1. Aku mengenalmu

75 6 0
                                    

07 Oktober 2019

"Pernah dengar? Ada cerita kalau di daerah kita ini ada mata air yang bisa mengabulkan permintaan."

"Eh? Emang sesuatu kayak gitu beneran ada?"

"Entah? Aku dengar dari cerita nenekku. Katanya kalau salah dalam menggunakannya, kita bisa terbawa hilang ke tempat yang tidak pernah diketahui keberadaannya."

"Nggak ah, mending tetap di sini aja. Enak tinggal minta kamu traktir, aku bisa dapat bakso gratis."

"Dih! Aku nggak mau usaha ibuku jadi rugi karena kamu."

Koridor terdengar begitu diramaikan oleh kerumunan siswa-siswi yang baru selesai dari pelaksanaan upacara bendera. Di dalam kelas 10 IPA 2 baru dimasuki oleh beberapa siswa termasuk Alika. Dirinya yang merupakan anggota osis seharusnya sudah berada di ruang tepi barat untuk menghadiri rapat persiapan acara ulang tahun sekolah yang akan datang. Alasan Alika bisa berada di dalam ruang kelas dikarenakan dirinya kebetulan sedang mencari temannya Adistio yang lepas dari upacara entah pergi ke mana.

Bruk! Sebuah buku terbawa keluar hingga akhirnya terjatuh disaat Alika ingin mengeluarkan dua buku lain yang ingin diambilnya. Ia terdiam meratapi bukunya yang terjatuh. Terlihat judul pada sampul berwarna biru tua How Reality dengan nama penulis Steven Van Helion. Buku itu merupakan salah satu dari sekian banyaknya buku yang ditemukan Alika di ruang kerja peninggalan ayahnya. Dengan cepat ia tertunduk mengambil buku itu lalu menaruhnya di atas meja, menumpuk dua buku lain yang tadi diambilnya.

"Alika!" panggil seseorang yang terdengar datang berlarian menuju pintu kelas. Orang yang dicari akhirnya muncul dengan sendirinya. Adistio bergegas masuk menghampiri dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Dari tadi aku cariin ternyata kamu udah di dalam kelas?" raut wajah Adistio yang berkeringat terlihat ngos-ngosan."Heh? Tapi bukannya pas selesai upacara tadi kamunya yang hilang duluan? Aku juga ke sini buat mastiin kamu ada di kelas." saut Alika terheran-heran sembari berusaha memberikan alasan.

"Lupakan saja! Kamu nggak ingat sekarang ada rapat osis? Tadi aku ketemu ketua osis pas masuk ke toilet dekat ruang Wakasek. Dia minta tolong buat ambil perkakas dari ruang UKS." nada bicara Adistio terdengar terburu-buru ketika menjelaskan.

"Emangnya perkakas apaan?"

"Entah, mungkin buat persiapan rapat acara hari ulang tahun sekolah. Dia tadi cuman bilang kalau perkakasnya harus dibawa berdua."

"Berarti perkakasnya banyak, ya. Kalau begitu aku balikin bukunya ke perpus entar pas udah jam istirahat." Mau tidak mau Alika harus membatalkan rencana, memasukkan kembali buku-buku yang tadi sempat dikeluarkan.

"Ya udah. Yuk, cepetan! Entar rapatnya keburu dimulai." Adistio langsung berbalik pergi meninggalkan Alika begitu saja.

"Hey, tunggu!"

Minggu kedua di bulan Oktober menjadi cukup antusias. Warga sekolah tengah disibukkan dengan persiapan mereka dalam menyambut acara peringatan ulang sekolah yang akan digelar pada penghujung bulan Oktober. Hari itu dibuat penuh dengan jam kosong. Itu karena kepala sekolah dengan jajaran guru pengajar sedang mengadakan rapat khusus akademik dan program baru berupa Zero Waste yang akan diterapkan di sekolah itu. Mungkin juga sedikit membahas tentang acara ulang tahun sekolah yang akan datang. Karena selebihnya yang mengurus perihal acara sekolah ialah mereka, para anggota osis yang juga akan mengadakan rapat untuk membahasnya.

Setiap tahunnya sekolah itu pasti selalu dapat merayakan hari jadinya dengan begitu meriah. Kemeriahan itu tidak luput dari kekompakan warga sekolah yang selalu antusias dalam menyambutnya. Baik siswa-siswi maupun para guru pengajar, mereka semua akan melakukan persiapan sedemikian mungkin guna menunjukkan penampilan terbaik dalam memeriahkan acara. Bahkan saking semangatnya, beberapa siswa ada yang sampai menginap di sekolah hanya untuk mendekor ruang kelas. Hal nekat seperti itu tetap mereka lakukan meskipun sudah berulang kali diberi peringatan oleh pihak sekolah.

ify. (REMAKE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang