Keesha bantu promosi lagi.

1.7K 55 14
                                    

Hay guys!!

Dah lama banget aku gak nyapa kalian, aku dah kangen banget sama kalian, kalian kangen gak sama aku? #ngarep

Oke aku langsung to the point aja ya! Aku mau promosiin karya baru aku judulnya "RAVEDIO it's me"

Cerita ini hanya akan bertahan kurang lebih 2 bulan saja. Karna jujur, cerita ini aku ikutkan event atau lomba. Jadi aku mohon dukungan kalian melalui kalian vote dan komentar di cerita ini. Oh ya, cerita ini beda dari cerita-cerita aku yang lain ya, dan juga baru pertama kali ini aku bikin cerita bergenre sadstory dan romance.

Bagi yang keppo ini dia cuplikannya.

Hai, namaku KIM RAVEDIO ANGGARA DIGJAYA, atau yang biasa teman-temanku panggil "Dio si bocah aneh" bukan hanya teman-temanku aja sih yang panggil aku dengan sebutan itu, tapi kedua saudara kembarku dan seluruh keluargaku termasuk orang tuaku menga...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai, namaku KIM RAVEDIO ANGGARA DIGJAYA, atau yang biasa teman-temanku panggil "Dio si bocah aneh" bukan hanya teman-temanku aja sih yang panggil aku dengan sebutan itu, tapi kedua saudara kembarku dan seluruh keluargaku termasuk orang tuaku menganggapku aneh. Entah mengapa? mungkin karena kanvas ini? Kanvas yang menurutku aneh, yang membuat ku gak bisa jauh dari nya sedetikpun. Walaupun karena benda inilah semua orang jadi sangat membenciku.

"Hey! Baru pulang kamu? " Ini adalah mamahku, namanya REYNA KAILI ARORA. Beliau adalah seorang psikolog ternama di kota ini. Dulu, mamahku pernah mengobatiku dengan cara terapi. Mulai dari terapi dengan cara mamahku sendiri hingga mamah membawaku ke beberapa psikolog lainnya. Namun semua usahanya gagal. Aku tetap saja tidak bisa jauh dari alat lukis ini. Akhirnya, mamahku pun menyerah dan beralih membenciku.

📚📚📚

"Ngapain kamu di sini? Pergi sana! Kalo perlu pergi dari dunia ini sekalian!" Nah, kalo ini Papahku. KIM GAMALIO ANGGARA DIGJAYA. Beliau ini salah seorang terkemuka di kota ini. Bukan hanya seorang artis, tapi beliau juga direktur utama di beberapa perusahaan besar milik kakekku. Ya, papahku ini tidak berbeda jauh dari mamahku. Sama-sama sangat membenciku.

📚📚📚

DUAKK

BRUKK

"Akhhh...," erangku ketika benda bulat itu mendarat tepat di kepalaku, hingga aku terjatuh dan tersungkur di pinggir
lapangan.

"HAHAHAHA... MAMPUS LO! ENAKKAN KENA BOLA DI KEPALA? " teriak seorang remaja laki-laki yang tak lain adalah saudara kembarku. KIM RAKANTA ANGGARA DIGJAYA. Dia adalah seorang atlit basket nasional di negara ini. Ah, sial! Kenapa aku bisa lupa kalo dia hari ini sedang ada jadwal latihan basket di lapangan ini?

"Rak, kasian tuh adek lo! Bantuin gih!" Ini Bang Kevan. Dia adalah sahabat kak Raka yang paling peduli padaku.

"Ogah! Males banget! Mending gue main lagi! " ucap Kak Raka seraya mengambil bolanya dan kembali ke lapangan. Tanpa memperdulikanku.

"Tega banget lu sama adek lu sendiri!" sarkas Bang Kevan.

"Bodo amat! Kalo lo mau bantu anak aneh itu lo bantu aja sendiri! " ketus Kak Raka.

Bang Kevan pun berjalan ke arahku.

"Sini gue bantuin." Bang Kevan membantuku mengemasi barangku yang berjatuhan.

"Makasih ya Bang." ucapku.

Lalu, mereka pun melanjutkan latihannya lagi. Sedangkan aku melanjutkan langkahku untuk mencari tempat yang nyaman untuk menyalurkan hobiku yaitu melukis.

📚📚📚

Shiiitttt

Suara mobil berhenti mendadak

"Sial! Ngapain lo halangi jalan gue hah! MINGGIR! " umpat seorang pemuda yang baru saja keluar dari mobil itu. Aku kenal dia. Dia adalah KIM RAYHAN ANGGARA DIGJAYA. Sama halnya dengan kak Raka, kak Rayhan ini juga saudara kembarku. Kenapa aku panggil mereka 'kakak'? Ya walaupun mereka saudara kembarku tapi mereka berusia lebih tua dariku. Mereka terlahir selang beberapa menit sebelum aku lahir.

Oh iya, Kak Rayhan ini adalah seorang CEO di salah satu perusahaan besar milik kakekku. Sejak usia 7 tahun kak Rayhan telah di didik oleh papahku untuk berbisnis. Cita-cita Kedua kakakku sangat di dukung oleh keluarga besarku. Berbeda denganku, yang harus mati-matian melawan takdir dalam melanjutkan mimpiku yang hanya sekedar ingin menggoreskan warna di sebuah kanvas kehidupan untuk diriku yang tak pernah mendapatkan dukungan dari orang tuaku. Entah mengapa? Apakah aku tidak di inginkan untuk lahir di dunia ini? Atau aku tidak di izinkan hanya untuk sekedar menikmati indahnya sebuah kedamaian dalam tali kehidupan? Bisakah aku menemukan arti sebuah kedamaian?

KEESHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang