa ataupun berbagi kabar. Itu karena ada pertikaian yang pernah terjadi di antara mereka.
"Nak. Kamu belum tidur?" ayahnya memanggil dari celah pintu yang sedikit terbuka.
Bruk! Herlina yang melamun sontak terkejut hingga siku tangannya menyenggol jatuh buku Alika. "Ayah?! Bikin aku kaget aja."
Hery namanya. Pria berkumis tipis itu akhirnya membuka lebar pintu kamar putrinya. "Maaf, Ayah lupa ketuk pintu. Cuman mau kabarin kalau Ayah sama Ibu dapat undangan. Rekan kerja ayah putranya menikah. Kamu ikut?"
"Acaranya kapan?"
"Besok pagi."
"Herlina lihat besok, Ayah. Semoga nggak ada kegiatan mendadak."
"Iya udah, Ayah tunggu sampai besok pagi. Jangan terjaga sampai larut!" pinta Hery sebelum kembali menutup pintu lalu menuruni tangga menuju lantai bawah.
Herlina sebenarnya sudah tahu, rekan kerja yang dimaksud ayahnya itu adalah ayah dari Lulu sahabatnya dulu. Setelah apa yang terjadi, Herlina belum siap untuk bertemu. Ia masih ragu. Apalagi setelah perkataan yang dulunya terpaksa terucap. Dan emosi yang meluap tak terkendali. Ia harus mencari alasan agar tidak bisa hadir. Sembari membungkukkan tubuh menggapai buku Alika. Ia tersadar akan sesuatu yang timbul menyala pada halaman di mana posisi buku itu terjatuh. Bertuliskan angka-angka yang ditaruh secara acak pada lembaran kertas yang menunjukkan halaman 156 dan 157. Anehnya lagi ketika buku itu diangkat Herlina, angka-angka yang tadinya menyala mulai memudar dan perlahan menghilang setelah berada di atas meja.
Karena sudah larut, penerangan utama di dalam kamar Herlina sudah tidak dinyalakan. Hanya ada lampu UV pembasmi nyamuk yang tinggal beberapa menit lagi akan mati secara otomatis. Tadinya buku milik Alika terjatuh tidak jauh dari tempat lampu bercahaya biru redup itu dinyalakan. Sementara di atas meja tempat Herlina membaca hanya bercahayakan lampu baca berwarna kuning hangat. Herlina mencoba mengalihkan buku itu pada posisi terkena lampu UV, angka-angka itu kembali muncul dan menyala. Sebaliknya jika mengenai cahaya dari lampu meja, angka-angka itu akan kembali menghilang. Menyadari temuannya itu, Herlina segera mengambil smartphone di dekatnya lalu dipotret untuk dikirimkan kepada Alika.
***
20 Oktober 2019
Buku milik Alika dibawakan dengan tote bag kecil yang biasa dipakai untuk membawa buku-buku ke sekolah. Herlina sudah berdiri di depan rumah Alika. Tadinya ia pernah bilang akan kemari sekitar jam 10 pagi. Karena tujuannya kemari, Herlina jadi yakin untuk membatalkan kehadirannya pada acara yang akan didatangi ayah dan ibunya. Tentu saja Herlina tahu di mana rumah Alika berada. Jalanan komplek tempatnya berdiri kini pernah menjadi rute utama pulang dan pergi dari sekolah menengah pertama. Sesekali dirinya melirik ke rumah itu dulu. Gerbang kecil rumah Alika hanya sedikit terbuka. Kemungkinan besar penghuninya berada di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ify. (REMAKE)
Novela JuvenilPenghujung tahun 2019 menjadi awal mula cerita mereka dimulai. Ketika Alika belum lama menginjak bangku sekolah menengah atas. Sebuah buku berjudul How Reality ditemukan dari dalam sebuah kotak kayu yang tersimpan di sudut ruang kerja ayahnya. Namun...