Taman belakang sekolah memang paling cocok jadi tempat ngadem. Apalagi sama pasangan beuh pasti suasana romantisnya dapet. Tanah lapang yang lumayan luas ditumbuhi rumput hijau yang gak terlalu tinggi di tambah angin semilir yang benar-benar bikin Utara pengen maling karpet buat tiduran di bawah pohon.
"Adem banget disini, anjay, gak ada hawa-hawa negatif yang selalu ngintilin si Jamal anak gedung sebelah."
Utara duduk di kursi taman di bawah pohon, membuka bekal yang dari tadi dia tenteng. Di giniin tuh rasanya, Utara kek aneh gitu, dia gak pernah bawa bekal sedari orok. Bukannya gak mau, tapi gaada yang bisa dibawa buat bekal. Si doi kismin bro, makan nasi bungkus aja dibagi buat siang sama malam. Paginya bisa malakin ade kelas.
"Woah, nasi goreng siput. Gila sih mevah kali, dulu ikan asin aja udah berasa makanan ter wah yang gue makan. Orang kaya mah gini"
Nasi goreng seafood menjadi menu makan siang Utara hari ini. Meskipun pelafalan Utara salah, tapi cewek itu tau kok nama nama makanan mahal yang dulu hanya bisa di tatap atau dihaluin sama dia.
"Surga duniaaa~ kalo kayak gini terus mah, makin gak mau gue nganggurin uang bonyoknya Utara, ugh jadi gak sabar buat poya-poya. Sewa gigolo kualitas A+ juga bisa keknya, mayan bisa disuruh pijitin kaki awokawok" ucap Utara mulai ngawur
Cewek itu makin ngeracau gak jelas sambil terus menyuap mulutnya pakai nasi goreng. Bau rokok yang tiba-tiba muncul entah dari mana bahkan gak di gubris Utara.
Dia gak merasa terganggu sama sekali, toh dia udah terbiasa sama bau yang satu ini, sebelum pindah ke tubuh ini, Utara itu cewek urakan meskipun gak termasuk bad girl. Tapi untuk coba-coba merokok, Utara lumayan sering, meskipun belinya ketengan di Indoapril. Itupun patungan sama Jamal yang katanya musuh abadi tapi klop kalau udah menyangkut persoalan baku hantam dan bikin masalah.
Utara masih santai-santai aja sambil menutup kotak bekal yang udah bersih, kinclong tak tersisa sebiji nasi pun. Di ambilnya susu kotak caramel lalu disedotnya sedikit demi sedikit, menghayati nikmat hidup gitu. Iya selama itu Utara masih santuy sebelum sebuah ranting tiba-tiba saja jatuh dan mengenai ubun-ubun cewek itu.
"WOI! Apa ini?! Mengganggu ketentraman hidup orang aja. Gue patahin juga lo!" Utara memungut ranting itu lalu mematahkannya dengan bruntal.
"Mampus lo ranting sialan. Hah! Kesel gue, mana rada sakit nih ubun-ubun"
Menyentuh puncak kepalanya, Utara dibuat sedikit meringis. Sepertinya, bagian tajam ranting itu sedikit menggores kulit kepala Utara.
GEDEBUK
Suara itu membuat Utara menolehkan kepalanya. Dan terpampanglah sosok ganteng dengan tubuh tegap yang baru saja turun dari atas pohon. Cowok itu membuang putung rokoknya lalu menginjak asal hingga rokok benar-benar mati. Dengan langkah panjang, cowok itu mendekati Utara yang sekarang tremor parah.
Gimana gak gemeter ketakutan bro, cowok yang lagi senyum miring didepannya ini tuh Tenggara loh! Tenggara WOI! Iya Tenggara Agastya Adipati, si antagonis cowok yang bakal matiin Utara secara gak sengaja. Keren gak tuh.
"Tenyata si bangsat Ken punya adek modelan kek elo ya? Stress gini?"
Rasa takut menguap gitu saja saat dilihatnya Tenggara yang masang wajah songong. Apalagi senyum miringnya itu! Hih Utara pengen banget rasanya garuk gigi cowok itu.
"Apa mau mu wahay titisan jelangkung? Jangan lah kau ganggu aku!" Utara berkacak pinggang dengan mata melotot.
Tatapan Tenggara menggelap, membuat nyali Utara tiba-tiba melempem macam kerupuk kecelup air. Jelas cowok itu marah, siapa coba yang mau disamain sama setan lokal berkepala batok itu?
"Jaga mulut lo sebelum gue getok pake tang." Ancam Tenggara
Utara menyedot rakus susu caramelnya, upaya meredam huru hara yang menggebu didada.
"ck gue gada urusan sama lo, ya, Tenggara. Bukan berarti gue adeknya si dongo Kennan lo jadi seenaknya ngerecokin hidup gue yang udah gak tentram ini." Utara keki sendiri karena teringat, ejekan Kennan yang mengatainya pendek tadi pagi.
Mengambil kotak bekal dengan tidak selow, Utara pergi sambil menyampar-nyampar dedauan sebagai pelampiasan rasa kesalnya.
"Apes banget gue jadi adeknya si Kennanjing. Pengen mampusin aja tuh orang" gerutu Utara yang masih bisa di dengar Tenggara.
Diam-diam, Tenggara menyeringan. Menatap tajam punggung kecil Utara yang mulai hilang ditelan tikungan. Dengan gaya angkuh khas Tenggara, cowok itu berjalan menuju kursi taman dan mendudukkan bokongnya disana dengan nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Build a Happy Ending
FantasySaat membuka mata, bukan genteng bocor yang yang dilihatnya tapi malah plafon putih penuh burung origami yang terpampang. Jelas Utara panik bukan main, kos-kosan sempit yang ditinggalinya selama 3 tahun berganti jadi ruangan luas penuh perabotan mah...