Aku terperanjak, ternyata ini obat penenang depresi!
Sejak kapan Aisyah meminum obat ini?
Apakah ia benar-benar depresi?
Pantas saja belakangan ini kelakuannya aneh.
'Rasakan kau punya istri gila!'
'Ini semua salahmu, kamu yang sudah membuatnya menjadi gila!
'Dasar suami dzolim!'
Cacian itu terus saja terngiang ditelingaku. Mengapa selalu suami yang disalahkan karena ulah sang istri?
Dia yang menyiksa dirinya sendiri, bukan salahku. Salahnya sendiri mengapa tak patuh kepada suami.
Telfon kembali berdering. Memecah semua lamunanku. Ternyata itu telfon dari Bapaknya Aisyah, mertuaku. Mau apa beliau menelfonku malam-malam. Tumben sekali.
"Hallo, Assalamualaikum Nak Akmal. Lagi dimana? Bapak sudah di depan rumahmu nih. Kok sepi ya? Kalian semua pergi kemana?"
Ya Allah, masalah yang satu belum selesai, kini ada masalah baru lagi. Mertuaku datang dari kampung secara tiba-tiba tanpa memberi kabar terlebih dahulu kepadaku.
Apa yang harus kukatakan jika Bapak menanyai Aisyah? Bapak pasti marah besar jika tau anaknya kabur dari rumah dan aku pasti dicap sebagai suami yang tak becus menjaga istri.
"Eh, Waalaikum salam Pak. Hmmm, iya ini Akmal sedang di luar. Sebentar lagi pulang. Tunggu ya Pak. Duduk santai saja dulu di teras rumah," ucapku agak sedikit gugup.
Aisyah, kamu dimana sayang? Apa yang harus aku katakan kepada Bapakmu nanti?
"Iya cepat pulang ya, Bapak tak sabar ingin menggendong cucu Bapak. Entah mengapa tiba-tiba rindu sekali dengan kalian,"
Deg! Firasat orang tua memang tidak pernah salah ya. Tau saja kalau anaknya sedang tidak baik-baik saja.
"I,iya Pak. Ini Akmal sedang di jalan pulang,"
"Ok, hati-hati di jalan Nak. Pelan-pelan saja bawa mobilnya. Alon-alon asal klakon,"
"Iya Pak. Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam,"
Selesai obrolan dengan Bapak, aku semakin tambah kalut. Kuhembaskan ponselku ke belakang jok mobil untuk meluapkan kekesalanku dan kubenturkan beberapa kali keningku pada setir mobil.
Kutenangkan diri dengan menarik nafas panjang. Setelah merasa lega barulah aku melajukan mobil untuk segera pulang kerumah.
-
-
-
Sesampainya di rumah. Bapak terlihat bingung mengetahui aku pulang sendiri tanpa anak dan istri.
Bapak seperti mencari-cari sambil menajamkan pengelihatannya kearah sekeliling mobil.
"Loh, kamu sendiri? Mana Istri dan Anakmu?" tanya Bapak heran.
"Eh, itu Pak, hmmm ... anu ... "
"Ada apa sebenarnya? Pasti ada yang tak beres! Jawab!" Bapak menginggikan suaranya.
"A, Aisyah ... hmm .. Aisyah sedang pergi berlibur Pak bersama anak-anak,"
Aku tak berani berkata jujur, bisa-bisa aku di pukuli Bapak.
"Yang benar kamu? Pergi berlibur sama siapa? Mengapa kamu tak ikut? Apa tak repot pergi berlibur tanpa suami? Sedangkan anak kalian masih kecil-kecil,"
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU BUKAN MESIN PENCETAK ANAK
RomansaSaat istri dituntut agar bisa menghasilkan anak dalam jarak dekat. Namun, suami tak memikirkan perasaan istri. Jangan paksa istri agar tetap selalu waras. Jika istri sudah mulai bertindak, kelar sudah hidup para suami egois, yang tak pernah peka per...