Utara frustasi gara-gara hal diluar logika yang menimpanya. Dia emang Utara tapi bukan Utara Amanda Prahespati, melainkan Utara Gayatri. Utara senang sekarang jadi anak konglomerat, tapi juga kesal karena harus mati beberapa bulan lagi.
Jadi anak sultan emang cita-cita Utara dari dulu, tapi apa mau dikata, dia lahir di keluarga miskin serba kekurangan. Saat usia Utara menginjak 15 tahun, dia harus rela ditinggal pergi ayah ibunya untuk selamanya. Sampai umurnya memasuki usia 18 tahun, Utara harus banting tulang kerja part time disalah satu ruko kecil yang gajinya gak menyentuh angka lima ratus ribu, sebulan.
Karena iri dan kurang kasih sayang dia tumbuh jadi anak urakan yang bengalnya gak ketulungan. Berantem sana sini cuma gara gara masalah sepele. Sikap nakal dan gak tahu diri Utara menyebabkan cewek itu dijauhi orang-orang. Mereka seakan gak mau ketularan virus mematikan yang dihasilkan dari bergaul dengan Utara.
Menatap kaca mobil di sisi kirinya, Utara menghela nafas lelah. Dia harus foya-foya dulu sebelum mati kemudian.
"Lo kenapa dek? Kayaknya lagi banyak pikiran banget, cerita sama kakak coba" Tanya Kennan yang risih sendiri lihat Utara yang mirip orang depresi.
"Ck apasi pake kakak kakak segala, beda lima menit doang dih" Utara sewot, dia paling gak suka manggil teman sebaya dengan sebutan kakak, bang, mbak, mas atau yang lainnya.
"Tetep aja brojolnya duluan gue, pendek" Balas Kennan sengit
"Gue gak pendek sat, tinggi gue 170. Itu udah diatas standar umum tinggi cewek cewek dinegara ini" kesal, Utara meninju lengan Kennan.
"Sakit, Tara! Turun sono lo dari mobil gue" Ucap Kennan sambil melepas sabuk pengamannya.
"Oke"
Utara melepas sabuk pengaman lalu keluar dari mobil. Bunyi bedebam terdengar jelas saat cewek itu membanting pintu mobil Kennan. Melihat itu, Kennan melotot ingin meminting leher Utara.
Duk
"Makan tuh mobil"
Setelah menendang ban mobil Kennan, Utara pergi menuju kelasnya di gedung MIPA lantai 4.
Kennan geleng-geleng lihat tingkah Utara yang kelewat aneh hari ini. Dengan wajah datar, dia berjalan menuju pojok parkiran. Dimana Arunika, Gio, dan Egi menunggunya.
"Yo Bos~ selamat morning" sapa Egi yang dibalas anggukan kepala dari Kennan.
"Pantes gue disuruh jemput Runi, ternyata lo berangkat sama kembaran tercinta" ucap Gio sambil memainkan hpnya.
Kennan mengangguk, "iya, mobilnya mogok dari kemarin" Kennan meraih tangan Arunika dan menautkan jari mereka, "aku antar ke kelas"
"asal nggak ngerepotin kakak" balas Arunika malu-malu, Kennan cuma tersenyum samar.
"Butiran debu mah apa. Gak dianggap sama sekali" Seru Egi sambil menyeret Gio untuk menyusul Kennan yang udah jalan duluan.
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
Mata Utara menelisik tiap sudut koridor yang dilewatinya. Ubin putih yang kinclongnya naudzubillah, bikin Utara langsung minder. Insekur coy, kalah glowing sama lantai.
"Buset ini sekolah apa gedung pejabat? Keren bin mantep euy, kaca mengkilap, dinding bersih tak bernoda. Beda banget sama sekolah lama gue yang jeleknya kek muka si Jamal, bocah IPS itu"
Iseng, Utara memilin-milin daun janda bolong sambil pasang muka julid. Kelewat iseng, bocah itu mencabut daun yang dipilinnya, tapi susah. Sepertinya tanaman hias janda bolong ini di siramnya pakai sampo nuCLEAR, kuat sampai akar soalnya.
"Susah bener elah, ni daun di cabut. Pengen tak hiiiihhh"
Greget, Utara menyentak daun itu sampai potnya terhuyung lalu jatuh dan....
PRANG
Pot dari tanah merah itu pecah.
Belum ada satu jam Utara di sekolah ini, tapi udah buat masalah dengan cara memecahkan pot tanaman hias.
"Bukan salah gue!" Utara mengangat tinggi kedua tangannya.
"Itu jelas salah lo"
Utara kaget, dengan cepat dia memutar badan dan menemukan Kinar yang memasang senyum jahil sambil bersedekap dada.
"E-eh calon kakak ipar. Ng-ngapain disini hehe" Utara menyampar kasar pecahan pot beserta tanamannya sampai sekiranya gak bisa di lihat Kinar yang sekarang senyum malu-malu
"Ekhm... ya mau sekolah lah"
"O-oohh iya iya"
"Mau bareng ke kelas? Sekali-kali gitu" tawar Kinar sambil menyengir yang memperlihatkan gigi gingsulnya. Kinar kelihatan cantik, meski di baluri make-up setebal 5 senti.
"Kita beda kelas lho, tapi gapapa sih. Lets go fren" Utara menggeret pelan tangan Kinar, sang empu cuma ketawa kecil lihat tingkah Utara yang beda hari ini.
Utara bertekad akan membangun relasi baik dengan antagonis kejam yang sedang di gandengnya ini. Dia percaya, Kinar, si Ratu Sadis Cakrawala itu gak sejahat yang di ceritakan dinovel. Dengan membangun hubungan baik sama Kinar, Utara akan dapat dekingan penuh dari tunangan Kennan itu. Dengan begitu, Utara bisa hidup nyaman tanpa takut mati jadi korban salah sasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Build a Happy Ending
FantasySaat membuka mata, bukan genteng bocor yang yang dilihatnya tapi malah plafon putih penuh burung origami yang terpampang. Jelas Utara panik bukan main, kos-kosan sempit yang ditinggalinya selama 3 tahun berganti jadi ruangan luas penuh perabotan mah...