Chapter 3

1.2K 85 0
                                    

"Gawat! Aku tidak bisa menemukan Shiho di mana-mana!" kata Masumi.

Hari itu Haibara sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Mary dan Masumi sudah siap memboyongnya ke bandara untuk terbang ke Inggris. Namun Haibara ternyata tidak ada di kamarnya.

"Ayo kita cari!" kata Jodie Sensei.

Mereka semua akhirnya mencari ke seluruh penjuru rumah sakit. Akai, Jodie, Masumi, Mary, Shinichi, Ran, Yusaku, Yukiko, Profesor Agasa dan Detektif Cilik. Mereka semua datang ke rumah sakit bermaksud untuk melepas kepergian Haibara. Tapi sekarang malah diajak bermain kucing-kucingan.

Tak berapa lama kemudian, akhirnya mereka menemukan Haibara di teras atas rumah sakit. Anak itu sedang duduk bersembunyi di pojokan toren sambil memeluk boneka lumba-lumbanya.

"Ai-Chan..." Masumi berusaha membujuknya, "Ayo kita pulang,"

Haibara menggeleng, "Tidak mau,"

"Eh? Kenapa?" tanya Masumi.

"Aku tidak kenal kalian,"

"Aku kakak sepupumu dan Mary bibimu,"

"Pokoknya tidak mau!" seru Haibara dengan suara bergetar menahan tangis.

"Biar aku coba," kata Shinichi seraya menepuk pundak Masumi.

"Eh," Masumi mengangguk mempersilakan.

Shinichi berlutut beberapa meter di hadapan Haibara, "Ai-Chan... Ayo..." ajaknya.

Haibara membuang muka.

Shinichi mengerjap, "Kau sepertinya marah... kenapa?"

"Nii-Chan bohong!" isak Haibara.

"Nani?"

"Nii-Chan bilang akan mengajakku ke Osaka untuk makan Okonomiyaki..."

Shinichi tertegun.

"Nii-Chan bilang mau bacakan Sherlock Holmes untukku..."

Shinichi tampak sedih.

"Nanti siapa yang akan kasih Ai permen lagi..."

"Ai-Chan..."

"Ai tidak mau ke Inggris," Haibara sesenggukan.

Mereka semua tertegun, Ran juga tak sanggup membendung airmatanya.

"Tidak bisakah...Ai ikut Nii-Chan saja... Ai janji tidak akan nakal... Ai janji tidak akan susah makan..." Haibara sesenggukan semakin hebat.

Mata Shinichi bergetar membendung airmata. Jauh di dalam lubuk hatinya, ia juga tidak ingin Haibara pergi ke Inggris. Sejak dulu ia telah berjanji pada dirinya sendiri untuk melindungi Haibara sampai akhir. Ia sudah terbiasa menjalankan janji itu.

"Eh," kata Shinichi dengan tenggorokan tercekat, "Ai boleh ikut nii-chan..."

"Benar?"

"Ya,"

"Nii-Chan tidak bohong?"

"Tentu saja tidak. Nanti kita akan baca Sherlock Holmes dan makan okonomiyaki bersama-sama, oke?"

"Selamanya?"

Shinichi tersenyum, "Selamanya," ujarnya seraya mengulurkan tangannya.

Lambat-lambat Haibara bangun dan menyambut uluran tangan itu.

"Jangan nangis lagi, nanti kau tidak imut," kata Shinichi seraya menghapus airmata di wajah Haibara.

"Ai tidak mau ke Inggris..." Haibara melingkarkan lengan mungilnya ke leher Shinichi.

"Iya iya... kita pulang ke Beika ya..." Shinichi memeluknya seraya menepuk-nepuk pelan punggungnya, "kita pulang bersama... Nii-Chan tidak akan pernah meninggalkanmu Ai-Chan... Tidak akan pernah..." ia mengucapkan hal itu lebih untuk dirinya sendiri.

Semua yang melihat adegan itu berlinangan airmata.

Shinichi akhirnya menggendong Haibara dan membawanya pergi.

"Mary-San," Yukiko beralih pada Mary.

"Gomene Yukiko-San..."

"Tidak apa-apa. Biarkan Ai-Chan tinggal bersama kami. Kami akan mengadopsinya menjadi putri kami," kata Yukiko.

"Maaf merepotkanmu Yukiko-San,"

Yukiko menggeleng, "Sama sekali tidak. Selama ini aku sudah menganggap Ai-Chan putriku sendiri. Lagipula kau lihat sendiri, dia begitu terikat pada Shinichi,"

"Benar," Yusaku menimpali, "Lagipula tetap berada di sini juga lebih bagus untuknya. Bersama teman-teman yang menyayanginya," ia memandang para Detektif Cilik.

Mary menangguk, "Baiklah kalau begitu. Demi kebaikan Shiho,"

"Tenang saja Mary-San. Kami akan menjaganya baik-baik," janji Yukiko.

***

Haibara terpaku di depan gerbang SD Teitan. Hari ini, untuk pertama kalinya ia kembali ke sekolah. Ia merasa sedikit gugup karena ia tidak ingat dengan para guru dan teman-temannya. Ia merasa sendirian.

"Kenapa Ai?" tanya Shinichi seraya berjongkok menatapnya.

"Anoo..." Haibara merasa tak sanggup berkata-kata.

Namun Shinichi mengerti, ia meraih tangan Ai dan meletakkan sebuah lencana detektif di telapak tangan mungilnya. Lencana yang lama sudah hancur, Profesor Agasa membuatkan yang baru lagi untuknya.

"Lencana detektif?" Ai melihat lencana itu.

"Dengan begitu kita akan selalu terhubung. Selama Ai membawa itu, nii-chan akan selalu tahu di manapun Ai berada,"

"Benarkah?"

"Eh," Shinichi mengangguk kemudian mengusap kepalanya, "Jangan takut, teman-teman dan guru semuanya baik. Kalau Ai perlu sesuatu, katakan saja pada mereka. Oke?"

"Uhm," Ai mengangguk.

"Ai-Chan!" Ayumi memanggil seraya melambai menghampiri. Di belakangnya ada Genta dan Mitsuhiko mengikuti.

"Konichiwa Shinichi nii-chan," sapa Mitsuhiko.

"Konichiwa," Shinichi menyapa balik.

"Akhirnya kau masuk sekolah lagi Ai-Chan," kata Ayumi senang.

"E-Eh..." Haibara mengangguk.

"Kalian tolong bantu Ai ya, dia masih bingung," pinta Shinichi.

"Uhm, pasti," Ayumi mengangguk bersemangat.

"Nii-chan akan jemput lagi pulang sekolah nanti," Shinichi memberitahu Haibara.

"Uhm," Haibara mengangguk lagi.

"Ayo Ai-Chan," ajak Ayumi seraya menggandeng tangannya.

Shinichi memandang anak-anak itu hingga masuk ke gedung sekolah. Ia cukup resah karena Haibara Ai harus mengulang hidupnya dari awal dengan ingatan yang hilang. Shinichi tak tahu apakah kehilangan jati dirinya juga membuat kemampuan intelektualnya hilang. Ia harus terus memantau perkembangannya. Ia akan berusaha semaksimal mungkin agar Haibara dapat hidup normal lagi.

You Are My WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang