Kos-kosan sempit itu dihuni seorang cewek SMA yang sekarang asik rebahan di kasur lantai sambil baca novel hasil jarahan. Sebagai pecinta novel, Utara rela berkelahi sama teman sekelas hanya untuk meminjam novel berjudul Love for Arunika. Cewek SMA angkatan tiga yang memang udah dikenal sebagai siswi bengal itu tak tanggung-tanggung merebut paksa barang orang lain. Emang gak tau diri, udah miskin nyolot lagi.
"Oh jadi ini si Kennanta aslinya tunangan Kinar toh tapi diselingkuhin si Ken sama Arunika, hmm iya oke gue paham" Utara menggaruk keteknya melalui sobekan kecil di jahitan kaos lusuhnya.
"Tenggara ini antagonis cowoknya? Kenapa gak colab sama Kinar aja, biar lebih gampang gitu misahin Ken sama Runi. Goblok bener" kali ini Utara menunggingkan bokongnya, siap-siap menyemprotkan gas beracun.
"Weh adek si Ken namanya sama kek gue, tapi sayang si doi mati gara-gara jadi korban salah sasarannya Tenggara."
Utara terus membaca sampa halaman terakhir, dimana Tenggara yang dipenjara karena terbukti menjadi tersangka pembunuhan Utara Amanda Prahespati dan Kinar yang hidupnya hancur setelah jadi korban pemerkosaan. Endingnya, Kennan dan Arunika bertunangan saat lulus sekolah dan menikah beberapa tahun kemudian. Benar-benar ending yang diharapkan pembaca.
"TAMAT. Saatnya tuan putri tidur"
Tepat saat jam menunjukkan pukul 1 dini hari, Utara menarik seprai yang disalahfungsikan menjadi selimut sampai batas lehernya, lalu bersiap menjelajahi alam mimpi.
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
Tepat pukul 5 lebih 45 menit, alarm berbunyi dengan nyaring, mengusik Utara yang asik tidur. Karena kesal, Utara meraba nakas, melempar kasar jam beker biru sampai hancur. Lalu bersiap tidur lagi sambil merangkul guling.
Eh, guling? Gue kan gak punya guling!
Pikiran Utara terlanjur berspekulasi yang tidak-tidak, takut kalau yang di rangkulnya itu adalah sosok tinggi di balut kain kafan lusuh, bermuka hancur penuh belatung dengan mata melotot kearahnya. Kepalang takut, Utara tak tanggung-tanggung menendang gumpalan panjang itu sampai hampir jatuh dari ranjang.
Matanya sedikit mengintip, lalu bernafas lega karena pikiran-pikiran itu tidak benar. Melentangkan badannya, atensinya terpaku pada plafon putih dan jejeran burung origami yang digantung.
Sejak kapan atap kos gue dikasih plafon sama burung gelantungan kek begitu?
Matanya bergulir menatap sekitar, lalu melotot. Sejak kapan kos-kosan sempitnya jadi luas dan mewah? Darimana asalnya perabotan-perabotan mahal ini? Dirinya gak mungkin diculikkan?
"Keknya gue bener-bener diculik deh. Sialan bener tuh penculik" Utara menyentuh vas bunga yang ada di nakas
"Ini pasti mahal, kalo dijual berapa duit ya? Jiwa kriminalku meronta ronta"
Langsung saja, Utara grasak grusuk nyari plastik atau benda apalah yang bisa digunakan buat nampung benda-benda bernilai jual mahal di ruangan itu.
"Nah, ini dia"
Utara menutup pintu lemari tidak selow lalu mulai memasukkan semua jam tangan mewah di laci ke kresek kecil di tangannya. Vas bunga, bingkai foto, pernak pernik, jepit rambut bahkan jam beker rusak tak luput jadi sasaran Utara.
Cklek
Pintu dibuka dari luar, Utara panik bukan main, segera dia berguling ke bawah ranjang tapi sia-sia karena wanita paruh baya itu segera meminting lengannya.
"Kenapa Non belum siap? Ini udah jam 6" wanita itu mengomel sambil berkacak pinggang.
"Hah?" Utara melongo
"Hah apa?! Ayo siap-siap, Non itu kalo dandan lama"
Apasih emak-emak satu ini? Siap-siap kemana coba? Di jual ke luar negeri? Jelas Utara ogah
"Anda siapa?" Tanya Utara memasang muka cengo
"Non gak kenal saya? Non pura-pura amnesia atau gimana? Jangan drama deh Non, udah ayo buruan mandi terus sekolah"
What?! Sekolah?! Ini hari Minggu, ngapain harus sekolah, mau di rodi bersihin seluruh gedung? Enak aja.
"Saya, gak sekolah"
"Apa-apaan itu? Non mau bolos? Gak kasian sama Den Kennan yang udah nungguin dari tadi"
Wanita itu mendorong punggung Utara yang linglung sampai kedepan pintu kamar mandi. Siapa gerangan si Kennan Kennan itu? Utara sama sekali gak kenal. Namanya terdengar familiar tapi sekeras apapun Utara mengingat, yang terlintas cuma Kennan si tokoh fiktif di novel yang dia baca semalam.
"Non kenapa bengong, ayo mandi!" Wanita itu melotot galak
Utara susah payah menelan salivanya, "i-iya, ini juga mau mandi kok" buru-buru dia masuk dan menutup pintu kamar mandi. Ngeri euy tatapannya.
"Ini gue dimana sih? Kennan itu si--AAARRGGHH"
Utara meremas kuat rambutnya, mencoba menghalau rasa sakit yang tiba-tiba menerjang kepalanya. Ingatan-ingatan asing yang bukan miliknya terputar bagai film. Utara bersandar ke dinding kamar mandi, sakit di kepala bukan main rasanya, ini lebih sakit dari pada sakitnya di keroyok kelas sebelah.
"Sial. Bisa-bisanya gue transmigrasi ke tubuh Utara Amanda Prahespati si umpan meriam"
KAMU SEDANG MEMBACA
Build a Happy Ending
FantasySaat membuka mata, bukan genteng bocor yang yang dilihatnya tapi malah plafon putih penuh burung origami yang terpampang. Jelas Utara panik bukan main, kos-kosan sempit yang ditinggalinya selama 3 tahun berganti jadi ruangan luas penuh perabotan mah...