23.

749 55 29
                                    

Hai hai holaaa gaes

Aku come back dengan membawa sejuta ke anuan 😌

Oke.

Btw, ini Keesha Lovers dari kota mana aja sih? Absen yuk sebelum baca! 😄

Udah absen?🤧

Yuk langsung baca! 🍉

****

"Selamat Tinggal."

*

Waktu terus berjalan cepat. Untaian-untaian doa tak pernah berhenti mereka rapalkan untuk keselamatan gadis itu.

"Gimana kondisi Keesha?" tanya wanita tua bernama Agatha.

"Keesha sepertinya kritis."

Seketika dada wanita tua itu sesak. Seperti ratusan jarum yang menusuk dalam jantungnya dalam waktu bersamaan saat jawaban Delia sampai di telinganya. Bukan hanya Agatha, Marcello dan Shuwan pun turut lemas.

"Oma, tenang dulu. Kita doakan Keesha ya," ucap Clarinta seraya memeluk Agatha dan mengajaknya duduk di samping Lerrie yang tak henti-hentinya menangis sambil berdoa dalam hati.

"Ya Allah ... Apa yang terjadi dengan kedua cucuku? Kenapa mereka tertimpa musibah secara bersamaan?" batin Agatha.

Sementara di dalam ruangan, tampak jelas Dokter itu sedang memeriksa Keesha.

"Apa itu, Dok?" tanya Akselia saat netranya menangkap Erik — dokter itu—sedang menyedot cairan dari vial.

"Antibiotik," jawab Dokter itu singkat lalu menusukkan jarum suntik itu ke botol infus Keesha.

Antibiotik adalah kelompok obat yang digunakan untuk mengatasi dan mencegah infeksi bakteri. Obat ini bekerja dengan cara membunuh dan menghentikan bakteri berkembang biak di dalam tubuh.

"Dok, detak jantung pasien semakin menurun, Dok!" ujar Vana —Perawat itu — setelah melihat angka yang tertera pada layar monitor.

"Siapkan defribrilator," perintah Erik.

"Baik, Dok."

Akselia mencengkeram kerah kemeja Erik dengan kencang. "Adik saya harus selamat! Jika tidak, kalian akan mati di tangan saya," ancam Akselia.

"B-baik, Nona. S-saya akan lakukan itu."

"Cepat!" Akselia menghempaskan tubuh Pria berusia tiga puluh tahun itu dengan kasar. Irisnya menajam, mengikuti pergerakan Dokter itu.

Dengan segera, lelaki itu pun memberikan pacuan jantung untuk Keesha. Beberapa kali defribrilator telah menyentuh dada Keesha, hingga bunyi layar monitor menghentikan aksi mereka.

Tiiiiiiitttt

Garis yang tadinya bergelombang kini telah berganti lurus. Angka yang diharapkan naik, kini menurun dan menjadi nol. Seketika, Erik dan Vana pun merasa gemetar dan takut akan sesuatu yang akan menimpa mereka setelah ini.

"Keesha." Akselia mendekati tubuh Keesha. Memeriksa napas dan detak jantung gadis itu. Namun, nihil. Napas Keesha sudah tak berembus lagi, jantungnya sudah berhenti berdegup, suhu tubuhnya menjadi dingin dan kaku. Seketika wajah gadis itu pun pucat pasi. "Enggak mungkin!"

"M-maaf."

Akselia memandang dua manusia di hadapannya itu dengan tatapan nyalang, seperti singa yang ingin menerkam mangsanya. Sebelum melangkah mendekati mereka, Akselia menutupi seluruh tubuh Keesha dengan selimut dari ujung kaki hingga ujung kepala.

KEESHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang